CERITA DEWASA -
Waktu diusiaku yang beranjak dewasa,
aku merasa bangga terhadap diriku yang ceria, supel, riang, penuh canda dan
memiliki keindahan yang ada di dalam diriku. Tidak jarang aku berkumpul dan
berjalan-jalan dengan kenalan baru, untuk saling mengetahui hal-hal yang baru.
Aku di sekolah memiliki teman yang cantik dan seksi, sebut saja namanya Rina,
tetapi diriku memiliki lebih dari apa yang dimilikinya.
Temanku memiliki tubuh yang ideal,
tinggi diatas 165 cm, berat 40 kg lebih, kulit putih mulus, bokong yang padat,
dan yang paling kami banggakan adalah keindahan kedua buah dada yang kami
miliki (34B lebih ukurannya), terkadang kami suka memakai pakaian yang pedek
dan ketat untuk dapat memamerkan apa yang kami miliki, dan tentu saja indahnya
tubuh kami sering dipuji. Bangga rasanya dapat menarik perhatian orang, yang
terkadang tidak berkedip melihatku.
Sebut saja namaku Yulia, aku sangat
akrab dan saling berbagi dengan temanku ini, walaupun itu hal yang kecil dan
sepele. Di sekolah dan sepulang sekolah, rasanya seperti perangko saja, jarang
berjauhan dan selalu terlihat bersama, dan tidak jarang kami menginap
bergantian. Kalau sedang berdua, kami sering membandingkan sosok tubuh kami,
apa yang kurang dan apa yang lebih. Kami membandingkan tubuh dengan berbagai
macam jenis pakaian, dari yang dapat memperlihatkan indahnya tubuh dan pakaian
yang benar-benar tertutup.
Dia sering bercerita apa yang sering
dilakukannya dengan pacarnya, sampai ke hal-hal yang disukainya. Saat kami
duduk berdua, dia menceritakan bagaimana dia merawat dadanya, dia mengajarkan
bagaimana menghindari penyakit kanker payudara. Rina mengajarkan cara memijat
dan lain-lain. Dia mengatakan kalau wanita menyusui sangat minim untuk terkena
kanker. Dengan berbisik, Rina mengatakan kepadaku cara menjaganya dengan cara
lain, tetapi lebih suka bila dibantu.
Dia berbisik lagi, “Dibantu dengan pacarku.”
Lalu kubertanya, “Bagaimana..?”
“Sepeti ini (tanganya lalu meremas-remas dadanya) dan kadang dihisap, awalnya aku risih, tapi karena aku suka, jadi aku menyenanginya (pacarnya dan caranya).”
“Aku bingung.., seperti apa sih..?” jawabku.
“Bodoh kamu..!” kata Rina, lalu dia melepaskan pakaiannya dan memang bentuknya indah, aku saja terkagum-kagum, apa lagi pacarnya, buah dadanya mulus dan terlihat padat.
Dia berbisik lagi, “Dibantu dengan pacarku.”
Lalu kubertanya, “Bagaimana..?”
“Sepeti ini (tanganya lalu meremas-remas dadanya) dan kadang dihisap, awalnya aku risih, tapi karena aku suka, jadi aku menyenanginya (pacarnya dan caranya).”
“Aku bingung.., seperti apa sih..?” jawabku.
“Bodoh kamu..!” kata Rina, lalu dia melepaskan pakaiannya dan memang bentuknya indah, aku saja terkagum-kagum, apa lagi pacarnya, buah dadanya mulus dan terlihat padat.
Lalu dia melepaskan BH yang menutupi
keindahan dadanya. Kedua dada yang padat dan kedua puting yang merah terlihat
lembut. Lalu tanganya meraba-raba, meremas-remas kedua puting yang terlihat
bulat, akhirnya kedua puting payudara itu mengeras dan kedua dadanya tegang.
“Seperti ini…” katanya.
Dan dia memainkan puting yang merah itu sambil berkata, “Dia menghisap ini dengan nafsu, dan lembut juga lidahnya memainkan ini, nikmat loh..!”
“Apa nikmatnya..?” kataku.
Lalu dia menghampiriku dan tanganya meraba dadaku (yang ukurannya lebih besar dari miliknya), “Seperti ini loh Non.., dadamu boleh juga ya..?” kata Rina sambil tersenyum dengan peragaan kedua tangannya.
Rasanya aku tidak menyuka hal seperti ini, tetapi perlahan-lahan aku rasakan nikmat.
“Awalnya risih, tapi lama-lama rasanya lumayan, enak juga..!” kataku.
“Seperti ini…” katanya.
Dan dia memainkan puting yang merah itu sambil berkata, “Dia menghisap ini dengan nafsu, dan lembut juga lidahnya memainkan ini, nikmat loh..!”
“Apa nikmatnya..?” kataku.
Lalu dia menghampiriku dan tanganya meraba dadaku (yang ukurannya lebih besar dari miliknya), “Seperti ini loh Non.., dadamu boleh juga ya..?” kata Rina sambil tersenyum dengan peragaan kedua tangannya.
Rasanya aku tidak menyuka hal seperti ini, tetapi perlahan-lahan aku rasakan nikmat.
“Awalnya risih, tapi lama-lama rasanya lumayan, enak juga..!” kataku.
Kemudian kulihat tatapan matanya ke
wajahku, rasa ingin berbagi pengalamannya terlihat.
“Bolehkan kubagi pengalamanku..?” sahut Rina dengan rasa penasaran, “Biar kamu tau yang kunikmati dari pacarku..” sambungnya dengan rasa ingin memberitahunya yang tinggi.
Aku berpikir dan rasanya penasaran juga, “Seperti apa sih..?” tanyaku dengan sikapku yang ingin mengetahui lebih lagi.
Lalu Rina meremas, dan kemudian mengangkat kaosku, sehingga BH-ku yang berenda dan berwarna krem dapat ditonton.
Rina melihat dan memujiku, “Kalau kamu punya pacar pasti suka dengan yang satu ini.. (dada berukuran 36 yang putih dan mulus)”
Dia pun melepaskan kedua kaitan bra-ku, bra yang tadinya menutup dengan sesak kedua buah dadaku, akhirnya diangkat bersama kaosku, sehingga tiada sehelai kain pun menutupi dadaku yang tertutup sesak, dan seakan dadaku sekarang lepas dan terlihat mengembang. Memang ukuran yang aslinya lebih besar dari bra yang kupakai.
“Bolehkan kubagi pengalamanku..?” sahut Rina dengan rasa penasaran, “Biar kamu tau yang kunikmati dari pacarku..” sambungnya dengan rasa ingin memberitahunya yang tinggi.
Aku berpikir dan rasanya penasaran juga, “Seperti apa sih..?” tanyaku dengan sikapku yang ingin mengetahui lebih lagi.
Lalu Rina meremas, dan kemudian mengangkat kaosku, sehingga BH-ku yang berenda dan berwarna krem dapat ditonton.
Rina melihat dan memujiku, “Kalau kamu punya pacar pasti suka dengan yang satu ini.. (dada berukuran 36 yang putih dan mulus)”
Dia pun melepaskan kedua kaitan bra-ku, bra yang tadinya menutup dengan sesak kedua buah dadaku, akhirnya diangkat bersama kaosku, sehingga tiada sehelai kain pun menutupi dadaku yang tertutup sesak, dan seakan dadaku sekarang lepas dan terlihat mengembang. Memang ukuran yang aslinya lebih besar dari bra yang kupakai.
Lalu tangan Rina merangkulku,
tangannya meraba-raba dadaku sambil berkata, “Kayak ini loh non..”
Kemudian dia memainkan putingku, wajahnya menghampiri dadaku yang satunya, lalu bibirnya mulai mencium putingku. Setelah beberapa lama, kurasakan sesuatu yang nikmat.
“Nikmat Rin…” sahutku kepada Rina.
“Lanjut ya..?” sahut Rina sambil mulutnya melanjutkan tugasnya.
Putingku yang merah dan mengeras akhirnya masuk ke dalam mulut Rina. Kurasakan kelembutan dan kenikmatan, sehingga rasanya tubuh ini pasrah untuk dinikmatinya. Dadaku pun mengeras, kurasakan titik kenikmatan dari putingku yang menyebar dan mengalir ke seluruh tubuhku. Sesaat kurasakan kenikmatan itu mengalir ke bagian tengah tubuhku, tepatnya diantara kedua paha tepat di bawah perut yang tertutup bulu-bulu hitamku yang lembut. Rasanya terbang tinggi tanpa sadar. Aku merasakan puncak pertamaku, walau itu hanya dari cumbuan. Rasanya ingin terulang kembali.
Kemudian dia memainkan putingku, wajahnya menghampiri dadaku yang satunya, lalu bibirnya mulai mencium putingku. Setelah beberapa lama, kurasakan sesuatu yang nikmat.
“Nikmat Rin…” sahutku kepada Rina.
“Lanjut ya..?” sahut Rina sambil mulutnya melanjutkan tugasnya.
Putingku yang merah dan mengeras akhirnya masuk ke dalam mulut Rina. Kurasakan kelembutan dan kenikmatan, sehingga rasanya tubuh ini pasrah untuk dinikmatinya. Dadaku pun mengeras, kurasakan titik kenikmatan dari putingku yang menyebar dan mengalir ke seluruh tubuhku. Sesaat kurasakan kenikmatan itu mengalir ke bagian tengah tubuhku, tepatnya diantara kedua paha tepat di bawah perut yang tertutup bulu-bulu hitamku yang lembut. Rasanya terbang tinggi tanpa sadar. Aku merasakan puncak pertamaku, walau itu hanya dari cumbuan. Rasanya ingin terulang kembali.
“Terima kasih ya..!” kuucapkan
kepada Rina.
“Senang rasanya dapat berbagi dan memberi tau kamu..” ucap Rina.
Lalu kami mengenakan pakaian lagi.
“Senang rasanya dapat berbagi dan memberi tau kamu..” ucap Rina.
Lalu kami mengenakan pakaian lagi.
Hari pun terus berganti, Rina terus
membagi pengalamannya kepadaku. Dia terus mengajariku banyak hal. Pernah dia
bercerita tentang hal yang tidak pernah lepas disaat dia bersama pacarnya,
yaitu berciuman. Dia bercerita kalau pacarnya sekarang bukan yang pertama, dia
sudah mengenal beberapa bibir yang membuat kenangan padanya.
“Apa nikmatnya kissing.., kenapa kamu suka..?” sahutku ke Rina dengan rasa penasaranku.
“Makanya pacaran biar tahu, kamu mau tau..?” jawab Rina.
“Sebenarnya udah banyak cowok yang ngajak pacaran, tapi aku belum mau aja..!” balasku.
“Apa nikmatnya kissing.., kenapa kamu suka..?” sahutku ke Rina dengan rasa penasaranku.
“Makanya pacaran biar tahu, kamu mau tau..?” jawab Rina.
“Sebenarnya udah banyak cowok yang ngajak pacaran, tapi aku belum mau aja..!” balasku.
Aku terus mengungkapkan rasa
penasaranku ke Rina, Rina pun memberi respon, dan dia berkata, “Kamu mau kalo
aku kasih tau, aku praktekin..?” katanya sambil bercanda.
“Mau Rin, kamu bisa..?” jawabku serius.
“Bisa.., ehm… cuma kissing kamu aja kan..?” jawab Rina yang terlihat bingung.
Aku bingung campur penasaran, lalu kujawab, “Aku ingin tau Rin.”
Lalu Rina mendekatiku, dia menghampiri wajahku, bibirnya perlahan menghampri bibirku. Aku merasa janggal, gemetar, tegang campur macam-macam perasaan. Perlahan-lahan memangnya aksinya, dan akhirnya bibirku tersentuh bibir Rina, kurasakan lembut dan nikmatnya sentuhan bibir Rina, dan itulah yang pasti disukai pacarnya. Lalu Rina melepas kecupan bibirnya, aku hanya terdiam dan tidak mengerti harus berbuat apa.
“Mau Rin, kamu bisa..?” jawabku serius.
“Bisa.., ehm… cuma kissing kamu aja kan..?” jawab Rina yang terlihat bingung.
Aku bingung campur penasaran, lalu kujawab, “Aku ingin tau Rin.”
Lalu Rina mendekatiku, dia menghampiri wajahku, bibirnya perlahan menghampri bibirku. Aku merasa janggal, gemetar, tegang campur macam-macam perasaan. Perlahan-lahan memangnya aksinya, dan akhirnya bibirku tersentuh bibir Rina, kurasakan lembut dan nikmatnya sentuhan bibir Rina, dan itulah yang pasti disukai pacarnya. Lalu Rina melepas kecupan bibirnya, aku hanya terdiam dan tidak mengerti harus berbuat apa.
“Bibir kamu lembut, kalo kamu
pacaran pasti cowok kamu ketagihan…” sahut Rina.
“Masa..?” jawabku.
“Kamu mau tau banyak tentang kisssing..? Aku ajarin deh..!” kata Rina mulai agak bersemangat.
Dengan rasa masih penasaran, aku mulai menanggapi tawaran Rina, dan kujawab, “Aku ingin tau banyak.., ajarin aku dong..!”
Lalu Rina bercerita panjang lebar tentang pengalaman kissing-nya dengan tahap demi tahap, dan lalu kami mempraktekannya. Entah mungkin karena kami berteman dan sama-sama sejenis, mungkin kami tahu dan mengerti apa yang harus dilakukan untuk berbagi kenikmatan. Akhirya kami sama-sama merangsang seluruh tubuh kami, ah.. nikmatnya tiada tara.
“Masa..?” jawabku.
“Kamu mau tau banyak tentang kisssing..? Aku ajarin deh..!” kata Rina mulai agak bersemangat.
Dengan rasa masih penasaran, aku mulai menanggapi tawaran Rina, dan kujawab, “Aku ingin tau banyak.., ajarin aku dong..!”
Lalu Rina bercerita panjang lebar tentang pengalaman kissing-nya dengan tahap demi tahap, dan lalu kami mempraktekannya. Entah mungkin karena kami berteman dan sama-sama sejenis, mungkin kami tahu dan mengerti apa yang harus dilakukan untuk berbagi kenikmatan. Akhirya kami sama-sama merangsang seluruh tubuh kami, ah.. nikmatnya tiada tara.
Kami terus berbagi dan mengulanginya
dari hari ke hari, tetapi itu hanya terbatas karena kami sama-sama sejenis, dan
tidak ada rasa suka, yang ada hanya kenikmatan. Waktu pulang sekolah, aku tidak
dapat pulang bersama Rina, karena dia sudah diajak pacarnya. Aku pun pulang
bersama teman yang lain. Sesaat ditengah perjalanan pulang rasanya aku ingin
main dan menginap di rumah Rina saja. Akhirnya aku menuju ke rumah Rina.
Saat aku sampai dan pintu rumahnya
ternyata terkunci, aku pun masuk dengan kunci cadangan pemberian Rina. Rumahnya
tenyata sepi, kukira dia ada di rumah. Sekilas aku mendengar suara Rina (entah
seperti apa suaranya, hanya terdengar samar) di dalam kamar. Akhirnya kamar
Rina kuhampiri. Kubuka perlahan pintunya supaya dia tidak kaget. Astaga, alangkah
kagetnya aku, kulihat Rina sedang berdua dengan pacarnya tanpa sehelai pakaian
di badannya (kecuali pacarnya). Untung pintu terbuka sedikit sekali, aku hanya
dapat mengintip. Aku hanya terdiam menatap Rina dengan pacarnya, maklum baru
kali ini aku melihat insan berduaan dengan gairah seperti itu.
Awalnya mereka berciuman, lalu
meraba-raba, dan yang dilakukan Rina dengan dadaku sama seperti yang dilalukan
pacarnya, meraba, meremas, menghisap dan begitulah. Kulihat Rina menikmati dan
terlihat pasrah untuk dinikmati. Tubuhnya pasrah, wajahnya terlihat melayang
seperti aku waktu itu, tetapi tidak sehebat aku terbangnya. Aku heran melihat
pacarnya yang tidak hanya mencumbu dada Rina, tetapi juga mencumbu belahan yang
juga kumiliki yang ada di antara kedua paha. Rina pun kulihat melayang, dan
sesaat kemudian dia mengeluarkan suara desahan yang kuat, aku pun samar-samar
merasakannya juga.
“Ah, nikmatkah rasanya, seperti apakah nikmatnya..?” pikirku dalam hati.
“Ah, nikmatkah rasanya, seperti apakah nikmatnya..?” pikirku dalam hati.
Sesaat kulihat beberapa jari tangan
pacar Rina keluar-masuk di antara paha Rina yang tertutup bulunya. Kulihat kaki
Rina melebar, seakan-akan serakah mengambil tempat. Tidak beberapa lama Rina
terbangun dan memberi isyarat supaya pacarnya mendekatkan pinggangnya ke arah
wajah Rina. Lalu kulihat Rina melepaskan celana pacarnya, aku heran melihat
tonjolan di celana pacarnya. Seperti apakah tonjolan di balik celana dalam itu.
Rina mengelus dan mencium tonjolan itu, aku berpikir sambil heran seperti
inikah caranya pacaran. Tanpa basa-basi lagi Rina menarik dan melepaskan celana
serta CD pacarnya.
“Ah, seperti itukah tonjolan yang selama ini yang samar-samar kuketahui..?” kataku dalam hati.
Aku hanya dapat melihat dengan terpana dan heran, tetapi sesaat kurasakan aku menyukainya juga. “Kapankah aku dapat mengetahuinya lebih jelas..?” kataku lagi dalam hati sambil berusaha membayangkannya.
“Ah, seperti itukah tonjolan yang selama ini yang samar-samar kuketahui..?” kataku dalam hati.
Aku hanya dapat melihat dengan terpana dan heran, tetapi sesaat kurasakan aku menyukainya juga. “Kapankah aku dapat mengetahuinya lebih jelas..?” kataku lagi dalam hati sambil berusaha membayangkannya.
Rina mendekap tonjolan itu dengan
jemarinya. Kelima jari Rina kemudian mengusap-usap milik pacarnya dengan
nikmatnya. Kulihat pacar Rina menegang. Tidak lama kemudian wajah Rina
menghampiri tonjolan yang didekap dan dielus-elus jemarinya itu. Lalu bibirnya
pun terbuka seperti goa, lidahnya keluar dan menjilat tonjolan yang pucuknya
seperti jamur itu. Kulihat lidah Rina menyentuh dengan nikmatnya, dan bibirnya
mulai terbuka lebar lagi. Milik pacarnya pun masuk ke dalam goa itu (mulut
Rina) sampai dalam. Kulihat Rina memejamkan mata dengan perlahan sambil
menikmati yang masuk ke dalam mulutnya. Mulut Rina dan bibirnya terlihat
seperti menghisap permen dengan nikmatnya.
“Ah, kurasakan nikmat lembutnya
bibir dan lidah Rina waktu di dadaku, pasti pacarnya menikmatinya seperti yang
kurasakan di dadaku.” kataku dalam hati.
Milik pacarnya terlihat hampir keluar, dan akhirnya tertelan lagi di mulut Rina yang lembut. Mulut dan kepala Rina bergerak terus dengan nikmatnya. Kulihat adegan berikutnya, setelah masuk dan dinikmati mulutnya, kulihat Rina menarik milik pacarnya dengan perlahan (sambil merebahkan badan, kakinya seperti membuka stand) ke arah tepat di bawah perut, di antara kedua paha Rina. Dibalik bulu Rina yang halus dan hitam, kulihat dari jauh itulah yang dituju milik pacarnya yang perlahan seakan hilang dan bersembunyi di tubuh Rina. Kulihat mereka berdua tegang, lalu milik pacarnya hadir dan terlihat lagi, kemudian masuk dan terus menerus seperti itu. Dan perlahan-lahan bergerak cepat. Suara Rina yang mendesah halus seakan perlahan-lahan dibesarkan volumenya sampai besar.
Milik pacarnya terlihat hampir keluar, dan akhirnya tertelan lagi di mulut Rina yang lembut. Mulut dan kepala Rina bergerak terus dengan nikmatnya. Kulihat adegan berikutnya, setelah masuk dan dinikmati mulutnya, kulihat Rina menarik milik pacarnya dengan perlahan (sambil merebahkan badan, kakinya seperti membuka stand) ke arah tepat di bawah perut, di antara kedua paha Rina. Dibalik bulu Rina yang halus dan hitam, kulihat dari jauh itulah yang dituju milik pacarnya yang perlahan seakan hilang dan bersembunyi di tubuh Rina. Kulihat mereka berdua tegang, lalu milik pacarnya hadir dan terlihat lagi, kemudian masuk dan terus menerus seperti itu. Dan perlahan-lahan bergerak cepat. Suara Rina yang mendesah halus seakan perlahan-lahan dibesarkan volumenya sampai besar.
Cukup lama aku mengintip mereka
berdua dengan perasaan heran dan ingin tahu. Beberapa waktu kemudian, milik pacarnya
ditarik keluar dari tubuhnya, dan kulihat dia menegang. Rina terbangun dari
terbangnya, dan kulihat wajahnya menghampiri milik pacarnya. Sesaat entah apa
yang keluar dari milik pacarnya dan terbang ke arah mulut Rina yang terbuka.
Kulihat pacarnya merasakan kenikmatan, tampaknya Rina terlihat tidak puas
dengan sesuatu yang terbang masuk ke mulutnya, lalu dia terlihat kembali
menghisap milik pacarnya sampai air yang keluar itu habis tertelan mulutnya.
Setelah itu mereka beristirahat, dan
setelah beberapa lama pacarnya bergegas pergi dari rumah Rina. Saat itu pun aku
bergegas bersembunyi di lantai atas rumah Rina. Terlihat dia naik ke lantai
atas untuk mengambil sesuatu. Dia kaget, ternyata aku ada di atas dan
bersembunyi, aku pun kaget sambil tersenyum.
“Sudah dari kapan kamu datang..?” tanya Rina.
“Udah lama…” jawabku.
Lalu dia mengajakku turun setelah mengambil yang dicarinya. Dia mengajakku ke kamarnya, dan lalu kami bercerita panjang lebar.
“Sudah dari kapan kamu datang..?” tanya Rina.
“Udah lama…” jawabku.
Lalu dia mengajakku turun setelah mengambil yang dicarinya. Dia mengajakku ke kamarnya, dan lalu kami bercerita panjang lebar.
“Apa kamu liat pacarku tadi
disini..?” tanya Rina.
“Aku tidak sekedar ngelihat pacar kamu, tapi juga melihat kalian berdua..” jawabku.
“Jadi kamu melihat kami..?” kata Rina sambil penasaran.
“Emang, aku penasaran dan ingin tau, jadi maaf ya Rin..?” jawabku.
“Tapi ini rahasia kita ya..?” sahut Rina.
“Kita kan teman, ya saling menjaga dan berbagi. Seperti apa sih Rin rasanya, kamu ngerti ngelakuinnya ya..!” kataku kemudian sambil bercanda.
“Kamu mo tau ya..? Enak.., aku suka, aku butuh, ini bukan yang pertama Yul, sebenarnya sudah sering aku ngelakuinnya, tapi ini yang pertama di rumahku. Aku sering ngelakuin di rumah pacarku, rumahnya sepi, tapi sebenarnya bukan sama dia aja loh hubungan ini kulakuin. Kadang aku sama mantan masih berhubungan, soalnya kita masih ada rasa suka. Tapi kita udah punya masing-masing, mantanku ada dua. Dan aku pernah berhubungan bertiga, kita sama-sama butuh dan puas, dan kita sama-sama jaga rahasia, kecuali aku ke kamu. Kalo kamu pengen tau tentang gituan, nanti kujelasin banyak deh, kita kan temen…” ucap Rina dengan panjang lebar.
“Aku jadi pengen, boleh liat lagi nggak..?” sahutku sambil bercanda.
“Besok-besok kalo pengen tau kamu bisa ngintip kami kok..!” dijawab Rina dengan serius.
“Aku tidak sekedar ngelihat pacar kamu, tapi juga melihat kalian berdua..” jawabku.
“Jadi kamu melihat kami..?” kata Rina sambil penasaran.
“Emang, aku penasaran dan ingin tau, jadi maaf ya Rin..?” jawabku.
“Tapi ini rahasia kita ya..?” sahut Rina.
“Kita kan teman, ya saling menjaga dan berbagi. Seperti apa sih Rin rasanya, kamu ngerti ngelakuinnya ya..!” kataku kemudian sambil bercanda.
“Kamu mo tau ya..? Enak.., aku suka, aku butuh, ini bukan yang pertama Yul, sebenarnya sudah sering aku ngelakuinnya, tapi ini yang pertama di rumahku. Aku sering ngelakuin di rumah pacarku, rumahnya sepi, tapi sebenarnya bukan sama dia aja loh hubungan ini kulakuin. Kadang aku sama mantan masih berhubungan, soalnya kita masih ada rasa suka. Tapi kita udah punya masing-masing, mantanku ada dua. Dan aku pernah berhubungan bertiga, kita sama-sama butuh dan puas, dan kita sama-sama jaga rahasia, kecuali aku ke kamu. Kalo kamu pengen tau tentang gituan, nanti kujelasin banyak deh, kita kan temen…” ucap Rina dengan panjang lebar.
“Aku jadi pengen, boleh liat lagi nggak..?” sahutku sambil bercanda.
“Besok-besok kalo pengen tau kamu bisa ngintip kami kok..!” dijawab Rina dengan serius.
Ternyata Rina menepati janjinya. Aku
dapat melihat dia berhubungan saat di rumahnya. Lama-lama kupikir aku juga
suka. Kayaknya aku juga menginginkannya.
Suatu hari aku dan Rina berkenalan
dengan beberapa anak pria dari sekolah lain. Wawan, Edwin, Aris, Sandi, Ari dan
Heri, dan beberapa diantaranya sudah kuliah (Aris dan Heri). Kami akhirnya
akrab dan kami sering berkumpul. Suatu saat mereka mengajakku dan Rina
berjalan-jalan ke pantai. Tempatnya di luar kota, jaraknya pun cukup jauh,
mungkin ada tiga sampai lima jam perjalanan lamanya. Kami berencana menginap di
sana dalam acara liburan akhir minggu. Aku dan Rina dapat ijin dari keluarga,
karena kami memberi alasan kumpul bersama teman-teman sekolah kami.
Aku dan Rina bersepakat untuk
bersaing dulu-duluan menarik perhatian mereka, siapa yang paling mereka sukai.
Awalnya kami kira kami hanya berempat dengan Aris dan Heri yang pergi. Tetapi
ternyata berdelapan. Aku dan Rina menganggap suasana menjadi lumayan lebih
ramai. Akhirnya kami janjian bertemu di tempat kost salah satu dari mereka.
Sebelumnya Rina dan aku berganti pakaian terlebih dahulu di sana, dan akhirnya
aku dan Rina memulai permainan. Kemudian Rina melepas semua pakaiannya sampai
yang tersisa hanya celana dalam, begitu juga aku. Tubuh kami yang indah
terlihat semua dan itulah rencana dari permainan kami. Kami akhirnya mengenakan
rok sedengkul dengan belahan yang lumayan, sehingga dapat memamerkan kemulusan
paha kami sepenuhnya. Kemeja tanpa lengan dengan kancing di depan kami pakai,
dan terkadang memperlihatkan pusar kami. Ah rasanya pakaian kami cukup seksi,
karena sudah membentuk tubuh kami yang sudah indah menjadi lebih indah lagi.
Ketatnya baju ini seakan-akan kami merasakan seperti dipeluk dengan dekapan
erat. Kedua buah dada kami terlihat indah bentuknya, memang aku dan Rina
sengaja untuk tidak memakai bra yang menyelimuti mahkota seperti biasanya.
Kemudian kami keluar dari kamar
kost. Mereka yang melihat, langsung terpana karena tubuh indah kami, sehingga
membuatku dan Rina merasa bangga. Akhirnya kami berangkat setelah menjelang
selesainya siang. Kami berangkat dengan sebuah mobil minibus, supaya dapat
beramai-ramai. Aku dan Rina duduk di tengah-tengah, diapit Aris dan Heri. Aku
pun belum pernah duduk berdua dengan pria seperti ini. Di perjalanan, untuk
menghilangi rasa jenuh kami bernyanyi dan bercanda. Di tengah perjalanan
kurasakan mata mereka menelanjangi tubuhku dan tubuh Rina. Senang rasanya,
karena mata mereka lebih banyak menuju ke tubuhku ini. Dari celah-celah kancing
pun, bentuk bulat dada kami kadang-kadang terlihat dengan jelas.
Kulihat Rina melepas beberapa
kancing supaya agak terbuka sedikit. Aku tentu tidak mau kalah, akhirnya
kulakukan juga. Kadang aku agak menunduk, sehingga belahan dadaku dapat
terlihat jelas. Rupanya kenalan Rina (Aris) dengan Rina sudah benar-benar
akrab. Mungkin karena pakaian kami, mereka tidak melepas pandangan mereka dari
kami. Aris tampaknya mulai melakukan penjajakan ke Rina, sehingga Rina pun
tertarik padanya. Aris mulai memegang tangan Rina dan perlahan dia mencoba
merangkul Rina. Awalnya Rina menolak, tetapi tampaknya dia tetap mencoba terus
dan tidak menyerah. Dia terus memuji tubuh Rina. Yang kutahu, Rina sangat suka
dipuji akan tubuhnya, dan itu merupakan suatu kelemahan Rina. Aris memuji wajah
Rina yang cantik, kulit yang putih mulus, rambut yang indah, dada dan bokong
yang indah. Rina pun senang dan bangga. Maklumlah, kami masih anak-anak yang
beranjak dewasa, sehingga kami cepat salah tingkah.
Aris meremas dan mengelus-elus
jemari Rina. Kulihat Rina menyukainya. Dia memuji paha Rina yang putih dan
mulus.
“Paha kamu mulus dan indah ya..?” sahut Aris.
“Kamu suka ya..?” jawab Rina.
“Andai itu milikku, andai kubisa menikmati halusnya…” sahut Aris.
“Seperti apa..?” sambil tangan Rina menaruh tangan Aris di pahanya.
Tanpa basa basi dan menunggu waktu, aris langsung mengelus-elus dengan nikmat paha Rina yang terlihat utuh karena belahan roknya. Tampaknya Rina mulai menyukai Aris.
“Paha kamu mulus dan indah ya..?” sahut Aris.
“Kamu suka ya..?” jawab Rina.
“Andai itu milikku, andai kubisa menikmati halusnya…” sahut Aris.
“Seperti apa..?” sambil tangan Rina menaruh tangan Aris di pahanya.
Tanpa basa basi dan menunggu waktu, aris langsung mengelus-elus dengan nikmat paha Rina yang terlihat utuh karena belahan roknya. Tampaknya Rina mulai menyukai Aris.
Tanpa terasa waktu cepat berganti,
Rina dan Aris mulai terlihat dekat. Aris berhasil merangkul Rina. Dan tidak itu
saja, dia juga membelai rambut Rina, mencium pipi Rina, entah mengapa mereka
cepat dekat seperti itu. Kulihat Aris berhasil mengelus paha Rina sampai ke
pertemuan dua paha. Rok Rina terangkat tinggi sampai celana dalam Rina
terlihat. Tampaknya Rina sudah terbawa melayang dengan sentuhan Aris, maklum
gairah kami terlalu tinggi dan cepat datangnya. Aris menyiumi Rina mulai dari
pipi, kuping, leher lalu ke bibir. Rina menikmatinya dan bibir mereka
berperang. Tangan Aris mengelus paha Rina dengan nikmatnya, lalu perlahan
pindah ke belahan di celana dalam Rina, pinggang, perut, lalu dada Rina.
Awalnya Rina menolak, tetapi gairah Rina yang sudah muncul membuatnya melayang
dan susah untuk berkutik dan menolak.
Tangan Aris meraba-raba dada Rina
dan meremas-remas, lalu menuju kancing Rina dan melepaskannya satu persatu
secara perlahan. Kancing Rina terlepas dan terlihat indahnya sebagian tubuh
Rina. Lalu Aris meremas dada Rina secara langsung, sehingga keindahan tubuh
Rina dapat dinikmati setiap mata di dalam mobil.
Setelah beberapa lama hal ini
terjadi, Aris dan Rina menghentikan asmara mereka. Rina menutup kembali
tubuhnya yang indah itu, walaupun tampaknya mereka belum puas. Kami terus
berjalan, dan akhirnya sampai di pantai yang kami tuju. Kami bersenang-senang
di pantai. Akhirnya kami berkumpul di dalam mobil. Kami bercanda di dalam,
entah mungkin suasana yang sepi dan lembut merubah rasa-rasa yang ada di dalam
jiwa. Rina dan Aris tampaknya melanjutkan permainan mereka yang belum selesai.
Aku agak risih di samping Rina, karena aku belum pernah berhubungan, apalagi
yang seperti ini.
Wawan yang duduk di depan tampaknya
terangsang dengan tubuh Rina. Dia pun tampak ikut meraba dan menikmati tubuh
Rina. Akhirnya Rina dan Aris bercinta tanpa peduli dilihat seisi mobil. Wawan
pun tidak mau kalah, dia ikut bercinta dengan Rina bergantian dengan Aris.
Tampaknya Rina tidak canggung dan menikmatinya. Entah mengapa kurasakan tangan
Heri meremas dadaku. Aku menolaknya, “Jangan..!” kataku tersentak, entah
mengapa aku malah terangsang.
Dia dengan nafsunya menyerang tubuhku, aku agak meronta dan menolak, tetapi aku tidak sanggup bergerak banyak, rambutku dijambak oleh Sandi dari belakang. Edwin tidak mau kalah, dia segera menarik kedua tanganku ke belakang.
Heri akhirnya dengan leluasa dapat menikmati dadaku, aku hanya dapat berkata, “Tolong jangan..!”
Mereka tampaknya tidak peduli dengan ucapanku, yang ada hanya nafsu untuk menikmati tubuhku.
Dia dengan nafsunya menyerang tubuhku, aku agak meronta dan menolak, tetapi aku tidak sanggup bergerak banyak, rambutku dijambak oleh Sandi dari belakang. Edwin tidak mau kalah, dia segera menarik kedua tanganku ke belakang.
Heri akhirnya dengan leluasa dapat menikmati dadaku, aku hanya dapat berkata, “Tolong jangan..!”
Mereka tampaknya tidak peduli dengan ucapanku, yang ada hanya nafsu untuk menikmati tubuhku.
Aku menangis pelan. Tampaknya Rina
tidak mendengarnya, Heri, Sandi, Edwin terus menyergapku. Sandi menciumi
wajahku, Heri meremas-remas dadaku dengan nafsu. Awalnya aku merasa takut. Heri
meraih kancingku dan melepaskannya, sehingga dadaku terlihat jelas. Tanpa henti
dia juga meraih resleting rokku, dan perlahan melepaskannya bersama celana
dalamku. Dia tidak menikmati dadaku lagi, tetapi yang ada di balik bulu
halusku. Entah mengapa aku menikmati sentuhan jemarinya, ah mengapa jadi aku
terangsang. Akhirnya jarinya keluar masuk di lubangku (hilang keperawananku)
dan sesaat aku mendesah. Dadaku memang tidak disentuh Heri lagi. Sandi yang
menjambak rambutku mengecup bibirku dengan nafsu, lalu tangannya menikmati dada
kananku. Edwin yang memegang tanganku ikut menikmati dada kiriku.
Waktu terus berjalan, entah mengapa
aku menjadi terbawa. Walaupun aku meronta, aku sebenarnya menikmatinya. Tubuhku
yang indah ini akhirnya mereka nikmati secara bersamaan. Perasaanku bercampur
aduk, aku disentuh oleh mereka. Karena waktu sudah agak malam, akhirnya kami ke
rumah Aris yang kosong bersama-sama. Di sana kami bermalam bersama, tampaknya
Rina bingung menghadapi teman baru kami. Tubuhku dan Rina tampaknya menjadi
hidangan mereka malam ini. Mereka terus menyerang tubuh kami, Rina dan aku
tidak bisa mengelak hasrat mereka.
Di dalam rumah aku menjadi
bulan-bulan mereka, aku terus menolak, tetapi apa daya tenaga mereka lebih
besar. Aku diboyong ke tempat tidur. Kedua tanganku dipegang dengan erat,
sehingga aku hanya bisa pasrah dan mengalah. Bajuku dilucuti. Cahaya lampu
terang pun mempertontonkan seluk beluk tubuhku, dan membuat mereka semakin
terangsang. Kali ini aku ditiduri langsung, tanpa ada rabaan dan cumbuan. Ah,
entah mengapa aku malah merasakan kenikmatan, mereka bergantian memegangi
tanganku, dan secara bergantian pula mereka memasukkan milik mereka ke liang
vaginaku. Tampaknya aku hanya bisa pasrah, beberapa kali aku merasakan ada
sesuatu yang menyembur di dalam liangku. Mereka melakukannya berkali-kali
padaku sampai aku lemas tidak sadarkan diri. Dan entah apa yang terjadi pada
Rina.
Pagi pun menjelang, aku mulai
terbangun dengan tubuh lemas ini.
Aris menyapaku, “Pagi Yul..”, yang begitu juga jawabku dengan kesadaran yang bertahap.
Kucari pakaianku, tetapi aku tidak mendapatkannya.
Heri menemuiku di kamar, “Pagi Yulia…” sapanya sambil menghampiriku dan meraba-raba tubuhku kembali.
Kali ini aku tidak dapat menolak keinginannya. Ternyata tubuh ini terhanyut bersama nafsu mereka. Heri menganjurkanku mandi, aku rasa memang aku harus mandi. Akhirnya kumasuk ke kamar mandi untuk menyuci tubuhku, pasti segar rasanya.
Aris menyapaku, “Pagi Yul..”, yang begitu juga jawabku dengan kesadaran yang bertahap.
Kucari pakaianku, tetapi aku tidak mendapatkannya.
Heri menemuiku di kamar, “Pagi Yulia…” sapanya sambil menghampiriku dan meraba-raba tubuhku kembali.
Kali ini aku tidak dapat menolak keinginannya. Ternyata tubuh ini terhanyut bersama nafsu mereka. Heri menganjurkanku mandi, aku rasa memang aku harus mandi. Akhirnya kumasuk ke kamar mandi untuk menyuci tubuhku, pasti segar rasanya.
Mulai basah tubuh ini tersiram air
segar, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, terlihat Aris dan Heri di depan
pintu dan bergegas masuk. Mereka segera melepas pakaiannya, lalu menyiram tubuh
mereka dengan air seperti yang kulakukan.
“Kita mandi sama-sama ya..?” sahut mereka.
Setelah beberapa lama, kurasakan Heri mendekatiku dari belakang, lalu mendekapku dan meraba dadaku serta meremas-remas. Aris juga menghampiriku, dia mendekap salah satu buah dadaku yang tersisa dengan jemarinya. Aku canggung, sesaat Aris menghisap dadaku yang dipegangnya, lalu dia mengecup dan menikmati bibir lembutku. Tanpa menunggu waktu, jari-jarinya pun masuk ke lubang vaginaku. Aku tidak berkutik, entah cepat sekali diri ini bergetar lemas. Jari-jarinya keluar-masuk dengan leluasa.
“Kita mandi sama-sama ya..?” sahut mereka.
Setelah beberapa lama, kurasakan Heri mendekatiku dari belakang, lalu mendekapku dan meraba dadaku serta meremas-remas. Aris juga menghampiriku, dia mendekap salah satu buah dadaku yang tersisa dengan jemarinya. Aku canggung, sesaat Aris menghisap dadaku yang dipegangnya, lalu dia mengecup dan menikmati bibir lembutku. Tanpa menunggu waktu, jari-jarinya pun masuk ke lubang vaginaku. Aku tidak berkutik, entah cepat sekali diri ini bergetar lemas. Jari-jarinya keluar-masuk dengan leluasa.
Tidak puas dengan jemarinya, dia
segera memasukkan miliknya ke tubuhku. Ah, aku tidak sanggup menolak, aku
diapit dua lelaki dengan penuh nafsu dan birahi. Mereka pun bergiliran kembali,
tubuhku dinikmati sambil berdiri. Kemudian Heri bergantian dengan Aris.
Kemudian mereka bergantian lagi. Entah mengapa, karena tidak sanggup menahan
birahi, Heri yang bergantian dengan Aris berusaha memasuki lubang anusku.
Awalnya kurasakan sesuatu yang aneh, kukira sakit. Awalnya miliknya tidak dapat
masuk, tetapi karena usaha yang gigih dan dengan berbagai cara, akhirnya anusku
dapat dimasukinya. Keluar-masuklah milik mereka bersamaan di semua lubangku.
Sesaat beberapa lama suaraku agak merintih pelan, dan akhirya mendesah kuat.
Aku tidak dapat berkutik, aku tidak mengerti harus berbuat apa, mereka terus
mendekap dan menikmati tubuhku. Entah mengapa aku merasakan kenikmatan dan
puncaknya.
Akhirnya kami selesai mandi. Tubuh
ini segar tersiram air dan lemas terpakai secara bergiliran. Sehabis mandi pun
aku dan Rina tidak dapat mengenakan pakaian, mereka terus menggerayangi tubuh
kami tanpa ada rasa puas.
Terkadang aku dan Rina meminta baju kami, tetapi jawab mereka, “Tubuh kami yang menjadi baju kalian..”
Ternyata kata-kata mereka pun benar-benar mereka lakukan. Merekalah yang menjadi baju kami. Terkadang mereka memuji aku dan Rina. Aku dan Rina agak canggung, karena baru kali ini kami tidak mengenakan pakaian sehelai pun dihadapan banyak lelaki. Mereka tampaknya berusaha supaya kami seperti ini, agar mereka dapat terus-menerus menikmati indahnya tubuh kami.
Terkadang aku dan Rina meminta baju kami, tetapi jawab mereka, “Tubuh kami yang menjadi baju kalian..”
Ternyata kata-kata mereka pun benar-benar mereka lakukan. Merekalah yang menjadi baju kami. Terkadang mereka memuji aku dan Rina. Aku dan Rina agak canggung, karena baru kali ini kami tidak mengenakan pakaian sehelai pun dihadapan banyak lelaki. Mereka tampaknya berusaha supaya kami seperti ini, agar mereka dapat terus-menerus menikmati indahnya tubuh kami.
Akhirnya siang pun tiba, awalnya aku
dan Rina dicumbu secara berpasangan. Aku tidak dapat menolaknya, aku mulai
menyukai nikmatnya berhubungan. Setelah beberapa lama, aku mulai dicumbu dua
orang, saat itu aku melihat milik Heri. Aku penasaran, karena aku mulai
menyukai yang berbentuk itu. Aku ingin mengetahui seperti apa nikmatnya, apakah
yang dirasakan Rina dan yang akan kurasakan dengan mulut ini. Akhirnya tubuh
ini mulai dinikmati milik mereka, aku tambah penasaran, akhirnya kudekap milik
Heri yang belum menikmati tubuhku. Miliknya kudekap dengan jemariku dan
kumasukkan ke dalam mulutku, kurasakan bentuknya di dalam mulutku. Kulakukan
seperti yang pernah Rina lakukan. Kurasakan nikmatnya, dan entah mengapa aku
mulai menyukainya. Lama-lama kurasakan agak asin, tetapi malah kusuka dan menambah
gairahku, beberapa lama kurasakan tumpahan di dalam mulutku.
Aku berpikir, “Tampaknya aku tambah
menyukainya..” lalu kutelan, rasanya seperti menelan telor penyu, tetapi ini
benar-benar kunikmati. Birahiku memuncak. Akhirnya mereka menggilirku dan Rina
secara bergantian, sehingga kami semua sudah saling bersentuhan, tiada satu pun
yang tersisa.
Akhirnya kami selesai dengan liburan
akhir minggu, dan lalu kami bergegas ke tempat asal. Di jalan pun kami masih
tetap bersentuhan. Tampaknya birahi kami terus menguat. Setelah kejadian itu,
mereka tampaknya tidak mau lepas dari aku dan Rina. Mereka mengisyaratkan rasa
tanggung jawab terhadap kami atas apa yang telah terjadi, dan mereka berusaha
mendapatkan kami seutuhnya. Aku dan Rina pun berhubungan terus dengan mereka
tanpa ada rasa menyesal.
Sempat aku pernah terlambat bulan,
dan mereka mau menikahiku, tetapi rasanya aku tidak mau di usia sekarang ini.
Akhirnya salah satu diantara mereka, yaitu Aris dapat membuatku datang bulan.
Dia mengundangku ke rumahnya, dan dia memberikan alat test untuk kucoba, dan
ternyata aku positif. Tetapi dia membuat semua ini seakan-akan tenang-tenang
saja. Lalu dia memberikan obat untukku, yang katanya dapat membuatku dalam
waktu beberapa jam menstruasi. Tetapi sebelum kupakai obat itu, dia meminta
ijin kepadaku untuk mengecup bibirku. Awalnya kutolak, tetapi akhirnya karena
tidak enak dengan kebaikannya, akhirnya kubersedia, dan kuberikan sebagai
ucapan terima kasihku. Akhirnya dia senang dan mulai melahap bibirku, entah
mengapa bibir dan lidah kami jadi berperang, birahi kami pun bersaing memuncak.
Adegan demi adegan berlanjut,
sehelai demi sehelai kain pun tertanggal dari tubuh ini. Akhirnya tubuh kami
menyatu penuh dengan birahi. Tampaknya dia tidak ada puas-puasnya untuk merasakan
tubuhku, serasa hanya ini kesempatannya. Karena usia kami masih muda dan
kondisi kami sangat fit, akhirnya ronde demi ronde pun terjadi. Semburan demi
semburan kurasakan di dalam tubuhku. Tetesan demi tetesan yang keluar dari
miliknya juga tertelan mulut ini, sampai tidak dapat dikeluarkannya lagi, dan
kami berdua jatuh TKO. Setelah itu kupakai obat pemberiannya dan beberapa waktu
kemudian rasa yang kualami setiap bulan kurasakan kembali.
Hari-hariku terus berjalan,
persahabatanku dengan Rina berlanjut dan jiwa kami masih muda, kami ingin
banyak mengenal sesuatu yang baru. Kami sering mendapat kenalan baru dan kami
saling berbagi, dan juga bertukar pasangan. Pengalaman dan pengetahuan kami
terus bertambah. Setiap lelaki yang tidur denganku dan Rina tidak mau lepas.
Mereka berusaha memiliki kami. Tubuh dan wajah yang indah dan kemampuan kami di
atas ranjang benar-benar membuat mereka ketagihan. Hubungan sex kami sangat
aktif, hampir setiap hari kami bergiliran dengan setiap pacar kami. Rasanya
makin diasah, gairah kami makin tajam, sampai-sampai tidak dapat dibendung
lagi.
Beberapa kali kami berkerkenalan
dengan pria yang hampir setua orangtua kami, aku dan Rina bertahap mulai dekat
dengan mereka. Mereka baik, lembut dan pengertian, selalu mau mengerti perasaan
kami. Disuatu hari, Om Edo mengajak kami jalan-jalan, kami senang dan dapat
bergembira dengan puas. Keesokan harinya, aku diajak Om Edo jalan-jalan ke
Lembang. Di sana kami jalan-jalan ke beberapa objek wisata terdekat. Udara pun
kurasakan dingin, gerimis membasahi bumi, aku tidak kuat menahan rasa dingin.
Rasanya aku perlu penghangat untuk menghangati tubuh ini. Beberapa kali
kupegangi telapak tangan Om Edo untuk merasakan hangat. Beberapa lama Om Edo
akhirnya mengerti keadaanku, dia merangkulku untuk membagi kehangatan tubuhnya.
Sampai di suatu tempat yang tenang,
di sana hanya ada kami serta tumbuh-tumbuhan saja. Awalnya kami duduk di antara
pepohonan. Om Edo berada di samping sambil merangkulku. Aku menyukai hangat
tubuhnya. Tampaknya cara duduk kami mengganggu, akhirnya kupindahkan tubuh ini
ke depan Om Edo. Aku duduk di depan tubuhnya, dan kurasakan kehangatan di
belakang tubuhku. Dia memelukku dari belakang. Salah satu tangannya kuajak ke
atas pahaku dan lalu kuelus-elus. Tangan Om Edo memeluk pinggangku. Perutku
dielus dengan pelan, tampaknya dia menikmati sentuhan tanganku, begitu juga
denganku. Tampaknya kami berdua mulai merasakan sesuatu yang menghangat. Tangan
Om Edo tidak mau kalah dengan tanganku, dia mengelus-elus pahaku, ah lembutnya
yang kurasakan.
Tahap demi tahap tangannya mengarah
ke lubangku, aku menikmatinya. Nafsu kami pun meningkat, Om Edo mencium dan
menikmati telingaku, ah beku tubuh ini rasanya. Perlahan dia mencium pipi dan
leherku dengan lembut, lalu perlahan ke arah bibirku. Akhirnya kami berciuman,
alangkah lembutnya Om Edo yang kurasakan.
Perlahan kulepas kecupannya, lalu kudekati telinganya, dan kubisikkan, “Yang lembut ya Om..!”
Om pun menunjukkan kemampuaanya, dia membuai jiwa, batin dan tubuhku, serasa melayang diri ini. Kupasrahkan tubuh ini untuk Om Edo, dan kami pun sama-sama menikmatinya.
Perlahan kulepas kecupannya, lalu kudekati telinganya, dan kubisikkan, “Yang lembut ya Om..!”
Om pun menunjukkan kemampuaanya, dia membuai jiwa, batin dan tubuhku, serasa melayang diri ini. Kupasrahkan tubuh ini untuk Om Edo, dan kami pun sama-sama menikmatinya.
Bibir Om Edo mengecup bibirku
kembali, tangan kirinya mengelus-elus celana tengahku dengan lembut. Perlahan
telapak tangan kanannya yang memeluk perutku kuarahkan ke dadaku, kurasakan
lembutnya sentuhan tangannya. Tangannya segera melakukan tugasnya dan kunikmati
sentuhan lembutnya. Perlahan kancing dan resteling jeans-ku dibuka Om edo.
Tangan kirinya menyusup ke dalam celanaku. Rupanya lubangku sudah terangsang
dan basah. Tanpa basa-basi, Om Edo menggosok daerah sensitifku, tanganya tidak
terburu-buru masuk ke vaginaku. Perlahan tangan kanannya meraih kaitan bra-ku
dan melepasnya perlahan. Tangan kanannya menyusup dan mengelus pundakku, lalu
perlahan ke depan, ke dadaku.
Sesaat beberapa lama kemudian, dia
mengangkat kaos dan bra-ku, sehingga mahkotaku terlihat jelas. Bibirnya
perlahan berjalan, dari bibir, dagu, leher, pundak dan akhirya putingku masuk
ke dalam mulutnya yang lembut. Dada, perut dan daguku reflek terangkat.
Perlahan tanpa kusadari tanganku melepas kaos dan bra-ku, celana jeans-ku pun
agak kuturunkan sedengkul, dan akhirnya kulepas semuanya dan kami buat menjadi
alas. Secara perlahan jari Om Edo masuk ke lubang vaginaku, ah daguku terangkat
tinggi. Kedua tempat itu, yaitu dada dan vaginaku disentuh Om Edo. Perlahan
jari Om Edo keluar-masuk di lubang vaginaku, awalnya aku tidak kuat menahan
nikmatnya sampai aku tegang dan menahan nafas. Aku melayang jauh dan tidak
sanggup bergerak, yang bisa hanya pasrah menikmatinya.
Sesaat kurasakan rangsangan yang
kuat, dan kukeluarkan desahan yang tidak sanggup kutahan. Tampaknya Om Edo
mengerti. Tanpa kusadari bajuku menjadi alas dan Om Edo perlahan memeluk
tubuhku dari depan. Dengan rasa pasrah dan penuh dengan kenikmatan, kudekap tubuh
Om Edo. Perlahan kurasakan ada sesuatu yang keras dan menonjol di dekat bawah
perutku, lalu perlahan masuk ke vaginaku, daguku terangkat dan suaraku tidak
sanggup kutahan. Desahan demi desahan suaraku yang tegang pun mengeras, sampai
akhirnya kami merasakan puncak dari semua itu. Akhirnya dari sana kami
berangkat menuju ke tempat Om Edo di daerah sana. Karena kami belum puas, kami
pun melakukannya kembali di tempat Om Edo.
Setelah semuanya terjadi, suatu saat
Om Edo mengajakku menikah. Maklumlah, dia ditinggal istri-istrinya (istri yang
lalu) yang sudah tiada, dan dia tidak memiliki anak. Dia mengatakan butuh aku,
tetapi kutolak, dan aku janji tetap membantu sesuatu yang kurang padanya, maaf
jawabku, begitu juga dengan Om Edo, dia berkata sama. Mulai dari situ aku
menyukai Om-Om, karena mereka memiliki cara berpikir dan emosi yang sudah
matang. Pernah suatu saat kukatakan pada Om Edo kalau aku pernah hamil, dan
untunglah tidak terjadi, lalu kuungkapkan aku tidak mau hamil di usia ini. Lalu
Om Edo mengenalkanku dengan alat-alt KB, lalu kucoba dan ternyata aku memilih
spiral, karena lebih aman. Lalu kutawarkan Rina untuk memakainya, dan dia
menyetujuinya. Akhirnya saat kami datang bulan, Om Edo mengajakku dan Rina ke
dokter kenalannya, lalu kami dipasangkan spiral.
Akhirnya kami merasa tenang dalam
setiap berhubungan. Tidak ada rasa was-was, yang ada hanya kepuasan. Setiap
semburan dari penis dapat kami rasakan dan nikmati di dalam permainan. Aku
melakukannya bukan hanya dengan Om Edo, tetapi juga dengan Om yang lainnya,
tapi hanya Om Edo yang terbaik. Suatu hari Om Edo ulang tahun, aku bingung
harus memberi hadiah apa, dia sangat baik.
Sesampainya di rumahnya kami, (aku
dan Rina) hanya merayakannya bertiga, dia, aku dan teman baikku Rina. Akhirnya
kami jalan-jalan. Dan akhirnya sampai kami kembali ke rumahnya, aku bingung
karena tidak ada hadiah. Terlintas aku ada ide, pastilah kami suka.
Lalu aku bertanya pada Rina, “Kamu mau nggak ama Om Edo..?”
Rina menjawab, “Terserah kamu, boleh aja..!”
Lalu aku mengajak Rina dan Om Edo ke kamar, di sana aku memancing Om Edo. Akhirnya dia terpancing, dan kami bermain bertiga. Karena hebatnya Om Edo, nafsu kami (aku dan Rina) menjadi tinggi. Dia mencumbu kami secara bergiliran. Karena aku dan Rina tidak kuat menahan nafsu, jika ada kesempatan, milik Om Edo kami nikmati, dan seterusnya kami bermain sampai puncak.
Lalu aku bertanya pada Rina, “Kamu mau nggak ama Om Edo..?”
Rina menjawab, “Terserah kamu, boleh aja..!”
Lalu aku mengajak Rina dan Om Edo ke kamar, di sana aku memancing Om Edo. Akhirnya dia terpancing, dan kami bermain bertiga. Karena hebatnya Om Edo, nafsu kami (aku dan Rina) menjadi tinggi. Dia mencumbu kami secara bergiliran. Karena aku dan Rina tidak kuat menahan nafsu, jika ada kesempatan, milik Om Edo kami nikmati, dan seterusnya kami bermain sampai puncak.
Tampaknya Om Edo sangat berterima
kasih kepada kami, terutama kepadaku. Segala sesuatu yang kami khayalkan selalu
dijadikan kenyataan oleh Om Edo. Waktu aku di kelas akhir sekolahku, aku dan
Rina sudah sering berganti-ganti pacar (cowok), tetapi tidak semuanya dapat
merasakan tubuh kami, karena kami tidak memberinya sembarangan. Kebetulan aku
dan Rina adalah teman sekelas, ya jadi kami sering bertemu. Saat itu kebetulan
aku dan Rina memiliki pacar yang sekelas, ya kami jadi sering berjalan bersama.
Hubungan kami sudah tidak ada batas lagi, kami sering berkumpul di rumah kami
secara bergantian. Tentu saja jalinan hubungan kami sangat dalam, sampai ke
dalam tubuh kami.
Hubungan kami tidak hanya di luar
sekolah, di dalam sekolah pun hubungan kami dengan pasangan kami sangat aktif.
Setiap keadaan yang memungkinkan, dan bila hasrat kami muncul, kami pun
melakukannya. Maklum, pakaianku sangat memungkinkan, sesaat kuangkat rokku
tinggi, kulepas sedikit CD-ku, maka milik pasangan kami dapat masuk dengan
leluasa, tentu saja dengan gaya tertentu. Terkadang di kelas, di wc sekolah,
atau tempat lainnya yang aman, kami terus melakukannya. Tentu kami harus
bergiliran berjaga-jaga, supaya tetap aman. Tetapi aku dan Rina masih
berhubungan dengan teman pria kami yang dulu, serasa diri kami rakus.
Akhirnya kami lulus dengan nilai
yang cukup baik, dan kami mengadakan perpisahan sekolah. Aku, Rina dan kekasih
kami pergi perpisahan bersama, kami berpasangan, dan tentu saja di sana kami
mencari kesempatan untuk mencurahkan birahi kami. Tetapi rasanya perpisahan
bukan hanya untuk kawan-kawan sekolah, tetapi juga kami (aku dan Rina) putuskan
untuk kekasih sekelas kami. Awalnya mereka tidak menerima dan menolak, tetapi
akhirnya mereka tidak dapat menolak, karena keputusan kami bulat, dan kami
jelaskan bahwa kami masih bisa akrab seterusnya.
Liburan panjang pun kami rasakan,
tampaknya Aris dan Heri akrab lagi terhadap kami, dan kami berjalan bersama.
Aku dan Rina diajak berlibur bersama mereka, dan kami pun bersenang-senang
bersama. Seusai berlibur dengan mereka, Om Edo pun memberi hadiah kepadaku dan
Rina berlibur ke Bali, dan kami merasakan kegembiraan bersama. Akhirnya kami
kuliah, dan tempat kuliah kami di pinggiran kota Jakarta. Di sana kami
dibelikan rumah oleh Om Edo sebagai tempat tinggal kami untuk kuliah. Kami
memberikan alasan ke keluarga bahwa tempat itu adalah tempat yang murah dan
baik buat kami. Akhirnya aku dan Rina tinggal di sana, dan kami berhubungan
akrab dengan Aris dan Heri, tetapi mereka tidak mengetahui bahwa kami
berhubungan dengan Om Edo yang kami katakan sebagai pemilik kost.
Awal kuliah kami masih
berganti-ganti pacar dan kawan. Mereka sering menginap, begitu juga aku dan Rina.
Akhirnya, di akhir semester, aku dan Rina mulai serius dengan Aris dan Heri.
Sering Om Edo, Aris dan Heri bergantian bermalam, tetapi Aris dan Heri tidak
mengetaui hubungan ini, kecuali Om Edo. Akhirnya kami lulus kuliah, dan kami
mulai mengurangi aktivitas hubungan intim kami terhadap Om Edo, dan dia
mengerti keputusan ini. Sampai akhirnya kami (Om Edo, aku dan Rina) dapat
jodoh, sampai pada saatnya Aris dan Heri memiliki kami, akhirnya janur kuning
menyelimuti salah satu jari kami.
Aku, Rina, Aris dan Heri terus
berhubungan sampai dengan hubungan yang tidak akan pernah lepas. Kami sering ke
luar kota bersama, di sana kami berpasangan. Terkadang kami jenuh berhubungan
dengan suami, tetapi kami tetap berpasangan, pasanganku adalah suami Rina dan
suamiku berpasangan dengan Rina. Kami melakukannya untuk mendapat gairah dan
mempererat hubungan kami. Kami terus menikmati ini sampai di atas rajang, dan
tanpa ada rasa cemburu serta iri, kami terus berbagi. Mereka bangga memiliki
kami, tidak jarang setiap bersama, tubuhku dan Rina ditelanjangi dan terus
dinikmati suami kami secara bergantian. Terkadang aku dan Rina serta Om Edo
masih berhubungan jauh, terkadang sebulan sekali atau lebih kami melakukannya
tanpa diketahui pasangan kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar