CERITA DEWASA -
Hari itu Warso dipanggil oleh sipir
penjara ,karena ada suatu keperluan yang amat penting. Lalu iapun menerima
surat pembebasan yang jatuh pada hari itu.. Ia amat gembira dan sangat bahagia
sebab ia akan bebas dan bisa menentukan arah dan sisa hidup selanjutnya. Meski
saat itu usianya menginjak 60 tahun. Setelah meninggalkan penjara itu iapun
melangkahkan kaki menuju rumah temannya yang telah bebas lebih dulu darinya
yang berada di kota Solo itu untuk menemui Gondo.
Gondo adalah sahabatnya saat di
penjara yang telah dahulu bebas. Ia menemui Gondo karena dijanjikan untuk
bekerja sebagai penarik becak dikota itu. Kebetulan Gondo amat dekat dengan
Warso.
Tidak lama kemudian Warsopun bertemu Gondo yang rumahnya tidak terlalu sulit ia temukan. Keesokan harinya iapun mulai bekerja menarik becak meskipun masih terbatas daerahnya. Saat menarik becak itu, naas menimpanya, tanpa disangka iapun ditabrak sebuah sedan dan tubuhnya terpelanting kejalan sedangkan becaknya rusak. Untunglah pengemudi sedan itu mau bertanggung jawab.
Tidak lama kemudian Warsopun bertemu Gondo yang rumahnya tidak terlalu sulit ia temukan. Keesokan harinya iapun mulai bekerja menarik becak meskipun masih terbatas daerahnya. Saat menarik becak itu, naas menimpanya, tanpa disangka iapun ditabrak sebuah sedan dan tubuhnya terpelanting kejalan sedangkan becaknya rusak. Untunglah pengemudi sedan itu mau bertanggung jawab.
Warso dibawanya ke rumah sakit
terdekat dan ditanggung biaya pengobatannya juga segala kerusakan becaknya.
Akhirnya setelah Warso sehat dan ia tidak terluka parah iapun ditawari si
pengemudi itu untuk bekerja di perusahaannya sebagai sopir karena Warso juga
bisa mengemudikan mobil. Untuk itulah akhirnya Warso bisa bekerja pada pria itu
yang ia ketahui namanya Indra.
Indra adalah seorang pengusaha muda
dikota itu . Warso adalah laki-laki asal pulau penghasil garam dari Jawa Timur.
Separuh umurnya dihabiskan didalam penjara di berbagai kota dipulau jawa. Saat
masih muda ia telah terbiasa oleh lingkungan yang keras dan kasar, juga kejam.
Wataknya dipengaruhi oleh cara pandang dunia hitam dan kriminal. Masih dalam
usia muda Warso telah diusir oleh warga daerahnya di Pulau itu karena sifat dan
prilakunya yang meresahkan warga kampung itu. Hingga akhirnya iapun sampai di
kota Surabaya .
Hampir tiada hari baginya yang untuk
selalu bertindak jahat. Merampok, jambret dan melukai orang telah beberapa kali
dilakoninya. Hingga namanya menjadi tersohor atas kesadisan dan kekejamannya.
Ia amat disegani kalangan hitam dan menjadi buronan serta incaran aparat
penegak hukum. Dalam suatu perampokan dia membunuh korbannya. Peristiwa itu
membuatnya menjadi orang buronan dan TO yang berwajib hingga berhasil
ditangkap. Dalam melakukan aksinya Warso memiliki beberapa orang anggota
komplotan. Namun mereka telah tewas tertembak. Semua hasil kejahatannya
dihabiskan di tempat lokalisasi dan meja judi dan foya foya. Namun beruntung
Warso Masih hidup dan menjalani hukuman. Hukuman yang diterimanya pun amat
berat dan memakan waktu yang cukup lama. Hingga ia sempat dipindah ke
Nusakambangan, lalu pindah penjara dan akhirnya ia terdampar pada sebuah
penjara yang berada di sebuah kota Jawa Tengah . Itu terjadi karena usianya
mulai tua dan kelakukannya yang baik dan tidak membahayakan.
Selama ia menjalani masa tahanan ia
slalu patuh dan disiplin hingga ia mendapatkan remisi dan akhirnya dibebaskan.
Sekeluar dari penjara itu Warso berkeinginan untuk hidup dijalan yang benar dan
lurus. Warso sempat merasa putus asa saat keluar penjara. Dia gelisah karena
tidak memiliki kerabat dikota itu. Apalagi keluarga. Ia juga bingung memikirkan
biaya untuk kembali ke Surabaya.Untunglah ada Gondo sahabatnya saat di penjara.
Saat itu Gondo menawarinya kerja sebagai tukang becak. Indra menawarkan
pekerjaan pada Warso dan dengan senang hati tawaran itu diterimanya. Warso
tidak menjelaskan statusnya yang narapidana itu. Ia khawatir Indra tidak akan
mau menerimanya bekerja karena statusnya itu, membuat orang berpikir untuk
menampungnya bekerja. Sebab sangat sulit mendapatkan kerja mengingat status
yang disandangnya itu. Suasana dalam kamar itu masih sejuk karena hembusan AC
yang mendinginkan. Namun semenjak terisapnya asap yang masuk ketubuh wanita itu
membuat si wanita tidur dengan gelisah. Sedangkan suaminya yang tidur
disampingnya terlihat sangat nyenyak dengan sisa sisa kelelahan yang tersirat
diwajah pasangan itu.
Memang sebelum tidur pasangan itu
terlebih dahulu telah berhubungan badan hingga mereka kecapaian dan terlelap.
Namun si wanita tidak demikian, terlihat kegelisahan dan lelehan keringat
dingin ditubuhnya yang ramping dan wajah cantik itu. Tubuhnya basah oleh
keringat padahal hawa dalam kamar itu masih sejuk. Masih dengan mata terpejam
gerakan si wanita meronta ronta lembut seolah olah mendengus dan merintih.
Gerakannya seperti sedang melakukan hubungan badan dengan sesosok yang tidak
terlihat oleh kasat mata. Pada akhir gerakannya iapun terlihat membuka kedua
pahanya dan memajukan kemaluannya kearah atas seakan telah terjadi penetrasi.
Tubuh putihnya itu akhirnya melengkung keatas lalu meregang dan melemah basah
oleh keringatnya. Dalam mimpinya saat itu si wanita telah bersebadan dengan
sesosok bayangan ghaib sebagai reaksi atas terhirupnya asap tadi. Persetubuhan
gaib itu amat membuatnya orgasme dengan dasyat mengalahkan persetubuhannya
dengan suaminya. Iapun lalu terkulai lemas dan menikmati detik-detik
persebadanan gaib itu hingga iapun terlelap.
Indra adalah seorang pengusaha muda
yang cukup mapan. Usianya masih sangat muda yaitu 31 thn . Usaha itu
dirintisnya semenjak kuliah dulu. Dan kini terlihat perkembangan yang cukup
pesat. Memang andil dari orangtuanya amat berpengaruh. Sebab ayahnya adalah
seorang pejabat teras yang cukup ternama di kota itu. Keluarganya pun cukup
terpandang karena status sosialnya dimasyarakat cukup bagus. Indra telah
menikah dengan seorang wanita cantik juga dari lingkungan yang terpandang dan
masih berdarah biru. Namanya Vina, usianya pun masih muda yaitu 25 tahun.
Vina menikah dengan Indra karena
kepiawaian Indra menaklukan hatinya. Padahal dulu Vina telah bertunangan dengan
seorang dokter yang di jodohkan oleh orangtuanya. Apalagi sang Dokter adalah
tamatan luar negeri. Namun karena ketekunan dan ketelatenan Indra, akhirnya
Vina dapat ia sunting. Apalagi melihat status sosial keluarganya dimasyarakat
yang cukup dikenal maka memudahkannya mendekati orang tua Vina. Ikut campurnya
orang tua mereka dalam perjodohan itu amat kental. Sebab bagi mereka jika
menikah dengan orang sembarangan akan membuat keturunan mereka akan rusak.
Makanya baik ( BIBIT, BOBOT, BEBET ) amat di perhatikan org tua mereka. Mereka
tidak ingin anaknya hidup susah dan melarat jika menikah dengan orang
kebanyakan yang tidak jelas asal usulnya. Falsafah ini amat dipegang mereka.
Sosok Vina amat cantik dengan kulit
putih , rambut sebahu. Kecantikannya tidak kalah dengan artis, malahan wajahnya
mirip sekali dengan seorang bintang seorang presenter infotaimnent Sensor di
Indosiar itu. Memang mereka amat serasi. Yang laki-laki tampan dan wanitanya
cantik. Kalau tidak salah mereka memang potret pasangan muda masa kini. Tidak
heran banyak rekan dan kolega mereka yang merasa iri atas keserasian mereka,
selain cantik dan lembut tutur katanya, Ia juga merupakan seorang sarjana. Vina
pun di percaya oleh orangtuanya untuk menjalankan usaha keluarganya dibidang
farmasi. Jadi tidak heran masing-masing mereka asyik dengan kesibukannya. Indra
dan Vinapun amat menghormati orang-orang disekelilingnya. Tidak pernah rasanya
ia berkata kasar. Dan para karyawannya pun merasa nyaman bekerja pada mereka.
Apalagi kepada orang yang lebih tua mereka amat santun. Juga dalam berpakaian
baik Indra maupun Vina jarang terlihat sembrono. Mereka amat menjunjung ajaran
agama dan leluhurnya.
Seiring perkembangan usaha dan
kesibukannya, maka Warso diminta Indra menjadi sopir pribadinya. Selama ini
Warso tinggal di lingkungan perusahaan dan hanya menyopiri mobil perusahaan.
Warso harus mendampinggi Indra yang sering ke luar kota, dan untuk kelancaran
tugas tugasnya maka Warso diberi ajak tinggal serumah dengan Indra. Ia
diberisebuah kamar di paviliumnya. Kamar itu amat bagus dan bersih. Warso
diangkat sebagai sopir pribadi karena kesetiaan dan karena Indra merasa aman
jika selalu bersama Warso. Sebab ia akan sering keluar kota dan membawa uang
dalam jumlah yang besar. Ia amat percaya pada Warso. Apalagi Warso pernah
mengagalkan upaya perampokan atas dirinya beberapa waktu yang lalu.
Seiring berjalannya waktu dan
aktifitasnya. Vina yang juga menjalankan usaha dari keluarganya, maka Indra
meminta Warso agar menyopiri mobil Vina. Indra tidak ingin Vina terlalu sibuk
dan terlalu capai jika menyetir sendiri mobilnya dalam bepergian. Indra ingin
Warso yang menyetir mobil istrinya itu karena ia telah mengetahui dan merasa
Warso amat bisa dipercaya. Ia tidak ada berkeinginan untuk mencari sopir baru.
Untuk aktifitasnya iapun masih memiliki sopir kantor yang bisa sewaktu waktu
dibutuhkannya. Bagaimanapun Indra ingin agar Vina selalu fit dalam
aktifitasnya. Sebagai seorang karyawan Warso hanya menurut saja kepada perintah
majikannya itu. Bagi Indra setiap Warso berganti posisi dalam pekerjaan selalu
diiringi dengan penambahan isentif gaji juga bonus.Hingga Warso bisa menabung.
Vinapun sering memberinya uang dan membelikan pakaian jika sedang singgah pada
sebuah pusat perbelanjaan.
Memasuki tahun kedua masa kerjanya
pada keluarga itu. Warso berkeinginan untuk mencari pendamping hidup. Ia
merasakan hidupnya sepi dan sebagai laki-laki yang normal ia ingin menyalurkan
hasrat biologisnya pada lawan jenis. Dengan menikah ia merasa dan berharap agar
jerih payahnya akan ada artinya. Ia belum juga menemukan sosok wanita yang
diinginkannya. Pada suatu saat Vinapun pernah menanyakan padanya tentang
masalah itu. Sebab Vina dan Indra merasa tidak enak hati jika di hari tuanya
Warso tidak ada yang merawatnya. Ia tahu sebagai manusia biasa dan laki-laki
tentunya Warso yang telah ia anggap keluarga juga perlu sarana dalam penyaluran
libido dan pelampiasan sebagai laki-laki, maka dengan itulah ia ingin Warso
cepat-cepat mendapatkan pendamping hidup. Sebab jika tidak maka Warso bisa saja
melakukan hal-hal yang terlarang menurut ajaran agama dan norma yang ada.
Menerima desakan dari majikannya
itu, Warsopun berkata jujur bahwa ia belum menemukan wanita yang cocok
untuknya. Vinna pun memberikan alternatif agar Warso mencari yang seusia
dengannya. Sebab secara lahiriah Warso tentunya tidak akan mungkin dapat
mengimbangi hasrat dan gairah wanita muda sesuai dengan usianya. Dan lagi pula
Warso tidak mungkin lagi untuk mengikuti cara hidup gadis belia. Tentunya akan
merepotkannya. Dengan patuh dan sopan Warsopun mengangguk setuju. Sebab bagi
Vinna ,Warso kini telah menjadi anggota keluarganya dan ia pun merasa
bertanggung jawab terhadap hidup pembantu pembantunya. Dan tidak heran dengan
sopan ia menanyakannya.Semua itu juga merupakan hasil kesepakatannya dengan
Indra suaminya.
Sebagai laki laki normal Warso
memang terkadang hasrat sexuilnya butuh penyaluran.Tidak heran Warso menjadi
uring-uringan dan terkadang beronani. Ia melakukan itu karena tidak tahan akan
tuntutan kebutuhan biologisnya. Bermacam macam wanita yang ia bayangkan dalam beronani.
Mulai dari artis sinetron hingga wanita yang sering dilihatnya pada sebuah
koran atau majalah. Diusianya yang tidak muda itu ia merasa malu untuk
mendatangngi lokalisasi. Apalagi ia tinggal bersama majikannya, tentu ia akan
merasa malu jika diketahui majikannya. Ia tidak ingin dikeluarkan dari
pekerjaan yang halal ini. Baginya bekerja pada keluarga itu telah merubah
hidupnya menjadi lebih baik dan terarah.
Hari demi hari keinginan itu semakin
memuncak dan dalam aktifitas onaninya tidak jarang ia membayangkan bersetubuh
dengan wanita yang tabu untuk ia impikan. Wanita itu adalah Vina. Sebab hampir
setiap hari ia selalu bersama Vina dan terkadang terbawa kedalam mimpinya.
Padahal ia telah berusaha menepis dan menghapus bayangan Vina yang merupakan majikannya
itu. Namun semua itu tidak dapat ia lakukan. Memang ia akui sosok Vina amat
menggoda nafsu laki-laki, dan hanya laki-laki bloon dan impoten saja yang tidak
tertarik kepada wajah dan bentuk tubuh juga kecantikan Vina. Perasaan tabu dan
bersalahnya semakin menipis selama ia terus melakukan onani dengan membayangkan
wajah dan sosok Vina. Awalnya ia hanya iseng, namun lama kelamaan ia semakin
ketagihan. Warso tahu tidak sedikit dari laki-laki yang ditemuinya dan yang
menjadi rekan kolega majikannya itu memandang rasa minat kepada Vina.
Warso tahu dari cara mereka itu
memandang Vina. Tidak terhitung kalinya para laki-laki kolega Vina yang
berusaha mendapatkan informasi tentang segala macam yang berkaitan dengan Vina
pada Warso, sekedar ingin mendekati majikannya itu. Namun Warsopun masih bisa
dipercaya dan tidak mau membuat masalah. Lelaki kolega Vinapun sering mencuri
pandang pada bagian-bagian tubuh Vina yang sensitif. Itu pernah terpergok
Warso. Namun semua itu masih dalam batas toleransi karena ia sadar majikannya
memang menarik dan ia tetap memegang teguh kepercayaan yang diberikan Indra dan
Vina hingga iapun tidak mau menjerumuskan majikannya itu. Juga karena sikap dan
sopan santunnya Vina semua godaan dari relasinya itu hilang begitu saja.
Namun bagi Warso yang sering
bepergian dan bersama Vina amat sulit menghapusnya. Apalagi jika telah berada
dalam mobil amat kentara wangi yang terpancar dari tubuh Vina tercium olehnya.
Keharuman itu amat menggoda gairah kelaki-lakiannya.
Pada suatu malam saat ia akan
beronani, Warso merasa gelisah karena ia belum juga klimaks, padahal ia telah
memimpikan Vina dalam berbagai pose. Matanya pun sulit untuk tidur malam itu.
Ia lalu keluar dari kamarnya dan menghidup udara malam . Entah dari siapa
perintah itu, perlahan kakinya melangkah kepojok rumah induk. Dilihatnya cahaya
lampu dikamar itu masih menyala. Padahal waktu telah menunjukan pukul 23.30.
Biasanya kedua majikannya itu telah tidur. Niat isengnya muncul. Ia mengendap
seperti maling dan itu pernah dilakukannya di waktu muda dulu. Untunglah diluar
kamar itu tidak ada penerang dan hanya di hiasi oleh rumput Jepang dan tiang
lampu yang tidak berfungsi. Lalu ditempelkannya telinganya ke daun jendela
kamar itu. Sesaat terdengar dengusan nafas tertahan dari dua orang anak manusia
yang sedang bersetubuh. Warso mengetahui itu adalah suara kedua majikannya
sedang berhubungan badan. Ia berusaha mencari celah di jendela itu. Kemujuran
masih berpihak kepadanya malam itu. Lewat celah yang tidak tertutup kordyn dari
dalam kamar itu ia dengan mata telanjang dapat melihat aktifitas suami istri
itu. Keduanya sedang melakukan persenggamaan.
Tubuh Indra dan Vina tidak tertutup
oleh sehelai benangpun. Indra terlihat sedang menaiki tubuh Vina dan kedua alat
kelamin mereka telah menyatu. Dengan gerakan teratur tubuh Indra bergerak maju
mundur diantara kedua paha Vina yang terkangkang saat itu. Juga kedua tangannya
sibuk menggapai kedua payudara istrinya yang putih dan mulus itu. Besarnya
hanya sekepalan tangan Indra suaminya. Melihat itu Warso lalu memegang penisnya
yang mulai mengeras sebagai reaksi atas apa yang dilihatnya. Matanya tuanya
terpaku melihat kedua tubuh manusia yang sedang bersebadan itu. Namun yang
menjadi perhatian Warso hanyalah tubuh Vina. Saat itu Vina tidak mengenakan
apapun juga, tubuh dan gelantungan payudaranya yang putih dan amat indah itu
basah oleh keringat hingga mengkilat dan bergoyang mengikuti gerakan tubuhnya
yang sedang digenjot oleh suaminya. Selama ini Warso hanya melihat sosok Vina
yang terbungkus pakaian dan sedikit celah didadanya saat Vina memakai blus
kerja. Pada malam itu ia dengan leluasa dapat menyaksikan tubuh yang selama ini
jadi impiannya terbuka seutuhnya.
Terlihat Vina hanya memejamkan mata
dan memalingkan kepalanya kekiri kanan seolah kesakitan menahan bobot tubuh dan
sodokan penis suaminya ke liang kemaluannya. Padahal Warso memperhatikan penis
Indra tidaklah terlalu besar. Namun Vina tampaknya kesakitan terdengar dari
rintihan erotis dan dengusnya saat itu. Ia hanya bertumpu pada bahu Indra.
Tubuh Vina amat putih dan tiada cacat sedikitpun. Apalagi telah basah oleh
keringat saat itu. Beberapa saat kemudian Indra menyudahi sodokannya. Tampaknya
ia telah klimaks. Memang saat itu Indra telah menyudahi persetubuhan itu secara
sepihak. Perlahan kemudian ia tarik kemaluannya dari liang sanggama Vina.
Penisnya terlihat telah loyo dan basah oleh lendir sperma yang bercampur lendir
vagina istrinya. Namun Vina terlihat kecewa.
Vina hanya memalingkan wajahnya yang
juga ada burtiran keringat itu dari Indra. Saat Indra rebah disampingnya.
Kejadian itu terlihat jelas oleh Warso. Sisa sisa kekecewaan di timpakan Vina
dengan menutup tubuh bugilnya dengan selimut lalu ia berbaring membelakangi
suaminya. Warso melihat itu merasa yakin bahwa Vina tidak pernah mendapatkan
kepuasan dari persenggamaan bersama suaminya. Melihat aktifitas dikamar itu
telah selesai, Warso lalu kembali kekamarnya. Diapun melanjutkan onaninya
dengan membayangkan wajah dan tubuh Vina yang ia saksikan dengan jelas saat
tadi. Tidak lama kemudian ia dapat klimaks dengan mudah, mungkin karena telah
mengetahui lekuk lekuk rahasia di tubuh Vina.
Esok harinya Warso terus berkutat
dengan kesibukannya. Iapun sempat memperhatikan tingkah suami istri itu. Ia
tidak melihat wajah muram atau masam di wajah Vina. Pagi itu Vina memang
selesai keramas dan dengan rambut basah tetap menyambut suaminya untuk sarapan
pagi dengan rasa cinta. Tidak terlihat kekecewaannya malam itu. Memang
beruntung Indra mendapatkan Vina yang cukup dewasa dalam bertindak dan menempatkan
masalah ranjang habis dikamar saja. Vina tetap memegang teguh ajaran agama dan
leluhurnya yang slalu di berikan oleh orang tuanya agar seorg istri yang nrimo
kepada suami. Semenjak ia menikah ia telah berjanji untuk menerima suaminya apa
adanya baik kekurangan maupun kelebihannya. Baginya urusan ranjang biarlah
habis dikamar saja dan tidak akan ia bawa sampai keluar kamar. Itu sesuai
dengan ajaran ibunya yang cukup pandai mendidik anak2nya itu.
Semenjak mengintip malam itu, Warso
menjadi ketagihan untuk slalu mengikuti aktifitas ranjang pasangan itu. Warso
menjadi hafal saat saat pasangan itu bersebadan. Iapun seolah mengetahui jadwal
dan rutinitas suami istri itu. Iapun amat ketagihan karena dapat dengan rutin
menyaksikan ketelanjangan dan segala rahasia ditubuh Vina. Warsopun mengetahui
bahwa Vina memang tidak pernah orgasme dan Indra adalah seorang suami yang
tidak mengetahui keinginan istrinya. Indra dilihatnya terlalu egois dan hanya
mengejar kenikmatan sendiri. Warsopun menjadi kasihan pada Vina, karena Vina
yang cantik hanya dijadikan pajangan dan sarana kepuasan Indra semata. Bagi
Warso, sayang sekali jika istri secantik Vina tersia sia dan seakan terabaikan
keinginannya sebagai wanita dewasa, iapun berandai andai jika ada wanita
secantik Vina jadi istrinya ia berjanji akan memuaskannya secara lahir bathin.
Tidak akan ia lihat istrinya menangis kecewa hanya karena hubungan sex yang tak
terpuaskan, malah ia ingin istrinya menangis puas dalam orgasme.
Waktu berjalan terus dan rutinitas
baru itupun dilakoni Warso. Warsopun akhirnya terobsesi untuk mencampuri urusan
rumah tangga Indra. Padahal Warso bukanlah siapa siapa dari pasangan itu. Ia
tidak sadar siapa dirinya dan apa tugasnya. Warsopun mereka reka sebab kenapa
sampai saat itu Vina belum juga hamil. Padahal ia tahu segalanya telah dimiliki
keluarga itu. Dan secara tak sengaja ia mendengar keluhan Vina tentang desakan
dari orangtua Indra dan Vina agar mereka cepat-cepat punya keturunan. Padahal
selama ini Vinapun selalu berupaya agar selekasnya hamil. Sampai sampai
merekapun tidak menggunakan alat kontrasepsi dalam berhubungan suami istri.
Segala upaya telah mereka lakukan dengan konsultasi pada seorg dokter
langganannya. Dan kesehatan mereka berduapun cukup sehat dan subur untuk bisa
hamil. Vina pun tanpa sengaja pernah mengeluh pada Warso saat didalam mobil
setelah pulang dari periksa ke dokter. Sebagai sopir atau pembantu Warsopun
hanya berucap seadanya pada Vina agar slalu sabar, mungkin saja belum saatnya
Vina hamil.
Dan setiap yang terlihat oleh Warso
saat suami istri itu bersebadan, mereka selalu polos tidak menggunakan
kontrasepsi apapun. Apalagi ia yang sering mengantar Vinapun ke dokter
kandungan hanya konsultasi soal keinginan mereka agar secepatnya memiliki
momongan.
Aktifitas onani Warsopun semakin
menggila. Ia seakan kehilangan akal sehat. Ia seakan tau penyebab masalah Vina
itu. Kuncinya adalah Indra terlalu egois dan iapun berkesimpulan bahwa iapun
bisa menghamili Vina, jika diberi kesempatan. Bisik… hatinya. Ia tidak lagi
memandang Vina sebagai majikannya yang harus ia jaga.
Sekarang iapun berobsesi untuk
memasuki kehidupan Vina dan menikmati kehangatan tubuhnya, juga kalau bisa
merampasnya dari tangan suaminya yang syah. Apapun caranya baik secara halus
atau kasar.Ia amat terobsesi dan terpesona akan sosok Vina yang cukup cantik
dan masih keturunan terhormat itu. Alangkah bangganya ia jika kelak dapat
keturunan dari wanita darah bangsawan dan cantik itu. Apalagi yang ia tahu,
saat bersebadan dengan suaminya Vina terlihat selalu kesakitan di kemaluannya
padahal penis suaminya itu tidaklah lebih besar dari jempol Warso. Berarti
jepitan liang kemaluan Vina amat seret dan belumlah longgar seperti wanita
wanita yang dulu pernah ia gauli. Apalagi Indra yang diluar terlihat gagah,
jantan dan bijaksana juga amat peduli pada semua org ternyata di atas ranjang
tidaklah ada apa apanya.
Warsopun berpikiran bisa saja Vina
jatuh ketangan laki laki lain,sebab dalam menjalankan usahanya ia juga memiliki
bawahan dan kolega dari pria pria mapan dan terpelajar. Mengingat kemungkinan
terburuk yang akan melanda Vina karena tekanan mertua dan orangtuanya juga
kondisi ranjangnya yang tidak pernah membuatnya puas segalanya bisa terjadi.
dan pria mana yang akan menolak jika ada sinyal dari Vina. Namun semua perkiraan
Warso itu tidaklah terbukti. Tidak ada sedikitpun Vina berubah,ia masih tetap
setia pada suaminya. Dan Warso semakin merasa sangat berkepentingan dengan
semua itu. Ia ingin Vina jatuh kepelukannya tanpa ada gangguan dari pihak
manapun juga.
Pikiran sesat dan keinginan tobatnya
telah terkubur didalam hati Warso. Semuanya tertutup oleh hawa nafsu
kebinatangan yang menggiringnya kepada perbuatan nista. Denganmenggunakan
sedikit uang dari tabungannya. Warso mendatanggi seorang dukun yang ia kenal saat
di Surabaya dulu. Untuk kesanapun ia berbohong dengan alasan ada keperluan
dengan kerabatnya. Warso tidak lagi memikirkan akibat perbuatannya. Padahal
selama ini Indra dan Vina amatlah baik kepadanya. Indra telah menganggapnya
sebagai saudaranya dan orang tuanya, Vinapun demikian.Padahal apa yang
dipikirkan Warso itu amat berlawanan dengan kenyataan yang dialami Vina. Bagi
Vina kepuasan sexuil itu merupakan masalah pribadinya dengan Indra dan iapun
tidak mempermasalahannya. Ia sudah cukup merasa bahagia dengan keadaannya yang
sekarang dan iapun tetap rukun-rukun saja dengan suami yang amat ia cintai.
Adapun Warso bertindak dengan
memakai jasa dukun karena ia sadar, tidak akan diterima Vina secara baik-baik.
Apalagi melihat sosok Warso yang berwajah hitam kasar ditambah usianya yang
lebih tua dari kedua orang tua Vina.Warso memang tidak pantas untuk mendapatkan
Vina. Apalagi Vina dari keluarga terhormat dan terpelajar.Merasa tidak pantas
itulah makanya Warso menggunakan bantuan Dukun. Dukun itu mensyaratkan Warso
untuk membawa celana dalam yang habis dipakai Vina juga beberapa helai rambut
yang dengan mudah ia dapatkan Warsopun berusaha dengan mencuri cd bekas pakai
itu dari mesin cucian,sebelum dicuci mbok Asih. Iapun lalu menyerahkan semua
itu pada dukun itu.Dan dimalam yang sepi dan dingin pada saat Jumat Kliwon
itulah Warso melakukan ritual yang diajurkan dukun itu dengan betelanjang
bulat. dalam ritualnya itu pun Warso diinstruksikan untuk melakukan onani
sampai klimaks dan semua itu merupakan ritual yang akan dirasakan Vina saat
tidurnya itu. Sedang sperma yang muncrat dari onani Warso saat ritual itu akan
bersenyawa didalam rahim Vina secara gaib.
Menguna gunai Vina sanagt susah. Ia
memiliki suatu kekuatan yang sulit ditembus oleh kekuatan gaib di liang kemaluannya.
Itu hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja. Dan jika Warso berhasil
maka Vina akan sepenuhnya terikat pada Warso. Indra tidak akan bernafsu lagi
untuk meniduri istrinya jika Warso telah berhasil menumpahkan spermanya. Dan
juga jika Warso berhasil, Kehidupannya akan terjamin dan berwibawa dimata umum
juga secara materil akan meningkat. Itulah nasehat dari dukun itu. Dengan
bersemangat Warso tidak sabar untuk menunggu saat yang dinantikannya itu.
Sesuai petunjuk sidukun Vina telah
bisa di tiduri Warso, namun ia harus melihat waktu yang tepat saat suaminya
tidak ada. Dan masih menurut dukun itu, pada awalnya Vina akan menolak
keinginan Warso itu secara keras. Dan perlawanan dari Vina akan mengendor
semenjak matanya dipandang saat akan di tiduri juga. Dan untuk menundukkannya
Warso harus pintar-pintar mengatur cara dan strateginya. Wejangan dari dukunnya
itu. Sebab untuk menundukkan Vina sangat besar resikonya. Apalagi Vina masih
terikat pernikahan yang syah dengan Indra.
Seminggu setelah ritual yang
dilakukannya itu, Warso akhirnya mendapatkan saat yang dinantikannya itu. Saat
saat pelaksanaan itu dapat dilakukannya pada waktu Indra yang setiap bulannya
melakukan perjalanan bisnis ke Jakarta. Biasanya Indra ke Jakarta pergi selama
5-7 hari tergantung lamanya urusannya. Warso telah hafal akan jadwal perjalanan
Indra. Dan sore itu Indra berangkat ke Jakarta dengan memakai mobil pribadinya.
Sedang sopirnya dipakai yang biasa di kantornya, sebab Warso diwanti-wanti
untuk menjaga rumah dan Vina berikut isinya. Warsopun menerimanya dengan senang
hati. Dan yang lebih membuatnya girang adalah kebetulan saat itu Mbok Asih
pembantu keluarga itupun izin pulang ke desanya karena cucunya akan khitanan.
Mbok Asih minta izin pada majikannya selama 4 hari. Nah kesempatan itu akan
membuat Warso bisa mereguk sepuasnya kebersamaan dengan Vina tanpa adanya
gangguan dari orang lain.
Sore itupun Warso menutup pagar
rumah yang tinggi itu dengan rapi dan menguncinya dari dalam. Iapun lalu masuk
kedalam kamarnya dan mandi. Setelahnya Warsopun mengambil ramuan yang telah ia
sediakan biasanya ia minum untuk menjaga kondisi tubuhnya agar bugar dan
staminanya terjaga. Ramuan itu adalah ramuan khas tradisonal daerahnya yang
telah terbukti khasiatnya terutama untuk pria yang akan melakukan hubungan sex.
Sengaja ia minum agar nanti jika melakukan persebadanan dengan Vina akan dapat
membuatnya lebih jantan dan bisa mengalahkan gejolak darah muda Vina. Sebab
untuk yang pertama kali itu ia harus meninggalkan kesan yang mendalam pada Vina
untuk menghantarkannya ke sorga dunia seutuhnya dalam hub laki laki perempuan.
Selesai minum jamu kuat itu iapun
beranjak kedalam rumah induk untuk makan. Dan sekalian melihat situasi kondisi
rumah saat itu. Memasuki ruang belakang dan menuju dapur dan dekat sebuah meja
ia berhenti lalu meraih piring dan nasi. Ia lalu duduk dan makan dengan lahap
maklum rasa lapar menggerogotinya. Ia sesekali menoleh kedalam rumah untuk
melihat majikannya. Ia tidak melihat Vina. Mungkin Vina masih dikamar pikirnya.
Dalam keasyikannya makan itu , Vina muncul dari dalam rumah dengan pakaian
kimono sutra yang amat serasi dengan kulitnya yang putih mulus itu. Tampak
rambutnya sedikit basah, rupanya Vina barusan selesai mandi. Tersirat
kecantikannya secara alami tanpa polesan make-up dan wangi tubuhnya saat
melintas didepan Warso yang sedang makan di ruang dapur yang luas dan mewah itu
mereka bertemu.
“Oh….. pak Warso.. lagi makan ya?
Ditambah nasi dan lauknya pak?” tawar Vina.
“Sudah… bu? Saya dari tadi makan dan hampir selesai . jawab Warso. Ibu mau makan juga ya? tanya Warso.
“Iya… pak. Tapi kenapa bapak menyudahi makan? Saya jadi ndak enak…lho…” kata Vina, dengan logat jawanya yang kental.
“Ah….bener lho bu… saya udah rampung makannya.. masak saya bohong….??? Ntar mau ditaruh dimana makanannya?” jawab Warso sambil bercanda.
“Sudah… bu? Saya dari tadi makan dan hampir selesai . jawab Warso. Ibu mau makan juga ya? tanya Warso.
“Iya… pak. Tapi kenapa bapak menyudahi makan? Saya jadi ndak enak…lho…” kata Vina, dengan logat jawanya yang kental.
“Ah….bener lho bu… saya udah rampung makannya.. masak saya bohong….??? Ntar mau ditaruh dimana makanannya?” jawab Warso sambil bercanda.
“Tapi… bapak temenin saya makan ya?
Soalnya mbok Asih nggak ada. Bapak bikin aja kopi… biar ada yang nemenin saya.”
imbuh Vina ramah.
“Tapi bapak jangan sungkan-sungkan lho? Nanti saya lapor mas Indra jika bapak sungkan-sungkan…” ancam Vina.
Memang dalam keluarga nya Vina dan Indra tidak membedakan para pembantunya itu. Bagi mereka soal pekerjaan adalah urusan tersendiri dan jika telah berada di rumah berarti mereka adalah keluarga. Indra akan marah jika tahu para pembantunya bersifat terlalu sungkan-sungkan dan malu malu. Mereka amat terbuka pada dan sering bertukar pikiran dengan pembantu-pembantu nya.
“Baiklah bu?” jawab Warso yang kemudian berjalan dan membuat kopi setelah ia mencuci piring makannya di wastafel.
“Tapi bapak jangan sungkan-sungkan lho? Nanti saya lapor mas Indra jika bapak sungkan-sungkan…” ancam Vina.
Memang dalam keluarga nya Vina dan Indra tidak membedakan para pembantunya itu. Bagi mereka soal pekerjaan adalah urusan tersendiri dan jika telah berada di rumah berarti mereka adalah keluarga. Indra akan marah jika tahu para pembantunya bersifat terlalu sungkan-sungkan dan malu malu. Mereka amat terbuka pada dan sering bertukar pikiran dengan pembantu-pembantu nya.
“Baiklah bu?” jawab Warso yang kemudian berjalan dan membuat kopi setelah ia mencuci piring makannya di wastafel.
Ia lalu duduk semeja dengan Vina
yang saat itu sibuk menyendok nasi ke mulutnya yang mungil itu. Warso duduk
didepan Vina sehingga ia dapat dengan bebas memandang kecantikan majikannya itu
dari dekat. Dalam saat itu, mata Warso terus memperhatikan Vina yang terlihat
sibuk makan dan mengunyah makanannya sambil melihat sebuah tabloid. Matanya
terus memperhatikan sosok yang selama ini menjadi impiannya itu.Mulai dari jari
yang halus dan kuku yang agak panjang dan dihiasi cincin kimpoi emas putih yang
dihiasi dari berlian di jari manis itu. Pandangannya beralih ke dada Vina yang
besarnya sempurna dan masih kecil untuk ukuran telapak tangan Warso yang kasar
dan penuh bulu itu.Air liunya ditelannya membayangkan tubuh majikannya yang
duduk didepanya itu. Tenggorokannya seakan kering menahan gejolak dalam
dadanya. Juga terlihat lehernya yang jenjang juga putih dan dihiasi seuntai
kalung emas putih berlogo V. Tanpa ia duga, lalu pandangan Warso bertabrakan
dengan mata Vina.
“Vina pun berkata, ada apa pak? koq
memandang saya seperti itu?” kata Vina.
“Abis ibu amat cantik dan menarik lho. Jadi wajar khan saya memandang wajah ibu yang cantik dan alami itu khan?” jawab Warso polos.
“Ah!… bapak bisa aja.” Sahut Vina.
“Abis ibu amat cantik dan menarik lho. Jadi wajar khan saya memandang wajah ibu yang cantik dan alami itu khan?” jawab Warso polos.
“Ah!… bapak bisa aja.” Sahut Vina.
“Saya biasa saja lho pak? ndak ada
yang istimewa lho?” imbuh Vina merendah.
“Nah makanya bapak cepat cepat cari istri biar ada yang merawat dan bisa bapak lihat setiap hari. Kan kasian hari tua bapak nggak ada yang nemanin… juga yang akan merawat bapak,.. jika sakit…” sahut Vina sambil senyum. Padahal saat itu dalam hatinya saat itu amat girang karena pujian dari Warso.
“Nah makanya bapak cepat cepat cari istri biar ada yang merawat dan bisa bapak lihat setiap hari. Kan kasian hari tua bapak nggak ada yang nemanin… juga yang akan merawat bapak,.. jika sakit…” sahut Vina sambil senyum. Padahal saat itu dalam hatinya saat itu amat girang karena pujian dari Warso.
“Ah…. ibu jangan berkata begitu…,
saat sekarang amat sulit mencari wanita yang baik dan setia seperti Ibu. Saya
takut nanti ndak bisa membahagiakannya secara materil kalau bathin mungkin
bisa, padahal saya hanyalah seorang sopir lho bu…!” terang Warso sambil
mengeluh.
“Yang seperti Saya?” jawab Vina heran..
“Apa saya baik dan setia pak?” tanya Vina lagi atas sanjungan Warso. Ia merasa sumringah dan bangga karena sekali lagi di sanjung sopirnya itu.
“Yang seperti Saya?” jawab Vina heran..
“Apa saya baik dan setia pak?” tanya Vina lagi atas sanjungan Warso. Ia merasa sumringah dan bangga karena sekali lagi di sanjung sopirnya itu.
“Iya… bu.. ,selain cantik ibu juga
baik dan bisa membahagiakan suami. Makanya den Indra bisa seperti sekarang
ini.” Jawab Warso.
“Ohhh… bapak ada ada aja. Piye toh pak… apa perlu saya carikan yang seperti itu untuk bapak?”
“Bener bu….?” tanya Warso.
“Tenang aja dulu ya pak? Yang sabar… ntar juga ketemu wanita baik koq,” terang Vina.
“Baiklah bu…” Warso mengangguk setuju.
“Ohhh… bapak ada ada aja. Piye toh pak… apa perlu saya carikan yang seperti itu untuk bapak?”
“Bener bu….?” tanya Warso.
“Tenang aja dulu ya pak? Yang sabar… ntar juga ketemu wanita baik koq,” terang Vina.
“Baiklah bu…” Warso mengangguk setuju.
“Tapi yang seperti ibu ya.. baiknya…
atau ibu aja gimana?” gurau Warso.
“Hahhhhh….. aaapaaa? mbok.. ya ngucap… pak????” sahut. Vina,kaget.
“Jangan lah pak…! Itu dosa… pak. Apalagi aku kan ada suami. Lagian ndak ada gunanya lo… pak?” jawab Vinna kaget.
“Ah… guyonnya amat sadis ya???
“Bapak bisa aja…” jawab Vina sambil senyum .
“Ah…. saya juga bercanda lho buk???? Kalau iya juga nggak apa apa?” sahut Warso sambil senyum lagi.
“Ah sudahlah pak jangan bicara masalah itu lagi doang…saya ndak enak.” Imbuh Vina lagi sambil menyuapkan sendok makan ke mulutnya lagi.
“Hahhhhh….. aaapaaa? mbok.. ya ngucap… pak????” sahut. Vina,kaget.
“Jangan lah pak…! Itu dosa… pak. Apalagi aku kan ada suami. Lagian ndak ada gunanya lo… pak?” jawab Vinna kaget.
“Ah… guyonnya amat sadis ya???
“Bapak bisa aja…” jawab Vina sambil senyum .
“Ah…. saya juga bercanda lho buk???? Kalau iya juga nggak apa apa?” sahut Warso sambil senyum lagi.
“Ah sudahlah pak jangan bicara masalah itu lagi doang…saya ndak enak.” Imbuh Vina lagi sambil menyuapkan sendok makan ke mulutnya lagi.
Selesai makan Vina lalu bangun dari
meja makan dan berjalan kearah wastafel mencuci piring juga tangannya. Warsopun
memandangnya dari belakang tampak olehnya bayangan tali bra yang halus dan
garis celana dalam majikannya itu. Setelah itu Vina berjalan kearah ruang
tengah rumahnya. Iapun duduk pada sebuah sofa dan menyetel televisi. Dalam saat
itu, iapun memanggil Warso untuk nonton tv di ruangan yang luas itu. Sebab
tadinya ia lupa menawarkan pada Warso.
“Ayo… pak.. nonton bareng didalam
aja. Kan bapak bisa nonton sambil minum kopi.” ajak Vina. Dengan ogah-ogahanan
yang dibuat buat Warso akhirnya masuk keruang tengah itu sambil membawa kopi.
“Wah bagus ya bu gambarnya. Apalagi tvnya besar dan suaranya amat jelas.” kata Warso menutupi kegugupannya.
“La.. iyalah pak….” jawab Vina.
“TV yang dikamar bapak apa masih bagus? Nanti saya minta mas Indra mengganti dengan yang sedang ya pak?” tanya Vina.
“Ooo… masih bagus koq bu…” jawab Warso.
“Wah bagus ya bu gambarnya. Apalagi tvnya besar dan suaranya amat jelas.” kata Warso menutupi kegugupannya.
“La.. iyalah pak….” jawab Vina.
“TV yang dikamar bapak apa masih bagus? Nanti saya minta mas Indra mengganti dengan yang sedang ya pak?” tanya Vina.
“Ooo… masih bagus koq bu…” jawab Warso.
Ia gugup karena sedang mencari jalan
dari mana ia akan mulai merayu Vina yang saat itu duduk di sofa panjang itu.
Dalam pikiran Warso terus berkecamuk mencari cara agar bisa melaksanakan
keinginannya itu. Ia terlihat gelisah dalam duduknya. Kegelisahan Warso itu di
tangkap Vina.
“Ada apa pak? Kelihatannya bapak
gelisah ada yang dipikirkan ya?” tebaknya. Dengan keringat yang mulai membasahi
dahinya Warsopun menjawab.
“Bu?… saya sebenarnya merasa bersalah jika mengatakannya. Ibu tidak marah jika saya mengatakannya khan?” jawab Warso.
“Lah…nggak lah pak… apa sih?” tanya Vina.
“Begini lho bu…” terang Warso…
“Jika saya..selalu dekat ibu.., sss…saya jadi tidak tahan akan godaan yang slalu datang itu bu?” terang Warso….. “dan lagian ibu begitu cantik… terus terang. Saya tidak tahan.. bu, atas godaan yang selalu datang itu bu?” katanya polos sambil meraih tangan Vina.
“Bu?… saya sebenarnya merasa bersalah jika mengatakannya. Ibu tidak marah jika saya mengatakannya khan?” jawab Warso.
“Lah…nggak lah pak… apa sih?” tanya Vina.
“Begini lho bu…” terang Warso…
“Jika saya..selalu dekat ibu.., sss…saya jadi tidak tahan akan godaan yang slalu datang itu bu?” terang Warso….. “dan lagian ibu begitu cantik… terus terang. Saya tidak tahan.. bu, atas godaan yang selalu datang itu bu?” katanya polos sambil meraih tangan Vina.
Saat itu Vina masih membiarkan Warso
meraih tangan dan meremas jemarinya yang halus dan lembut itu. Bulu kuduknya
pun merinding karena ia tidak pernah dipegang laki2 lain selain suaminya. Namun
ia masih mentolerir tindakan sopirnya itu yang ia anggap orang tua yang harus
ia hormati. Namun mendengar pengakuan jujur Warso itu, mimik wajah Vina menjadi
bersemu merah menahan kaget dan marah juga pedih. Wajahnya yang putih itu
berubah bersemu merah. Ia tau maksud dari perkataan pembantunya itu.Iapun tidak
menduga kata-kata yang keluar dari mulut orang yang selama ini ia anggap
sebagai pelindung dan pembantunya itu. Namun tangannya masih di genggamWarso.
Dalam kebisuan dan kebingungngannya saat itu Warso pun berusaha mencium jari
tangannya yang halus. Jelas sekali bahwa pembantunya itu ingin mereka berdua berselingkuh
dan menghendaki hubungan yang intim antara pria dan wanita. Dengan sedikit
hentakkan Vina menarik tangannya dari pegangan Warso dan menampar pipi
laki-laki tua itu. Sambil berbalik ia berlari kearah kamarnya.Vina merasa malu
karena Warso dengan berani memegang tangannya. Ia terlihat kecewa dan bingung.
Dikamarnya ia hempaskan tubuh
rampingnya kearah ranjangnya. Ia merasa menyesal telah menampar Warso.
Seumurnya belum pernah bertindak kasar. Jangankan menampar berkata kasarpun
tidak pernah dilakukannya. Rasa bersalah itu telah menggerogotinya. Warso
mendapat perlakuan itu mejadi kaget dan bercampur rasa marah. Seumurnya belum
pernah di tampar oleh wanita apalagi dengan telak seperti itu. Namun ia ingat
kata-kata dukun yang telah memberi tahukannya tentang kemungkinan itu. Iapun
bisa menerimanyan meski pipinya sedikit perih namun rasa optimisnya muncul dan
tidak lama lagi ia akan berpesta diatas tubuh Vina yang cantik dan sintal itu.
Setelah mendapatkan perlakuan telak
dari Vina itu membuat Warso berjalan ruang dapur dan mengunci pintu dari dalam
sebab ia akan berada didalam rumah induk itu hingga pagi hari. Sebab
bagaimanapun ia malam itu harus bisa menaklukkan Vina baik secara lembut atau
kasar. Iapun bertekat akan menghantarkan Vina sampai puas dalam behubungan sex,
iapun tidak akan memberi waktu Vina untukmengenakan pakaianannya selama ia
dalam kamar itu. Sebab telah diberi lampu hijau oleh dukunnya dan guna gunanya
telah mulai bekerja. Selesai mengunci iapun lalu kembali kedalam ruang tengah
menuju kamar Vina yang ia lihat tidak tertutup rapat . Berarti secara tidak
langsung Vina mengundangnya masuk kamar. Namun saat ia berjalan itu terdengar
deringan telpon. Ia tidak berani mengangkat. Dan lalu ia panggil Vina.
“Bu….! bu… Vina! Ada telpon nih…”
sahutnya dari luar kamar.
Tidak lama kemudian terlihat Vina keluar kamar dengan mata sembab dan sisa air mata yang ia hapus. Ia angkat gagang telepon itu. Rupanya Indra suaminya ditelepon itu. Kemudian mereka terlibat pembicaraan dan di tutup kembali oleh Vina setelah terlebih dahulu memberi kecupan sayang pada suaminya lewat telepon itu Warso masih di ruangan itu dan sempat mendengar pembicaran mereka. Rupanya Indra memberitahu bahwa ia sedang dalam perjalanan.
Tidak lama kemudian terlihat Vina keluar kamar dengan mata sembab dan sisa air mata yang ia hapus. Ia angkat gagang telepon itu. Rupanya Indra suaminya ditelepon itu. Kemudian mereka terlibat pembicaraan dan di tutup kembali oleh Vina setelah terlebih dahulu memberi kecupan sayang pada suaminya lewat telepon itu Warso masih di ruangan itu dan sempat mendengar pembicaran mereka. Rupanya Indra memberitahu bahwa ia sedang dalam perjalanan.
Selesai meletakkan gagang telpon
Vina berbalik dan mengucap terima kasih pada Warso.
“Trima kasih pak…” katanya, dengan suara sengau.
“Maafkan saya tadi ya pak? tadi saya terlalu emosi. Dan kejadian barusan tidak pantas untuk kita pak! apalagi saya kan seorang istri dari majikan bapak yang harus bapak lindungi dan jaga juga secara tidak langsung atasan bapak!” terang Vina lagi.
“Iya bu…saya tahu dan mengerti bu,” jawab Warso.
“Trima kasih pak…” katanya, dengan suara sengau.
“Maafkan saya tadi ya pak? tadi saya terlalu emosi. Dan kejadian barusan tidak pantas untuk kita pak! apalagi saya kan seorang istri dari majikan bapak yang harus bapak lindungi dan jaga juga secara tidak langsung atasan bapak!” terang Vina lagi.
“Iya bu…saya tahu dan mengerti bu,” jawab Warso.
“Tapi saya tidak kuasa menahan
gejolak rasa dalam diri saya yang slalu datang itu bu, apa salah saya secara
langsung mengeluarkan uneg-uneg bu?” jawab Warso pada Vina sambil mendekat.
Ia lalu meraih bahu Vina. Vinapun menepisnya dan berlalu kekamar sambil memandang tajam padanya. Vina lalu duduk di depan kaca hiasnya dan memandang kekaca itu. Ia tahu Warso mengikutinya kedalam kamarnya. Sambil menyisir rambutnya yang kusut saat ia hempaskan tubuhnya di ranjang yang luas itu, iapun berkata.
Ia lalu meraih bahu Vina. Vinapun menepisnya dan berlalu kekamar sambil memandang tajam padanya. Vina lalu duduk di depan kaca hiasnya dan memandang kekaca itu. Ia tahu Warso mengikutinya kedalam kamarnya. Sambil menyisir rambutnya yang kusut saat ia hempaskan tubuhnya di ranjang yang luas itu, iapun berkata.
“Pak…. kenapa bapak mengikuti saya?
Apa..yang bapak inginkan pak..? Jangan pak! Saya tidak ingin berkhianat dan
menyeleweng dari suami yang saya cintai. Saya takut pak? Ini dosa besar pak?
Apalagi cuma kita berdua dikamar ini bukan suami istri..!!” terang Vina sambil
sesegukkan menahan rasa sesal dan kecewa yang amat sangat.
“Bapak tahu sendiri khan?” terang
Vina. Mendengar kata-kata itu Warso terus berjalan kearah tempat duduk Vina.
“Bu…!” jawab Warso. “Saya menyayangi ibu?”
“Saya tahu ibu tidak bahagia… saya yakin bisa mengisi kegersangan bathin.. ibu itu… meskipun saya tidak sekaya den Indra.” terang Warso.
Vina berbalik… “Kenapa bapak bisa bilang saya tidak bahagia? Apa hak dan urusan bapak? Bagi saya… kebagiaan itu telah saya rasakan dan saya tidak menuntut yang macam-macam….” terang Vina dengan sengit. Lalu Warso meraih bahu Vina dan memandang matanya dalam dalam.
“Saya tahu ibu tidak pernah bahagia sebagai wanita apalagi dengan urusan diatas ranjang… bathin ibu selalu gersang, benar khan? Ibu jangan munafik dan menyembunyikan masalah itu, bu? Apalagi sampai saat inipun ibu belum juga hamil dan itu adalah idaman ibu juga khan?” serang Warso.
“Bu…!” jawab Warso. “Saya menyayangi ibu?”
“Saya tahu ibu tidak bahagia… saya yakin bisa mengisi kegersangan bathin.. ibu itu… meskipun saya tidak sekaya den Indra.” terang Warso.
Vina berbalik… “Kenapa bapak bisa bilang saya tidak bahagia? Apa hak dan urusan bapak? Bagi saya… kebagiaan itu telah saya rasakan dan saya tidak menuntut yang macam-macam….” terang Vina dengan sengit. Lalu Warso meraih bahu Vina dan memandang matanya dalam dalam.
“Saya tahu ibu tidak pernah bahagia sebagai wanita apalagi dengan urusan diatas ranjang… bathin ibu selalu gersang, benar khan? Ibu jangan munafik dan menyembunyikan masalah itu, bu? Apalagi sampai saat inipun ibu belum juga hamil dan itu adalah idaman ibu juga khan?” serang Warso.
“Apa itu yang dikatakan bahagia?
Bu…. jangan ibu sembunyikan gejolak yang ibu miliki itu. Ibu masih muda, cantik
dan berkecukupan. Saya bisa memberi apa yang tidak ibu dapatkan dari den
Indra….” kata Warso dengan kurang ajar.
“Ibu tidak harus berpisah dengan den Indra, dan kita melakukannya dengan rahasia. Selama ibu masih bisa menutup rahasia itu siapapu tidak akan tahu bu..?” terang Warso.
“Dan lagian den Indra mengharap ibu hamil apalagi orangtuanya amat ingin, apa ibu ingin den Indra mencari wanita lain dan menduakan ibu?” serang warso lagi.
“Ibu tidak harus berpisah dengan den Indra, dan kita melakukannya dengan rahasia. Selama ibu masih bisa menutup rahasia itu siapapu tidak akan tahu bu..?” terang Warso.
“Dan lagian den Indra mengharap ibu hamil apalagi orangtuanya amat ingin, apa ibu ingin den Indra mencari wanita lain dan menduakan ibu?” serang warso lagi.
Mendengar kata-kata terakhir dari
sopirnya itu, membuat Vina kehabisan kata-kata pembelaan.Vina memang amat
mencintai Indra ia tidak ingin cintanya diduakan suaminya. Dan memang hingga
tahun ketiga mereka menikah dirinya belum juga memiliki keturunan. Ia semakin
terpojok dan bingung untuk menghindar dari serangan kata-kata Warso itu.
Keseimbangan pikiran sehatnya hilang. Ia seakan limbung dan mudah goyah. Dalam
kebimbangannya itu, ia hanya duduk dan terpaku memperhatikan mata Warso yang
berubah liar seperti harimau yang lapar kearah tubuhnya. Suatu kesalahan fatal
telah ditambah Vina saat itu, dengan memandang mata Warso. Sikap diam Vina itu
dikira Warso adalah penyerahan dirinya pada keadaan saat itu. Dengan cepat ia
raih kedua pipi Vina yang halus dan mulus itu dengan tangannya yang kasar dan
hitam berbulu itu. Lalu ia tarik wajah Vina kearah bibirnya dan dikecup dengan
dalam dan penuh nafsu. Vina berusaha mendorong dan menghindar. Namun apalah
dayanya. Syaraf motoriknya seakan lumpuh. Bulu-bulu halus ditangan dan
tengkuknya berdiri merasakan aroma syahwat yang dipancarkan laki-laki tua itu.
Ia pun larut akan ciuman dan permainan lidah Warso. Sempat ia ingin meludah
karena jijik oleh aroma mulut Warso yang habis merokok itu. Namun ia tidak bisa
menggerakan tubuhnya yang ramping karena ditempel ketat oleh Warso. Kuluman dan
permainan lidah itu berlangsung cukup lama. Saat itu ludah Warso tertelan oleh
Vina begitu juga sebaliknya.
Kemudian mulutnya terus bermain
disekitar dagu dan leher jenjang Vina. Warso sempat merasakan kelembutan dan
kekenyalan payudara Vina yang menempel pada dadanya saat ciuman itu.Apalagi
wangi tubuh yang dipancarkan dari aroma parfum issey miyake yang biasa dipakai
Vina amat membuatnya semakin bernafsu pada tubuh mulus majikannya itu. Merasa
tidak ada lagi penolakkan dari Vina, maka ia meningkatkan serangannya kearah
payudara Vina yang masih tertutup kimono dan bra itu. Sebelah tangannya meraih
payudara kiri Vina. Amat terasa sekali kelembutan dan kehalusannya. Vina hanya
memejamkan matanya. Rasa penolakan dan bangkitnya nafsu saling muncul di
kepalanya. Namun Vina seakan tidak mampu untuk mengadakan penolakan. Iapun lalu
meraih kepala Warso yang beruban dan terlihat ketuaannya itu. Kimono sutranya
telah acak-acakan karena kenakalan tangan Warso. Dan disuatu kesempatan Kimono
yang halus dan lembut itu berhasil di lepaskan Warso dari tubuh ramping dan
mulus itu. Kimono terlempar kelantai yang beralaskan karpet warna biru itu.
Tubuh putih Vina terlihat
berkeringat karena gejolaknya, padahal hawa dalam kamar itu cukup dingin karena
AC dinyalakan. Aroma dalam kamar itupun memancing Warso untuk terus menikmati
inci demi inci sekujur tubuh Vina yang merupakan majikannya itu. Begitupun yang
terjadi pada diri Vina, ia tidak lagi sadar tentang apa yang akan terjadi pada
dirinya saat itu. Segenap syaraf akal sehatnya seakan lumpuh dan melupakan
dengan siapa ia bergumul saat itu. Dalam keasyikan dua jenis mahluk berlainan
jenis yang berbeda usia dan status itu akhirnya membuat mereka sangat dekat.
Gesekan kulit keduanya terasa nyata bagi Warso. Tanpa terasa keadaan tubuh Vina
semakin tidak beraturan. Bagian penting dari tubuhnya hanya tertutup Bh dan
celana dalam saja. Warso lalu menggiring Vina ke ranjangnya yang luas berbentuk
antik dan empuk itu. Diranjang itu lalu ia baringkan tubuh yang sangat cantik
dan menggoda itu dengan hati-hati. Vinapun menurut saat dibimbing Warso untuk
rebah diranjang yang biasa ia pakai dengan suaminya itu.
Vina pun terbaring di ranjangnya
dalam keadaan tubuh yang basah oleh keringatnya sendiri akibat reaksi dari
rangsangan yang diberikan pak Warso. Rasa malu didirinya ia ungkapkan dengan
merapatkan kedua pahanya. Ia merasakan saraf dari alat vitalnya telah
memberikan sinyal bahwa ia telah mulai bereaksi. Itu dirasakannya karena rasa
basah pada organ intimnya yang siap untuk tahap selanjutnya. Warsopun lalu
berdiri dan melepaskan pakaiannya. Iapun hanya meninggalkan celana dalam saja.
Tubuh tuanya terlihat hitam legam dan masih kuat dan dipenuhi tato di lengan
dan pinggangnya. Lalu ia naik keatas ranjang tempat Vina terbaring . Warso
kembali meraih dagu Vina dan menghirup mulut mungil itu untuk beberapa saat.
Disuatu kesempatan tangannya memilin payudara Vina yang kiri. Bra Vina saat itu
masih melekat didadanya. Lalu tangan kiri Warsopun bergerak melepaskan pengait
bh Vina yang sempat ia lihat bernomer 34b itu. Ia tahu bra Vina berharga mahal.
Karena ia pernah melihat struk pembelian bra itu yang tercecer di rumah itu.
Bra itupun ia letakkan ke pojok ranjang. Sekarang buah dada yang mulus dan
putih itu telah terbuka seutuhnya. Seakan mengundangnya untuk menjamah dan
memilinnya. Vina berusaha menutup payudaranya itu dengan tangannya,namun Warso
berhasil mencegahnya. Dengan lemah lembut Warso memilin dada Vina dengan lembut
lalu mulutnya pun menjilat puting Payudara yang kemerahan itu. Mendapat
rangsangan dan kecupan mulut dar Warso membuat Vina seakan terbang keawang
awang. Warso memperhatikan kedua bukit dada Vina amat putih jernih hingga
menampakkan bilur merah aliran darahnya yang halus.
Warso terus saja memilin payudara
itu dan mengemutnya dengan mulut seperti bayi yang sedang menetek pada ibunya.
Vina hanya meronta manja dengan menghentakkan kakinya ke sprei sedang tangannya
meraih rambut Warso. Dengus dan rintihan manja keluar dari mulutnya yang
mungil. Beberapa lama kemudian Warsopun puas dengan dada Vina dan wajahnyapun
turun keperut terus berhenti di selangkangan Vina yang tertutup cd yang
bermerek Wacoal. CD nya bewarna putih. Kain penutup itu terlihat basah. Warso
tahu itu bukanlah keringat tapi air dari dalam kemaluan Vina yang keluar karena
rangsangannya. Warso lalu memandang kemaluan Vina yang masih tertutup itu dari
dekat. Bayangan rambut halus yang tumbuh disekitar liang kelamin itu tampak
jelas. Warso mendekatkan wajahnya ingin menghirup aroma wangi dari kemaluan
wanita cantik itu. Ia pun sadar Vina selalu menjaga kebersihan organ intimnya.
Vina yang saat itu mengetahui Warso
yang terus memandangi organ intimnya lalu semakin merapatkan pahanya. Rasa malu
pada dirinya seakan ia tutupi dengan sikap demikian. Merasa Vina telah berada
dalam genggamannya, Warso lalu berusaha melepaskan penutup itu. Ia ingin
melihat isi kemaluan Vina dari dekat. Namun sikap Vina saat itu membuatnya berfikir
lagi, dan timbulah akalnya untuk mencium kaki Vina. Warsopun menciuminya mulai
dari telapak kaki lalu kebetisnya mulus dan ibarat mbunting padi dan putih
bersih itu. Vinapun akhirnya lengah karena kedua betis dan pahanya dijilati
oleh Warso. Warso tidak menyia nyiakan kesempatan itu. Salah satu jarinya
langsung meraih karet yang melingkari pinggul Vina. Lalu ia tarik karet celana
dalam yang basah sebahagian itupun lepas hingga lutut Vina.Vinapun masih sadar
lalu ia berusaha merapatkan kembali pahanya. Usahanya sia sia sebab Warso telah
memposisikan dirinya berada diantara kedua paha Vina. Hingga gerakan Vina itu
menyentuh pinggang Warso. Kedua pahanya tidak dapat lagi ia rapatkan.
“Oh…. a.a.aduh pak… jangan…. yang
satu itu pak?….. Pak? jangan dimasukkan… aduh… Pak……” Mohon Vina pada Warso
sambil merintih dan menangis. Vina sadar saat sesuatu yang terlarang akan
terjadi dan akan merubah jalan hidupnya.
“Tenang aja Bu? Ibu tidak akan saya sakiti.” bujuk Warso yang saat itu kembali sibuk meremas dan memilin payudara Vina agar Vina kembali larut oleh nafsunya. Karena kedua kakinya telah terkangkang terbuka dan diantara kedua pahanya ada tubuh Warso. Vinapun terdiam dan kembali menerima suguhan kenikmatan yang diberikan sopirnya itu. Bagi Vina saat itu tiada pilihan lain karena iapun sadar jalan hidupnya akan berubah dan semua itu akan dituntun oleh Warso yang kini sibuk menjamahi setiap lekuk tubuhnya.
“Tenang aja Bu? Ibu tidak akan saya sakiti.” bujuk Warso yang saat itu kembali sibuk meremas dan memilin payudara Vina agar Vina kembali larut oleh nafsunya. Karena kedua kakinya telah terkangkang terbuka dan diantara kedua pahanya ada tubuh Warso. Vinapun terdiam dan kembali menerima suguhan kenikmatan yang diberikan sopirnya itu. Bagi Vina saat itu tiada pilihan lain karena iapun sadar jalan hidupnya akan berubah dan semua itu akan dituntun oleh Warso yang kini sibuk menjamahi setiap lekuk tubuhnya.
Merasa Vina telah terlena,Warso lalu
turun kearah kelamin Vina dan mendekatkan wajahnya yang penuh jejak cacar itu
pada liang kemaluan Vina. Disana iapun menghirup aroma kewanitaan Vina yang
khas dan bersiap menjilatnya. Lalu lidahnya masuk kedalam celah yang masih
sempit dan tembam yang dihiasi bulu halus dan tertata rapi. Aromanya membuat
Warso seakan ingin lebih lama di celah sempit itu. Rasa asin dan lelehan lendir
dari dalam celah itu dilahap Warso tanpa rasa jijik sedikitpun. Vina semakin
tidak dapat menyembunyikan rasa nikmat, geli dan gatal pada pusat kewanitaannya
saat itu. Selama ia menikah belum pernah merasakan yang namanya oral sex itu.
Suaminya belum pernah melakukannya seperti itu. Vina seakan utuh menjadi wanita
dan rasa percaya dirinya pun bangkit. Hentakan kaki dan remasan tangannya pada
kepala Warso merupakan wujud keinginannya untuk menumpahkan segala rasa yang
selama ini terpendam. Warso tahu itulah yang diidamkan wanita muda seperti
Vina. Ia ingin Vina dapat bersamanya menikmati rasa keutuhan dalam hubungan
sex. Selama ini ia amat kasihan kepada Vina.
Elusan jari tangan dan jilatan mulut
Warso di kewanitaan Vina melambungkan Vina kealam sorga dunia yang belum pernah
dirasakannya bersama laki laki yang dicintainya. Beberapa waktu karena
intensitas rabaan dan remasan jari-jari Warso mampu membuat Vina orgasme.
Sebagai perwujudan dari rasa kepuasan itu terpancar dari keluarnya cairan
lendir yang sedikit asin dari liang kewanitaan Vina. Tanpa merasa jijik Warso
melahapnya hingga tandas. Ia pun memegang mitos bahwa meskipun bukan perawan,
namun cairan dari liang kemaluan wanita muda seperti milik Vina itu mampu
membuatnya awet muda. Melihat kondisi Vina yang telah orgasme dan melewati masa
kegersangan itu lalu Warso pun memposisikan tubuhnya sejajar dengan tubuh Vina
yang terbaring telanjang dan mengangkang itu. Kepala penisnya telah berdiri
menantang siap untuk masuk kedalam sangkar yang berada di antara kedua paha
putih dan mengkilap karena lendir dan keringat itu.
Dengan masih basah oleh lendir dari
vagina Vina,Warsopun meretas jalan buat kemaluannya untuk masuk.Warso
menempelkan dan menggosokkan sedikit sedikit kepala kemaluannya ke celah basah
itu. Ia ingin Vina merasa gatal dan penasaran menanti detik detik penyatuan
kelamin mereka. Celahnya masih kecil dan seret maklum selama ini hanya
digunakan untuk kencing dan berhubungan sex dengan suaminya yang ukuran
penisnya tidak lebih besar dari kelingking Warso. Dan untunglah dibibir vagina
itu masih ada sisa lelehan lendir, lalu dengan perlahan penisnya ia dorong
masuk. Karena licin dan sedikit sempit hanya kepala penis yang berbentuk topi
baja itu saja yang muat. Warso lalu mendorong dengan pelan-pelan. Ia ingin
merasakan saat saat kehangatan celah itu, juga pergeseran dinding kelamin
mereka bersama. Karena besar dan panjang, penis itu seolah menemukan liang
buntu.
“Ough….. aduhhhh… pakkkkk..!!! Pelannnn……..!!!!!! Sakittt… grhhh… pakkkkkkkkkkkk………… auggghhhh….” jerit Vina, Sambil mendorong tubuh Warso menjauh.
“Ough….. aduhhhh… pakkkkk..!!! Pelannnn……..!!!!!! Sakittt… grhhh… pakkkkkkkkkkkk………… auggghhhh….” jerit Vina, Sambil mendorong tubuh Warso menjauh.
Namun Warso tetap tidak peduli.
Kepalang basah kata hatinya. Iapun terus mendorong penisnya masuk perlahan.
Gesekan yang ditimbulkan batang penis dan dinding rahim Vina membuat Vina
merasakan kesakitan dan nyilu di selangkangannya. Apalagi ia harus menahan
bobot tubuh Warso yang terbilang agak berat itu. Mengetahui kondisi dan tidak
ingin terlalu membuat Vina tersiksa Warsopun mendorongnya dengan kekuatan
penuh. Hingga akhirnya amblas semuanya. Kedua tangannya memegang pinggul Vina
dan agar tidak terlepas dari liang itu. Semua itu dilakukan Warso agar Vina
tidak mendorong tubuhnya lagi dan melepaskan tubuhnya dari penyatuan alat
kelamin mereka itu. Warso tahu bahwa saat itu amat menyiksa Vina karena rasa
nyilu dan sakit dikemaluannya. Namun kenikmatan masih dirasakan Warso. Iapun
lantas mendiamkan posisi penisnya yang mentok kedasar rahim wanita muda itu.
Perasaan hangat yang dihantarkan
dari batang penisnya karena berada didalam rahim Vina membuatnya nyaman dan
kenikmatan. Ia ingin mendiamkan posisi itu beberapa saat agar liang kemaluan
Vina bisa beradaptasi dengan panjang dan ukuran penisnya. Dalam posisi Warso
yang berada diatas tubuh Vina saat itu, membuatnya dapat memperhatikan ekspresi
wajah Vina meresapi saat-saat di setubuhinya. Dalam pejaman matanya terlihat
tetesan air mata yang mulai menggenang dipelupuk mata Vina. Namun itu tidaklan
membuat ciut nyali Warso. Baginya niat semula harus terlaksana. Dan semuanya
telah berjalan dengan lancar. Tiada lagi jarak diantara mereka berdua. Vina
hanya memejamkan matanya. Sebagai wanita dan juga masih istri seorang pria ia
masih merasa malu pada dirinya sendiri. Ia tidak mampu memandang mata Warso
yang kini telah berada diatas tubuhnya. Tidak ada lagi yang bisa ia sembunyikan
dari Warso saat ini, juga batas antara majikan dan sopir, juga batas darah
feodal dan materi semuanya telah hancur saat persebadanan dua manusia berlainan
jenis ini berlangsung. Kedua tubuh mereka telah menempel erat dan keringat
telah bercampur juga, alat kelamin mereka juga telah begitu menyatu.
Hubungan yang semula hanya formil
kini begitu intim antara majikan dan sopirnya yang terpaut usia amat jauh.
Tiada yang menduga bahwa seorang laki laki kalangan bawah dan manusia yang
tidak berkelas kini bisa dengan leluasa menjamahi dan menyebadani tubuh wanita
terhormat dan dari kelas atas. Kini Warso telah menjadi sopirnya diatas
ranjangnya. Dan dalam hatinyapun menikmati setiap sentuhan Warso yang lebih tua
dari ayahnya itu. Dalam hatinya pun Warso berkata, wah!…. Sungguh cantik wanita
muda ini saat itu, apalagi saat ia berada dibawah tubuhnya.
Butir butir keringat yang
ditimbulkan karena aktifitas mereka itu seakan larut dalam gairah nafsu yang
dibakar Warso. Warso lantas menciumi bibir Vina berulang ulang. Dari alisnya
yang halus terus bergerak kedahi dan pipi lalu bibir terus bergerak kearah
bahunya yang putih bening itu. Dibahu Vina sempat ditinggalkannya cupangan
merah. Lalu gerakannya turun keleher yang teruntai kalung berlian itu.
Posisinya sudah tidak beraturan
lagi. Keringat Vinapun ia hisap. Warso seolah ingin menikmati semua yang ada
ditubuh wanita idamannya itu. Dari leher yang putih jenjang itu lalu bibir
Warsopun terus merayap kearah buah dada yang telah memerah dan putingnya yang
tegak menantang. Puting kecil itu seolah menikmati pilinan dan gigitan kecil
bibir tebal Warso. Vinapun kembali naik birahinya. Ia lalu bereaksi dengan
memegang bahu Warso. Sedang matanya terlihat sayu. Masa terance mulai datang
pada diri Vina. Vina sudah kembali bergairah, Warso pun menarik penisnya yang
masih tertancap di vagina yang sempit itu. Gerakan maju mundurnya membuat Vina
mengigit bibir bawahnya seolah rasa perih mulai hilang diganti rasa nikmat
karena gesekan kulit daerah organ vital mereka berdua. Goyangan maju mundur
Warso terus menerus seolah ingin menancapkan penisnya sedalam mungkin Cukup
lama ia melakukan gerakan menekan dan memutar liang itu. Beberapa menit berlalu
sebuah erangan panjang keluar dari mulut Vina.
“Oooughhhhhhh….. ough….
ooooohhhhhhhhh….. pak……”
Tubuhnya mengejang, kakinyapun menekan pinggul Warso. Cengkraman kukunya di lengan Warso yang bertato itu menandakan ia telah orgasme untuk kedua kalinya. Merasa telah membuat Vina orgasme, tubuhnya pun melemah dan tiada lagi daya dalam diri Vina untuk mengimbangi stamina Warso. Melihat kejadian itu Warsopun lalu mempercepat gerakannya, ia pun ingin mencapai klimaks. Namun semua itu terasa agak sedikit lama mungkin karena pengaruh ramuan yang ia minum sore itu dan beberapa menit kemudian barulah ia menumpahkan air spermanya didalam rahim Vina. Spermanya yang tumpah cukup banyak hingga rahim Vina tidak mampu menampungnya hingga tumpah membasahi kain spey ranjang itu. Ada rasa hangat yang di rasa Warso saat penetrasi dilakukannya. Warso lalu mengangkat pinggul Vina. Itu dilakukannya agar air maninya larut dan bercampur dengan sempurna didalam rahim Vina. Ia selalu ingat akan pesan dukunnya itu. Kedua tubuh anak manusia itupun lalu terkulai lemas. Perkimpoian alat kelamin mereka masih saja berlangsung. Warso tidak melepaskan penisnya dari dalam liang kemaluan Vina. Ia ingin agar Vina dapat meresapi kehangatan yang diberinya tidak terlewat begitu saja. Sebab ia slalu melihat saat Indra suami Vina selalu mencabut penisnya setelah ia sendiri klimaks. Vinapun menikmati kebersamaan itu
Tubuhnya mengejang, kakinyapun menekan pinggul Warso. Cengkraman kukunya di lengan Warso yang bertato itu menandakan ia telah orgasme untuk kedua kalinya. Merasa telah membuat Vina orgasme, tubuhnya pun melemah dan tiada lagi daya dalam diri Vina untuk mengimbangi stamina Warso. Melihat kejadian itu Warsopun lalu mempercepat gerakannya, ia pun ingin mencapai klimaks. Namun semua itu terasa agak sedikit lama mungkin karena pengaruh ramuan yang ia minum sore itu dan beberapa menit kemudian barulah ia menumpahkan air spermanya didalam rahim Vina. Spermanya yang tumpah cukup banyak hingga rahim Vina tidak mampu menampungnya hingga tumpah membasahi kain spey ranjang itu. Ada rasa hangat yang di rasa Warso saat penetrasi dilakukannya. Warso lalu mengangkat pinggul Vina. Itu dilakukannya agar air maninya larut dan bercampur dengan sempurna didalam rahim Vina. Ia selalu ingat akan pesan dukunnya itu. Kedua tubuh anak manusia itupun lalu terkulai lemas. Perkimpoian alat kelamin mereka masih saja berlangsung. Warso tidak melepaskan penisnya dari dalam liang kemaluan Vina. Ia ingin agar Vina dapat meresapi kehangatan yang diberinya tidak terlewat begitu saja. Sebab ia slalu melihat saat Indra suami Vina selalu mencabut penisnya setelah ia sendiri klimaks. Vinapun menikmati kebersamaan itu
Kehangatan itu didapatnya dari orang
lain bukan suaminya. Diatas ranjang yang kain sprey yang telah kusut dan basah
itu dua tubuh manusia berlainan jenis menyatu. Tubuh Warso memang sedikit besar
dan hitam,hingga membuat tubuh telanjang Vina tertutup oleh tubuh Warso. Alat
kelamin merekapun terlihat masih menyambung.
Keduanya saat itu kemudian tertidur
karena telah melakukan perkimpoian awal yang cukup panas dan sengit. Wangi
aroma wangian dari AC saat itu membuatnya tertidur.Dan dimalam yang dingin
disertai hujan deras dan sunyi itu tidak ada yang menyangka bahwa di rumah yang
megah dan asri itu telah terjadi hubungan mesum antara majikan wanita dengan
sopirnya yang telah tua itu. Perkimpoian itu berlangsung amat syahdu bagi Vina
yang selama ini tidak pernah merasakan sorga dunia. Malam itu adalah hal yang
pertama kali dalam hidupnya ia menyerahkan diri kepada seorag laki laki selain
suaminya dan sejak malam itu pulalah ia akan terus menjadi sarana pelampiasan
nafsu sopirnya itu.
Pada pukul 03.00 dinihari Warsopun
terjaga. Ia melihat kesampingnya masih ada Vina yang tertidur dalam keletihan
dan tertutup selimut. Warso tidak menyadari kapan ia terdampar kesamping Vina
padahal saat itu ia masih diatas tubuh Vina. Warsopun melihat tubuhnya tertutup
selimut, namun tidak berpakaian. Masih dalam keadaan didalam selimut dan
disampingnya masih ada Vina yang tidur dengan nyenyak sekali.
Memang sesaat setelah tertidur
diatas tubuh Vina, Vina terbangun karena tidak kuat menahan bobot tubuh Warso.
Warso ia geser kesampingnya dan tubuh itu lalu ia tutup dengan selimut.
Kejadian itu tidak disadari Warso. Dan pada saat ia terbangun malam itu, iapun
melihat Vina yang tertidur dalam selimut. Iapun membuka selimut itu. Dan memang
tubuh Vina masih dalam keadaan terlanjang sama dengan keadaannya. Merasa
kedinginan malam itu karena diluaran ternyata turun hujan ditambah hawa AC yang
menyala membuatnya merapatkan tubuhnya kearah Vina. Warsopun lalu memeluk Vina
seolah seperti istrinya yang syah. Kentara sekali kehalusan tubuh Vina saat
itu. Apalagi rasa hangat saat ia peluk. Perlahan nafsunya pun bangkit.
Tangannya yang nakalpun meraih payudara yang tak tertutup itu. Payudara yang
putih dan masih kencang itu ia pilin.
Beberapa saat kemudian Vinapun
terbangun dari tidurnya dan merasa ada yang menggerayanggi buah dadanya.
” Udahan… pakk! Saya ngantuk sekali!, dan capai,” mohon Vina.
“Besok aja ya…. pak? pagi-pagi kan saya mesti kekantor…” pinta Vina.
“Khan masih ada waktu lain, saya masih capai pak?” pintanya lagi. Lalu dijawab Warso.
” Bu Vina? saya masih kepengin,.. terus…. apalagi selalu deket ibu saat ini, saya mau lagi… ah… abis enakk… bu. Lagian ibu terlihat cantik jika selalu saya campuri.” Jawabnya sambil meraih buah dada Vina.
“Kalau besok kan lain lagi ceritanya, ayolah bu…. sebentar aja….” pinta Warso seolah memelas pada Vina. Vina pun tidak mampu untuk menolaknya meskipun tubuhnya saat itu capai. Ia tidak mampu untuk itu… sebab ia tidak ingin kekasarannya tadi sore terulang lagi.
” Udahan… pakk! Saya ngantuk sekali!, dan capai,” mohon Vina.
“Besok aja ya…. pak? pagi-pagi kan saya mesti kekantor…” pinta Vina.
“Khan masih ada waktu lain, saya masih capai pak?” pintanya lagi. Lalu dijawab Warso.
” Bu Vina? saya masih kepengin,.. terus…. apalagi selalu deket ibu saat ini, saya mau lagi… ah… abis enakk… bu. Lagian ibu terlihat cantik jika selalu saya campuri.” Jawabnya sambil meraih buah dada Vina.
“Kalau besok kan lain lagi ceritanya, ayolah bu…. sebentar aja….” pinta Warso seolah memelas pada Vina. Vina pun tidak mampu untuk menolaknya meskipun tubuhnya saat itu capai. Ia tidak mampu untuk itu… sebab ia tidak ingin kekasarannya tadi sore terulang lagi.
Dan mulutnyapun tidak menjawab
permintaan Warso itu. Ia hanya diam membisu. Dan karena tiada sahutan dari
Vina. Warso merasa tidak akan ditolak Vina,lalu terus memilin dan meremas dada
itu. Warso lalu melepaskan selimut yang menutupi tubuhnya dan masuk kedalam
selimut yang dipakai Vina. Tangan nya mencari liang kemaluan Vina dan
mendapatkannya. Jarinya masuk dan membelai daging kecil yang berada di belahan
vagina itu. Tidak berapa lama kemudian liang itu mulai basah. Vina telah
terbangkit kembali nafsunya. Vina sadar saat itu Warso menginginkan
persetubuhan kembali. Iapun tidak ingin didera rasa penyesalan dan
pengkhianatan yang dalam pada suaminya. Lalu sebelum persenggamaan kedua itu
terjadi iapun berusaha melepas cincin berlian sebagai simbol bahwa ia masih
terikat perkimpoian resmi sebagi istri Indra. Cincin itu ia lepas dan letakkan
di meja kecil di samping ranjang itu. Kelakuan Vina itu diperhatikan Warso.
Iapun bertanya, “Kenapa dilepas Bu?”
“Ah…. saya merasa tidak berhak lagi memakainya pak, saya telah terlalu jauh melangkah dan mengkhianati mas Indra,” jawab Vina.
“Tadi saat kita bercampur saya tidak ingat,” terang Vina.
Warso hanya diam memandang sorot tajam mata Vina kearahnya seraya melanjutkan aksinya ditubuh yang telah ia kuasai itu. Warso lalu berbalik arah. Ia letakkan kakinya dikepala Vina sedang penisnya menyentuh pipi Vina. Ia minta agar Vina mengulum penisnya.
“Jangan yang ini pak? Saya tidak bisa, dan terus terang saya tidak biasa.” kata Vina.
“Ah…. ibu… awalnya memang jijik, nanti ibu jadi ketagihan.” terang Warso sambil mendorong penisnya kearah bibir Vina.Merasa terpojok dan malu karena mmg tidak ada lagi yang ia miliki, dan banggakan Vinapun akhirnya menyerah dengan terpaksa melakukannya. Sedang Warso lalu menjilat klitoris milik Vina. Tidak semua batang penis Warso dapat masuk kemulutnya. Selain panjang dan besar, juga aromanya membuat perutnya serasan ingin muntah.Warso tidak memperdulikanya ia tetap asyik dengan jilatan pada klitoris Vina. Hingga pagi dinihari itu Vina orgasme lagi dan iapun tidak jijik untuk menelan cairan santan dari liang kemaluan Vina. Sedang Vina yang merasa lemah karena orgasme tetap berusaha membuat penis Warso tegang, namun ia tidak sampai membuat penis itu klimaks. Warso tahu itu adalah hal baru bagi Vina, nanti ia akan terbiasa bisik hatinya.Bibirnya tidak mampu menampung semua batang penis Warso. Kecapaian dibibir Vina dirasakannya. Biarlah air maninya ia tumpahkan didalam rahim Vina. Lalu Warso merubah posisi berhadapan dengan Vina. Kedua kakinya ia tekuk dan di pinggulnya ia ganjal dengan bantal. Ia ingin spermanya tuntas didalam liang itu. Ada rasa rugi jika air maninya tumpah dan terbuang ke kain sprey. Dengan posisi demikian iapun lantas memasuki liang yang masih seret dan basah oleh lendir itu. Tidak terlalu sulit baginya untuk memasuki gerbang surga yang ada dimiliki Vina itu. Mungkin karena dinding kemaluan Vina mulai terbiasa dengan diameter batang milik Warso.
“Ah…. saya merasa tidak berhak lagi memakainya pak, saya telah terlalu jauh melangkah dan mengkhianati mas Indra,” jawab Vina.
“Tadi saat kita bercampur saya tidak ingat,” terang Vina.
Warso hanya diam memandang sorot tajam mata Vina kearahnya seraya melanjutkan aksinya ditubuh yang telah ia kuasai itu. Warso lalu berbalik arah. Ia letakkan kakinya dikepala Vina sedang penisnya menyentuh pipi Vina. Ia minta agar Vina mengulum penisnya.
“Jangan yang ini pak? Saya tidak bisa, dan terus terang saya tidak biasa.” kata Vina.
“Ah…. ibu… awalnya memang jijik, nanti ibu jadi ketagihan.” terang Warso sambil mendorong penisnya kearah bibir Vina.Merasa terpojok dan malu karena mmg tidak ada lagi yang ia miliki, dan banggakan Vinapun akhirnya menyerah dengan terpaksa melakukannya. Sedang Warso lalu menjilat klitoris milik Vina. Tidak semua batang penis Warso dapat masuk kemulutnya. Selain panjang dan besar, juga aromanya membuat perutnya serasan ingin muntah.Warso tidak memperdulikanya ia tetap asyik dengan jilatan pada klitoris Vina. Hingga pagi dinihari itu Vina orgasme lagi dan iapun tidak jijik untuk menelan cairan santan dari liang kemaluan Vina. Sedang Vina yang merasa lemah karena orgasme tetap berusaha membuat penis Warso tegang, namun ia tidak sampai membuat penis itu klimaks. Warso tahu itu adalah hal baru bagi Vina, nanti ia akan terbiasa bisik hatinya.Bibirnya tidak mampu menampung semua batang penis Warso. Kecapaian dibibir Vina dirasakannya. Biarlah air maninya ia tumpahkan didalam rahim Vina. Lalu Warso merubah posisi berhadapan dengan Vina. Kedua kakinya ia tekuk dan di pinggulnya ia ganjal dengan bantal. Ia ingin spermanya tuntas didalam liang itu. Ada rasa rugi jika air maninya tumpah dan terbuang ke kain sprey. Dengan posisi demikian iapun lantas memasuki liang yang masih seret dan basah oleh lendir itu. Tidak terlalu sulit baginya untuk memasuki gerbang surga yang ada dimiliki Vina itu. Mungkin karena dinding kemaluan Vina mulai terbiasa dengan diameter batang milik Warso.
Setelah semuanya amblas, Warso terus
menggoyang maju mundur. Iapun tidak mau terlalu menyiksa Vina yang telah
terlihat kecapaian. Apalagi dimatanya masih ada jejak tangis dan penyesalan.
Mata Vina terlihat cekung.Tangan Warsopun terus meraih buah dada yang mulai
tegak menantang itu. Rupanya Vinapun kembali bangkit gairahnya. Gesekan
kemaluan mereka beberapa menit menimbulkan bunyi khas persetubuhan yang panas.
Tidak lama kemudian Vina pun orgasme dan Warso pun bisa mengiringginya. Semua
kejadian itu telah mampu merubah sosok Vina. Secara kasat mata keduanya tidak
mungkin lagi bisa dipisahkan.Perkimpoian alat kelamin dan tubuh mereka
merupakan simbol ikatan mereka. Kulit, keringat, sperma dan segala yang rahasia
ditubuh mereka berdua telah mereka perlihatkan. Maka Warso pun harus bisa
menempatkan dirinya disaat Vina bersama suaminya dan iapun akan selalu siap
jika Vina menginginkan kehangatan darinya.Vina yang sekarang bukan lagi Vina
yang kemaren karena sejak rahimnya dibasahi oleh sperma Warso maka iapun secara
otomatis dan permanen akan selalu menurut apa yang dikehendaki Warso.
Suaminyapun tidak akan bergairah lagi untuk melakukan persebadanan dengan Vina.
Dan masa depan Vinapun kini sepenuhnya berada ditangan Warso hingga mereka
berdua menjalaninya. Malam itu… Vina memeluk tubuh telanjang Warso, dan berkata…
“Pak,… jaga rahasia ini ya?… saya takut pak??? Ini semua adalah kesalahan saya”. mohon Vina.
“Tenang saja bu Vina, rahasia ini hanya kita berdua. Ibu terus saja dengan perkimpoian ibu dan saya akan memuaskan ibu bila ibu butuhkan”, terang Warso.
Tidak lama kemudian mereka berdua lalu tidur malam itu dikamar yang biasa digunakan Vina dan suaminya tidur. Malam itu Warso yang tidur disitu. Seolah ialah suami Vina yang resmi. Paginya mereka bangun kesiangan setelah adanya bunyi telpon dari Indra. Ia di tlp suaminya yang mengabarkan bahwa Indra telah sampai di Jakarta.Sedikit basa basi Vina lalu menutup tlp itu.
Tampak tubuhnya yang indah dan kulitnya yang mulus itu keletihan. Tenaganya telah terporsir malam itu. Vinapun lalu beranjak kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang pegal dan nyilu karena persenggamaan dengan Warso. Lalu kemudian memasak makanan karena merasa lapar. Saat itupun Warso masih tidur dikamar Vina dan setelah makanan selesai dimasa barulah ia bangun. Mereka berdua makan bersama dan tidak lupa meminum vitamin penjaga stamina.
“Pak,… jaga rahasia ini ya?… saya takut pak??? Ini semua adalah kesalahan saya”. mohon Vina.
“Tenang saja bu Vina, rahasia ini hanya kita berdua. Ibu terus saja dengan perkimpoian ibu dan saya akan memuaskan ibu bila ibu butuhkan”, terang Warso.
Tidak lama kemudian mereka berdua lalu tidur malam itu dikamar yang biasa digunakan Vina dan suaminya tidur. Malam itu Warso yang tidur disitu. Seolah ialah suami Vina yang resmi. Paginya mereka bangun kesiangan setelah adanya bunyi telpon dari Indra. Ia di tlp suaminya yang mengabarkan bahwa Indra telah sampai di Jakarta.Sedikit basa basi Vina lalu menutup tlp itu.
Tampak tubuhnya yang indah dan kulitnya yang mulus itu keletihan. Tenaganya telah terporsir malam itu. Vinapun lalu beranjak kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang pegal dan nyilu karena persenggamaan dengan Warso. Lalu kemudian memasak makanan karena merasa lapar. Saat itupun Warso masih tidur dikamar Vina dan setelah makanan selesai dimasa barulah ia bangun. Mereka berdua makan bersama dan tidak lupa meminum vitamin penjaga stamina.
Siang itu Vina tidak datang kekantor
tempat usahanya. Vina hanya memberi perintah lewat telpon saja. Dan disiang
hari itupun permainan sex antara mereka berdua kembali terulang dengan
panasnya. Vina seakan tidak berdaya untuk melepaskan pengaruh pikat dan
permintaan dari Warso. Meski tubuhnya merasa kurang fit untuk bersebadan. Warso
tetap memiliki tenaga dan stamina yang luar biasa. Faktor umur tidak
berpengaruh, mungkin karena ia selama ini terlalu lama beronani dan tidak
pernah lagi merasakan kehangatan tubuh wanita. Dan obsesinyapun terkabul maka
ia tidak menyia nyiakan kesempatan itu pada Vina.Iapun tidak lagi beronani jika
libidonya datang. Semua obsesinya kini telah terpenuhi. Tubuh Vina yang masih
segar dan muda itu tidak membuatnya bosan. Vinapun seakan tidak malu lagi pada
Warso untuk minta jatah dalam hubungan sex. Terkadang ia sendiri yang
mendatanggi kamar Warso dan menyerahkan tubuhnya pada sopirnya itu. Iapun sudah
terbiasa untuk melakukan oral sex dan berbagai gaya yang mereka dapatkan dari
buku dan video yang dimiliki Vina.
Hampir selama suaminya berada di
Jakarta tiada saat tanpa persebadanan. Kini Warsopun seakan menjadi suami Vina
meskipun tidak resmi dan secara kucing kucingan. Rahasia itupun tetap terjaga
hingga Vina hamil dan melahirkan anak Warso. Perkimpoiannya pun seakan
terselamatkan oleh hadirnya Warso ditengah tengah mereka. Warsopun tidak
terlalu khawatir lagi akan gangguan dari pria lain sebab Vina akan terus
terikat dan tidak akan lepas dari pengaruhnya. Setiap hari mereka slalu
bersandiwara seoalh hubungan mereka hanyalah sebagai sopir dan tuannya, namun
jika telah berdua dan lepas dari penglihatan suaminya Vina akan utuh menjadi
milik Warso.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar