CERITA DEWASA - Perkenalkan dulu namaku Kairo. Sudah satu minggu ini aku berada di rumah sendirian. Terus terang saja aku jadi kesepian juga rasanya. Kalau mau tidur rasanya kok aneh juga, kok sendirian dan sepi, padahal biasanya ada bapak,ibu,kk dan adik .
Aku teringat peristiwa yang aku alami dengan ibu mertua kk-ku. Ibu mertuakk-ku memang bukan ibu kandung istrinya, karena ibu kandungnya telah meninggal dunia. Ayah mertua kk-ku kemudian kawin lagi dengan ibu mertuakk-ku yang sekarang ini dan kebetulan tidak mempunyai anak.
Ibu mertua kk-ku ini umurnya sekitar 40
tahun, wajahnya ayu, dan tubuhnya benar-benar sintal dan padat sesuai dengan
wanita idamanku. Buah dadanya besar sesuai dengan pinggulnya. Demikian juga
pantatnya juga bahenol banget. Aku sering membayangkan ibu mertua kk-ku itu
kalau sedang telentang pasti vaginanya membusung ke atas terganjal pantatnya yang
besar itu. Hemm, sungguh menggairahkan.
Peristiwa
itu terjadi waktu malam dua hari sebelum hari perkawainan kk-ku dengan Riris.
Waktu itu aku duduk berdua di kamar keluarga sambil membicarakan persiapan
perkawinankk-ku. Mendadak lampu mati. Dalam kegelapan itu, ibu mertua kk-ku
(waktu itu masih calon) berdiri, saya pikir akan mencari lilin, tetapi justru
ibu mertua kk-ku memeluk dan menciumi pipi dan bibirku dengan lembut dan mesra.
Aku kaget dan melongo karena aku tidak mengira sama sekali diciumi oleh calon
ibu mertua kk-ku yang cantik itu.
Hari-hari
berikutnya aku bersikap seperti biasa, demikian juga ibu mertuakk-ku. Pada
saat-saat aku duduk berdua dengan dia, aku sering memberanikan diri memandang
ibu mertuakk-ku lama-lama, dan dia biasanya tersenyum manis dan berkata,
“Apaa..?, sudah-sudah, ibu jadi malu”.
Terus terang saja aku sebenarnya merindukan untuk dapat bermesraan dengan ibu mertua kk-ku itu. Aku kadang-kadang sagat merasa bersalah dengan kk-ku, dan juga kaka ipar-ku yang baik hati. Kadang-kadang aku demikian kurang ajar membayangkan ibu mertua kk-ku disetubuhi ayah mertua kk-ku, aku bayangkan kemaluan ayah mertuakk-ku keluar masuk vagina ibu mertua kk-ku, Ooh alangkah…! Tetapi aku selalu menaruh hormat kepada ayah dan ibu mertuakk-ku. Ibu mertuakk-ku juga sayang sama kami, .
Terus terang saja aku sebenarnya merindukan untuk dapat bermesraan dengan ibu mertua kk-ku itu. Aku kadang-kadang sagat merasa bersalah dengan kk-ku, dan juga kaka ipar-ku yang baik hati. Kadang-kadang aku demikian kurang ajar membayangkan ibu mertua kk-ku disetubuhi ayah mertua kk-ku, aku bayangkan kemaluan ayah mertuakk-ku keluar masuk vagina ibu mertua kk-ku, Ooh alangkah…! Tetapi aku selalu menaruh hormat kepada ayah dan ibu mertuakk-ku. Ibu mertuakk-ku juga sayang sama kami, .
Pagi-pagi
hari berikutnya, aku ditelepon ibu mertuakk-ku, minta agar sore harinya aku
dapat mengantarkan ibu menengok famili yang sedang berada di rumah sakit,
karena ayah mertuakk-ku sedang pergi ke kota lain untuk urusan bisnis. Aku sih
setuju saja. Sore harinya kami jadi pergi ke rumah sakit, dan pulang sudah
sehabis maghrib. Seperti biasa aku selalu bersikap sopan dan hormat pada ibu
mertuakk-ku.
Dalam
perjalan pulang itu, aku memberanikan diri bertanya, “tante, ngapain sih dulu
tante kok cium Kairo ?”.
“Aah, kamu ini kok maih diingat-ingat juga siih”, jawab ibumertua kk-ku sambil memandangku.
“Jelas dong buu…, Kan asyiik”, kataku menggoda.
“Naah, tambah kurang ajar thoo, Ingat kk-mu lho Kairo…, Nanti kedengaran juga bisa geger lho Kairo “.
“Tapii, sebenarnya kenapa siih tante…, Kairo jadi penasaran lho”.
“Aah, ini anak kok nggak mau diem siih, Tapi eeh…, anu…, Kairo , sebenarnya waktu itu, waktu kita jagongan itu, ibu lihat tampangmu itu kok ganteng banget. Hidungmu, bibirmu, matamu yang agak kurang ajar itu kok membuat ibu jadi gemes banget deeh sama kamu. Makanya waktu lampu mati itu, entah setan dari mana, ibu jadi pengin banget menciummu dan merangkulmu. Ibu sebenarnya jadi malu sekali. Ibu macam apa aku ini,
“Mungkin, setannya ya Tomy ini Bu…, Saat ini setannya itu juga deg-degan kalau lihat ibu mertua kk-ku. Ibu boleh percaya boleh tidak, kadang-kadang kalau saya lagi sama sendiri, malah bayangin tante lho. Bener-bener nih. Sumpah deh. Kalau tante pernah bayangin saya nggak kalau lagi sama om”, aku semakin berani.
“aah nggak tahu ah…, udaah…, udaah…, nanti kalau keterusan kan nggak baik. Hati-hati setirnya. Nanti kalau nabrak-nabrak dikiranya nyetir sambil pacaran ama tante. Pasti tante yang disalahin orang, Dikiranya yang tua niih yang ngebet”, katanya.
“Padahal dua-duanya ngebet lo tante. tante, maafin Kairo deeh. Kairo jadi pengiin banget sama tante lho…, Gimana niih, punya Kairo sakit kejepit celana nihh”, aku makin berani.
“Aduuh Toom, jangan gitu dong. tante jadi susah nih. Tapi terus terang aja Kairo .., tante jadi kayak orang jatuh cinta sama kamu.., Kalau udah begini, udah naik begini, tante jadi pengin ngeloni kamu Kairo …, Kairo kita cepat pulang saja yaa…, Nanti diterusin dirumah…, Kita pulang ke rumahmu saja sekarang…, Toh lagi kosong khan…, Tapi Kairo menggir sebentar Kairo, tante pengen cium kamu di sini”, kata tante dengan suara bergetar.
“Aah, kamu ini kok maih diingat-ingat juga siih”, jawab ibumertua kk-ku sambil memandangku.
“Jelas dong buu…, Kan asyiik”, kataku menggoda.
“Naah, tambah kurang ajar thoo, Ingat kk-mu lho Kairo…, Nanti kedengaran juga bisa geger lho Kairo “.
“Tapii, sebenarnya kenapa siih tante…, Kairo jadi penasaran lho”.
“Aah, ini anak kok nggak mau diem siih, Tapi eeh…, anu…, Kairo , sebenarnya waktu itu, waktu kita jagongan itu, ibu lihat tampangmu itu kok ganteng banget. Hidungmu, bibirmu, matamu yang agak kurang ajar itu kok membuat ibu jadi gemes banget deeh sama kamu. Makanya waktu lampu mati itu, entah setan dari mana, ibu jadi pengin banget menciummu dan merangkulmu. Ibu sebenarnya jadi malu sekali. Ibu macam apa aku ini,
“Mungkin, setannya ya Tomy ini Bu…, Saat ini setannya itu juga deg-degan kalau lihat ibu mertua kk-ku. Ibu boleh percaya boleh tidak, kadang-kadang kalau saya lagi sama sendiri, malah bayangin tante lho. Bener-bener nih. Sumpah deh. Kalau tante pernah bayangin saya nggak kalau lagi sama om”, aku semakin berani.
“aah nggak tahu ah…, udaah…, udaah…, nanti kalau keterusan kan nggak baik. Hati-hati setirnya. Nanti kalau nabrak-nabrak dikiranya nyetir sambil pacaran ama tante. Pasti tante yang disalahin orang, Dikiranya yang tua niih yang ngebet”, katanya.
“Padahal dua-duanya ngebet lo tante. tante, maafin Kairo deeh. Kairo jadi pengiin banget sama tante lho…, Gimana niih, punya Kairo sakit kejepit celana nihh”, aku makin berani.
“Aduuh Toom, jangan gitu dong. tante jadi susah nih. Tapi terus terang aja Kairo .., tante jadi kayak orang jatuh cinta sama kamu.., Kalau udah begini, udah naik begini, tante jadi pengin ngeloni kamu Kairo …, Kairo kita cepat pulang saja yaa…, Nanti diterusin dirumah…, Kita pulang ke rumahmu saja sekarang…, Toh lagi kosong khan…, Tapi Kairo menggir sebentar Kairo, tante pengen cium kamu di sini”, kata tante dengan suara bergetar.
ooh aku jadi
berdebar-debar sekali. Aku jadi nafsu banget. Aku minggir di tempat yang agak
gelap. Sebenarnya kaca mobilku juga sudah gelap, sehingga tidak takut ketahuan
orang. Aku dan ibu mertuakk-ku berangkulan, berciuman dengan lembut penuh
kerinduan. Benar-benar, selama ini kami saling merindukan.
“eehhm…, Kairo,ibu kangen banget ma kamu”, bisik ibu mertuakk-ku.
“aku juga bu”, bisikku.
“Kairo…, udah dulu Kairo…, eehmm udah dulu”, napas kami memburu.
“Ayo jalan lagi…, Hati-hati yaa”, kata ibu mertua kk-ku.
“ibu penisku kejepit niih…, Sakit”, kataku.
“iich anak nakal”, Pahaku dicubitnya.
“Okey…, buka dulu ritsluitingnya”, katanya.
Cepat-cepat aku buka celanaku, aku turuni celana dalamku. Woo, langsung berdiri tegang banget. Tangan kiri ibu m,ertua kk-ku, aku tuntun untuk memegang penisku.
“Aduuh kamu. Gede banget pelirmu…, Biar ibu pegangin, Ayo jalan. Hati-hati setirnya”.
Aku masukkan persneling satu, dan mobil melaju pulang. Penisku dipegangi ibu, jempolnya mengelus-elus kepala penisku dengan lembut. Aduuh, gelii… nikmat sekali. Mobil berjalan tenang, kami berdiam diri, tetapi tangan ibu terus memijat dan mengelus-elus penisku dengan lembut.
“eehhm…, Kairo,ibu kangen banget ma kamu”, bisik ibu mertuakk-ku.
“aku juga bu”, bisikku.
“Kairo…, udah dulu Kairo…, eehmm udah dulu”, napas kami memburu.
“Ayo jalan lagi…, Hati-hati yaa”, kata ibu mertua kk-ku.
“ibu penisku kejepit niih…, Sakit”, kataku.
“iich anak nakal”, Pahaku dicubitnya.
“Okey…, buka dulu ritsluitingnya”, katanya.
Cepat-cepat aku buka celanaku, aku turuni celana dalamku. Woo, langsung berdiri tegang banget. Tangan kiri ibu m,ertua kk-ku, aku tuntun untuk memegang penisku.
“Aduuh kamu. Gede banget pelirmu…, Biar ibu pegangin, Ayo jalan. Hati-hati setirnya”.
Aku masukkan persneling satu, dan mobil melaju pulang. Penisku dipegangi ibu, jempolnya mengelus-elus kepala penisku dengan lembut. Aduuh, gelii… nikmat sekali. Mobil berjalan tenang, kami berdiam diri, tetapi tangan ibu terus memijat dan mengelus-elus penisku dengan lembut.
Sampai di
rumah, aku turun membuka pintu, dan langsung masuk garasi. Garasi aku tutup
kembali. Kami bergandengan tangan masuk ke ruang tamu. Kami duduk di sofa dan
berpandangan dengan penuh kerinduan. Suasana begitu hening dan romantis, kami
berpelukan lagi, berciuman lagi, makin menggelora. Kami tumpahkan kerinduan
kami. Aku ciumi ibu mertuakk-ku dengan penuh nafsu. Aku rogoh buah dadanya yang
selalu aku bayangkan, aduuh benar-benar besar dan lembut.
“Buu, aku kangen banget buu…, aku kangen banget”.
“Aduuh Kairo, ibu juga…, Peluklah ibu Kairo, peluklah ibu” nafasnya semakin memburu.
Matanya terpejam, aku ciumi matanya, pipinya, aku lumat bibirnya, dan lidahku aku masukkan ke mulutnya. Ibu agak kaget dan membuka matanya. Kemudian dengan serta-merta lidahku disedotnya dengan penuh nafsu.
“Eehhmm.., Kairo, ibu belum pernah ciuman seperti ini…, Lagi Kairo masukkan lidahmu ke mulut ibu”
“Buu, aku kangen banget buu…, aku kangen banget”.
“Aduuh Kairo, ibu juga…, Peluklah ibu Kairo, peluklah ibu” nafasnya semakin memburu.
Matanya terpejam, aku ciumi matanya, pipinya, aku lumat bibirnya, dan lidahku aku masukkan ke mulutnya. Ibu agak kaget dan membuka matanya. Kemudian dengan serta-merta lidahku disedotnya dengan penuh nafsu.
“Eehhmm.., Kairo, ibu belum pernah ciuman seperti ini…, Lagi Kairo masukkan lidahmu ke mulut ibu”
Ibu
mendorongku pelan, memandangku dengan mesra. Dirangkulnya lagi diriku dan
berbisik, ” bawalah Ibu ke kamar…, Enakan di kamar, jangan disini”.
Dengan berangkulan kami masuk ke kamar tengah yang kosong. Aku merasa tidak enak di tempat tidur aku. “Bu kita pakai kamar tengah saja yaa”.
“Okey, Lebih bebas di kamar ini”, kata ibu mertuakk-ku penuh pengertian. Aku remas pantatnya yang bahenol.
“iich.., dasar anak nakal”, ibu mertuakk-ku merengut manja.
Dengan berangkulan kami masuk ke kamar tengah yang kosong. Aku merasa tidak enak di tempat tidur aku. “Bu kita pakai kamar tengah saja yaa”.
“Okey, Lebih bebas di kamar ini”, kata ibu mertuakk-ku penuh pengertian. Aku remas pantatnya yang bahenol.
“iich.., dasar anak nakal”, ibu mertuakk-ku merengut manja.
Kami duduk
di tempat tidur, sambil beciuman aku buka pakaian ibu mertuaku. Aku sungguh
terpesona dengan kulit ibuku yang putih bersih dan mulus dengan buah dadanya yang
besar menggantung indah. Ibu aku rebahkan di tempat tidur. Celana dalamnya aku
pelorotkan dan aku pelorotkan dari kakinya yang indah. Sekali lagi aku kagum
melihat vagina ibu mertuakk-ku yang tebal dengan bulunya yang tebal keriting.
Seperti aku membayangkan selama ini, vagina ibu mertua kk ku benar menonjol ke
atas terganjal pantatnya yang besar. Aku tidak tahan lagi memandang keindahan
ibu mertua kk-ku telentang di depanku. Aku buka pakaianku dan penisku sudah
benar-benar tegak sempurna. Ibu mertua kk-ku memandangku dengan tanpa berkedip.
Kami saling merindukan kebersamaan ini. Aku berbaring miring di samping ibu
mertua kk-ku. Aku ciumi, kuraba, kuelus semuanya, dari bibirnya sampai pahanya
yang mulus.
Aku remas
lembut buah dadanya, kuelus perutnya, vaginanya, klitorisnya aku main-mainkan.
Liangnya vaginanya sudah basah. Jariku aku basahi dengan cairan vagina ibu
mertua kk-ku, dan aku usapkan lembut di clitorisnya. Ibu menggelinjang keenakan
dan mendesis-desis. Sementara peliku dipegang ibu dan dielus-elusnya. Kerinduan
kami selama ini sudah mendesak untuk ditumpahkan dan dituntaskan malam ini. Ibu
menggeliat-geliat, meremas-remas kepalaku dan rambutku, mengelus punggungku,
pantatku, dan akhirnya memegang penisku yang sudah siap sedia masuk ke liang vagina
ibu mertua kk-ku.
“Buu, aku kaangen banget buu…, aku kangen banget…, aku anak nakal buu..”, bisikku.
” …, ibu juga. sshh…, masukin …, masukin sekarang…, Ibu sudah pengiin banget …”, bisik ibu mertua kk-ku tersengal-sengal. Aku naik ke atas ibu mertuakk-ku bertelakn pada siku dan lututku.
“Buu, aku kaangen banget buu…, aku kangen banget…, aku anak nakal buu..”, bisikku.
” …, ibu juga. sshh…, masukin …, masukin sekarang…, Ibu sudah pengiin banget …”, bisik ibu mertua kk-ku tersengal-sengal. Aku naik ke atas ibu mertuakk-ku bertelakn pada siku dan lututku.
Tangan
kananku mengelus wajahnya, pipinya, hidungnya dan bibir ibu mertua kk-ku. Kami
berpandangan. Berpandangan sangat mesra. Penisku dituntunnya masuk ke liang
vaginanya yang sudah basah. Ditempelkannya dan digesek-gesekan di bibir
vaginanya, di clitorisnya. Tangan kirinya memegang pantatku, menekan turun
sedikit dan melepaskan tekanannya memberi komando penisku.
Kaki ibu
mertua kk-ku dikangkangnya lebar-lebar, dan aku sudah tidak sabar lagi untuk
masuk ke vagina ibu mertua kk-ku. Kepala penisku mulai masuk, makin dalam,
makin dalam dan akhirnya masuk semuanya sampai ke pangkalnya. Aku mulai turun
naik dengan teratur, keluar masuk, keluar masuk dalam vagina yang basah dan
licin. Aduuh enaak, enaak sekali.
“Masukkan separo saja . Keluar-masukkan kepalanya yang besar ini…, Aduuh garis kepalanya enaak sekali”.
Nafsu kami semakin menggelora. Aku semakin cepat, semakin memompa penisku ke vagina ibu mertua kk-ku. “Buu, aaku masuk semua, masuk semua buu”
“Iyaa , enaak banget. Pelirmu ngganjel banget. Gede banget rasane. Ibu marem banget” kami mendesis-desis, menggeliat-geliat, melenguh penuh kenikmatan. Sementara itu kakinya yang tadi mengangkang sekarang dirapatkan.
Aduuh, vaginanya tebal banget. Aku paling tidak tahan lagi kalau sudah begini. Aku semakin ngotot menyetubuhi ibu mertua kk-ku, mencoblos vagina ibu mertua kk-ku yang licin, yang tebal, yang sempit (karena sudah kontraksi mau puncak). Bunyinya kecepak-kecepok membuat aku semakin bernafsu. Aduuh, aku sudah tidak tahan lagi.
“Buu aku mau keluaar buu…, Aduuh buu.., enaak bangeet”.
“ssh…, hiiya Kairo, keluariin KairoKairo, keluarin”.
“Ibu juga mau muncaak, mau muncaak…, Teruss Kami berpagutan kuat-kuat. Napas kami terhenti. Penisku aku tekan kuat-kuat ke dalam vagina ibu mertua kk-ku.
“Masukkan separo saja . Keluar-masukkan kepalanya yang besar ini…, Aduuh garis kepalanya enaak sekali”.
Nafsu kami semakin menggelora. Aku semakin cepat, semakin memompa penisku ke vagina ibu mertua kk-ku. “Buu, aaku masuk semua, masuk semua buu”
“Iyaa , enaak banget. Pelirmu ngganjel banget. Gede banget rasane. Ibu marem banget” kami mendesis-desis, menggeliat-geliat, melenguh penuh kenikmatan. Sementara itu kakinya yang tadi mengangkang sekarang dirapatkan.
Aduuh, vaginanya tebal banget. Aku paling tidak tahan lagi kalau sudah begini. Aku semakin ngotot menyetubuhi ibu mertua kk-ku, mencoblos vagina ibu mertua kk-ku yang licin, yang tebal, yang sempit (karena sudah kontraksi mau puncak). Bunyinya kecepak-kecepok membuat aku semakin bernafsu. Aduuh, aku sudah tidak tahan lagi.
“Buu aku mau keluaar buu…, Aduuh buu.., enaak bangeet”.
“ssh…, hiiya Kairo, keluariin KairoKairo, keluarin”.
“Ibu juga mau muncaak, mau muncaak…, Teruss Kami berpagutan kuat-kuat. Napas kami terhenti. Penisku aku tekan kuat-kuat ke dalam vagina ibu mertua kk-ku.
Pangkal
penisku berdenyut-denyut. menyemprotlah sudah spermaku ke vagina ibu mertua
kk-ku. Kami bersama-sama menikmati puncak persetubuhan kami. Kerinduan,
ketegangan kami tumpah sudah. Rasanya lemas sekali. Napas yang tadi hampir
terputus semakin menurun.
Aku angkat badanku. Akan aku cabut penisku yang sudah menancap dari dalam liang vaginanya, tetapi ditahan ibu mertua kk-ku.
“Biar di dalam dulu Ayo miring, kamu berat sekali. Kamu nekad saja…, masa’ orang ditindih sekuatnya”, katanya sambil memencet hidungku. Kami miring, berhadapan, Ibu mertua kk-ku memencet hidungku lagi, “Dasar anak kurang ajar…, Berani sama ibu mertua kk mu ya.., Masa ibunya dinaikin, Tapi …, ibu nikmat banget, ‘marem’ banget. Ibu belum pernah merasakan seperti ini”.
“Buu, aku juga buu. Mungkin karena curian ini ya buu, bukan miliknya…, Punya bapaknya kok dimakan. Ibu juga, punya anakya kok ya dimakan, diminum”, kataku menggodanya.
“Huush, dasar anak nakal.., Ayo dilepas .., Aduuh berantakan niih Spermamu pada tumpah di sprei, Keringatmu juga basahi tetek ibu niih”.
“Buu, malam ini ibu nggak usah pulang. Aku pengin dikelonin ibu malam ini. Aku pengin diteteki sampai pagi”, kataku.
“Ooh jangan cah bagus…, kalau dituruti Ibu juga penginnya begitu. Tapi tidak boleh begitu. Kalau ketahuan orang bisa geger deeh”, jawab ibuku.
“Tapi buu, aku rasanya emoh pisah sama ibu”.
“Hiyya, ibu tahu, tapi kita harus pakai otak dong. Toh, ibu tidak akan kabur.., justru kalau kita tidak hati-hati, semuanya akan bubar deh”.
Kami saling berpegangan tangan, berpandangan dengan mesra, berciuman lagi penuh kelembutan. Tiada kata-kata yang keluar, tidak dapat diwujudkan dalam kata-kata. Kami saling mengasihi, antara ibu dan anak, antara seorang pria dan seorang wanita, kami tulus mengasihi satu sama lain.
Aku angkat badanku. Akan aku cabut penisku yang sudah menancap dari dalam liang vaginanya, tetapi ditahan ibu mertua kk-ku.
“Biar di dalam dulu Ayo miring, kamu berat sekali. Kamu nekad saja…, masa’ orang ditindih sekuatnya”, katanya sambil memencet hidungku. Kami miring, berhadapan, Ibu mertua kk-ku memencet hidungku lagi, “Dasar anak kurang ajar…, Berani sama ibu mertua kk mu ya.., Masa ibunya dinaikin, Tapi …, ibu nikmat banget, ‘marem’ banget. Ibu belum pernah merasakan seperti ini”.
“Buu, aku juga buu. Mungkin karena curian ini ya buu, bukan miliknya…, Punya bapaknya kok dimakan. Ibu juga, punya anakya kok ya dimakan, diminum”, kataku menggodanya.
“Huush, dasar anak nakal.., Ayo dilepas .., Aduuh berantakan niih Spermamu pada tumpah di sprei, Keringatmu juga basahi tetek ibu niih”.
“Buu, malam ini ibu nggak usah pulang. Aku pengin dikelonin ibu malam ini. Aku pengin diteteki sampai pagi”, kataku.
“Ooh jangan cah bagus…, kalau dituruti Ibu juga penginnya begitu. Tapi tidak boleh begitu. Kalau ketahuan orang bisa geger deeh”, jawab ibuku.
“Tapi buu, aku rasanya emoh pisah sama ibu”.
“Hiyya, ibu tahu, tapi kita harus pakai otak dong. Toh, ibu tidak akan kabur.., justru kalau kita tidak hati-hati, semuanya akan bubar deh”.
Kami saling berpegangan tangan, berpandangan dengan mesra, berciuman lagi penuh kelembutan. Tiada kata-kata yang keluar, tidak dapat diwujudkan dalam kata-kata. Kami saling mengasihi, antara ibu dan anak, antara seorang pria dan seorang wanita, kami tulus mengasihi satu sama lain.
Malam itu
kami mandi bersama, saling menyabuni, menggosok, meraba dan membelai. Penisku
dicuci oleh ibu mertuaku, sampai tegak lagi.
“Sudaah, sudaah, jangan nekad saja. Ayo nanti keburu malam”.
Malam itu sungguh sangat berkesan dalam hidupku. Hari-hari selanjutnya berjalan normal seperti biasanya. Kami saling menjaga diri. Kami menumpahkan kerinduan kami hanya apabila benar-benar aman. Tetapi kami banyak kesempatan untuk sekedar berciuman dan membelai. Kadang-kadang dengan berpandangan mata saja kami sudah menyalurkan kerinduan kami. Kami semakin sabar, semakain dewasa dalam menjaga hubungan cinta-kasih kami.
buat ce/ibu rumah tangga/janda/tante yang kesepian.
“Sudaah, sudaah, jangan nekad saja. Ayo nanti keburu malam”.
Malam itu sungguh sangat berkesan dalam hidupku. Hari-hari selanjutnya berjalan normal seperti biasanya. Kami saling menjaga diri. Kami menumpahkan kerinduan kami hanya apabila benar-benar aman. Tetapi kami banyak kesempatan untuk sekedar berciuman dan membelai. Kadang-kadang dengan berpandangan mata saja kami sudah menyalurkan kerinduan kami. Kami semakin sabar, semakain dewasa dalam menjaga hubungan cinta-kasih kami.
buat ce/ibu rumah tangga/janda/tante yang kesepian.
——————————————————————————–
Perkenalkan
dulu namaku Kairo. Sudah satu minggu ini aku berada di rumah sendirian. Terus
terang saja aku jadi kesepian juga rasanya. Kalau mau tidur rasanya kok aneh
juga, kok sendirian dan sepi, padahal biasanya ada bapak,ibu,kk dan adek .
Aku teringat peristiwa yang aku alami dengan ibu mertua kk-ku. Ibu mertuakk-ku memang bukan ibu kandung istrinya, karena ibu kandungnya telah meninggal dunia. Ayah mertua kk-ku kemudian kawin lagi dengan ibu mertuakk-ku yang sekarang ini dan kebetulan tidak mempunyai anak. Ibu mertua kk-ku ini umurnya sekitar 40 tahun, wajahnya ayu, dan tubuhnya benar-benar sintal dan padat sesuai dengan wanita idamanku. Buah dadanya besar sesuai dengan pinggulnya. Demikian juga pantatnya juga bahenol banget. Aku sering membayangkan ibu mertua kk-ku itu kalau sedang telentang pasti vaginanya membusung ke atas terganjal pantatnya yang besar itu. Hemm, sungguh menggairahkan.
Aku teringat peristiwa yang aku alami dengan ibu mertua kk-ku. Ibu mertuakk-ku memang bukan ibu kandung istrinya, karena ibu kandungnya telah meninggal dunia. Ayah mertua kk-ku kemudian kawin lagi dengan ibu mertuakk-ku yang sekarang ini dan kebetulan tidak mempunyai anak. Ibu mertua kk-ku ini umurnya sekitar 40 tahun, wajahnya ayu, dan tubuhnya benar-benar sintal dan padat sesuai dengan wanita idamanku. Buah dadanya besar sesuai dengan pinggulnya. Demikian juga pantatnya juga bahenol banget. Aku sering membayangkan ibu mertua kk-ku itu kalau sedang telentang pasti vaginanya membusung ke atas terganjal pantatnya yang besar itu. Hemm, sungguh menggairahkan.
Peristiwa
itu terjadi waktu malam dua hari sebelum hari perkawainan kk-ku dengan Riris.
Waktu itu aku duduk berdua di kamar keluarga sambil membicarakan persiapan
perkawinankk-ku. Mendadak lampu mati. Dalam kegelapan itu, ibu mertua kk-ku
(waktu itu masih calon) berdiri, saya pikir akan mencari lilin, tetapi justru
ibu mertua kk-ku memeluk dan menciumi pipi dan bibirku dengan lembut dan mesra.
Aku kaget dan melongo karena aku tidak mengira sama sekali diciumi oleh calon
ibu mertua kk-ku yang cantik itu.
Hari-hari
berikutnya aku bersikap seperti biasa, demikian juga ibu mertuakk-ku. Pada
saat-saat aku duduk berdua dengan dia, aku sering memberanikan diri memandang
ibu mertuakk-ku lama-lama, dan dia biasanya tersenyum manis dan berkata,
“Apaa..?, sudah-sudah, ibu jadi malu”.
Terus terang saja aku sebenarnya merindukan untuk dapat bermesraan dengan ibu mertua kk-ku itu. Aku kadang-kadang sagat merasa bersalah dengan kk-ku, dan juga kaka ipar-ku yang baik hati. Kadang-kadang aku demikian kurang ajar membayangkan ibu mertua kk-ku disetubuhi ayah mertua kk-ku, aku bayangkan kemaluan ayah mertuakk-ku keluar masuk vagina ibu mertua kk-ku, Ooh alangkah…! Tetapi aku selalu menaruh hormat kepada ayah dan ibu mertuakk-ku. Ibu mertuakk-ku juga sayang sama kami, .
Terus terang saja aku sebenarnya merindukan untuk dapat bermesraan dengan ibu mertua kk-ku itu. Aku kadang-kadang sagat merasa bersalah dengan kk-ku, dan juga kaka ipar-ku yang baik hati. Kadang-kadang aku demikian kurang ajar membayangkan ibu mertua kk-ku disetubuhi ayah mertua kk-ku, aku bayangkan kemaluan ayah mertuakk-ku keluar masuk vagina ibu mertua kk-ku, Ooh alangkah…! Tetapi aku selalu menaruh hormat kepada ayah dan ibu mertuakk-ku. Ibu mertuakk-ku juga sayang sama kami, .
Pagi-pagi
hari berikutnya, aku ditelepon ibu mertuakk-ku, minta agar sore harinya aku
dapat mengantarkan ibu menengok famili yang sedang berada di rumah sakit,
karena ayah mertuakk-ku sedang pergi ke kota lain untuk urusan bisnis. Aku sih
setuju saja. Sore harinya kami jadi pergi ke rumah sakit, dan pulang sudah
sehabis maghrib. Seperti biasa aku selalu bersikap sopan dan hormat pada ibu
mertuakk-ku.
Dalam
perjalan pulang itu, aku memberanikan diri bertanya, “tante, ngapain sih dulu
tante kok cium Kairo ?”.
“Aah, kamu ini kok maih diingat-ingat juga siih”, jawab ibumertua kk-ku sambil memandangku.
“Jelas dong buu…, Kan asyiik”, kataku menggoda.
“Naah, tambah kurang ajar thoo, Ingat kk-mu lho Kairo…, Nanti kedengaran juga bisa geger lho Kairo “.
“Tapii, sebenarnya kenapa siih tante…, Kairo jadi penasaran lho”.
“Aah, ini anak kok nggak mau diem siih, Tapi eeh…, anu…, Kairo , sebenarnya waktu itu, waktu kita jagongan itu, ibu lihat tampangmu itu kok ganteng banget. Hidungmu, bibirmu, matamu yang agak kurang ajar itu kok membuat ibu jadi gemes banget deeh sama kamu. Makanya waktu lampu mati itu, entah setan dari mana, ibu jadi pengin banget menciummu dan merangkulmu. Ibu sebenarnya jadi malu sekali. Ibu macam apa aku ini,
“Mungkin, setannya ya Tomy ini Bu…, Saat ini setannya itu juga deg-degan kalau lihat ibu mertua kk-ku. Ibu boleh percaya boleh tidak, kadang-kadang kalau saya lagi sama sendiri, malah bayangin tante lho. Bener-bener nih. Sumpah deh. Kalau tante pernah bayangin saya nggak kalau lagi sama om”, aku semakin berani.
“aah nggak tahu ah…, udaah…, udaah…, nanti kalau keterusan kan nggak baik. Hati-hati setirnya. Nanti kalau nabrak-nabrak dikiranya nyetir sambil pacaran ama tante. Pasti tante yang disalahin orang, Dikiranya yang tua niih yang ngebet”, katanya.
“Padahal dua-duanya ngebet lo tante. tante, maafin Kairo deeh. Kairo jadi pengiin banget sama tante lho…, Gimana niih, punya Kairo sakit kejepit celana nihh”, aku makin berani.
“Aduuh Toom, jangan gitu dong. tante jadi susah nih. Tapi terus terang aja Kairo .., tante jadi kayak orang jatuh cinta sama kamu.., Kalau udah begini, udah naik begini, tante jadi pengin ngeloni kamu Kairo …, Kairo kita cepat pulang saja yaa…, Nanti diterusin dirumah…, Kita pulang ke rumahmu saja sekarang…, Toh lagi kosong khan…, Tapi Kairo menggir sebentar Kairo, tante pengen cium kamu di sini”, kata tante dengan suara bergetar.
“Aah, kamu ini kok maih diingat-ingat juga siih”, jawab ibumertua kk-ku sambil memandangku.
“Jelas dong buu…, Kan asyiik”, kataku menggoda.
“Naah, tambah kurang ajar thoo, Ingat kk-mu lho Kairo…, Nanti kedengaran juga bisa geger lho Kairo “.
“Tapii, sebenarnya kenapa siih tante…, Kairo jadi penasaran lho”.
“Aah, ini anak kok nggak mau diem siih, Tapi eeh…, anu…, Kairo , sebenarnya waktu itu, waktu kita jagongan itu, ibu lihat tampangmu itu kok ganteng banget. Hidungmu, bibirmu, matamu yang agak kurang ajar itu kok membuat ibu jadi gemes banget deeh sama kamu. Makanya waktu lampu mati itu, entah setan dari mana, ibu jadi pengin banget menciummu dan merangkulmu. Ibu sebenarnya jadi malu sekali. Ibu macam apa aku ini,
“Mungkin, setannya ya Tomy ini Bu…, Saat ini setannya itu juga deg-degan kalau lihat ibu mertua kk-ku. Ibu boleh percaya boleh tidak, kadang-kadang kalau saya lagi sama sendiri, malah bayangin tante lho. Bener-bener nih. Sumpah deh. Kalau tante pernah bayangin saya nggak kalau lagi sama om”, aku semakin berani.
“aah nggak tahu ah…, udaah…, udaah…, nanti kalau keterusan kan nggak baik. Hati-hati setirnya. Nanti kalau nabrak-nabrak dikiranya nyetir sambil pacaran ama tante. Pasti tante yang disalahin orang, Dikiranya yang tua niih yang ngebet”, katanya.
“Padahal dua-duanya ngebet lo tante. tante, maafin Kairo deeh. Kairo jadi pengiin banget sama tante lho…, Gimana niih, punya Kairo sakit kejepit celana nihh”, aku makin berani.
“Aduuh Toom, jangan gitu dong. tante jadi susah nih. Tapi terus terang aja Kairo .., tante jadi kayak orang jatuh cinta sama kamu.., Kalau udah begini, udah naik begini, tante jadi pengin ngeloni kamu Kairo …, Kairo kita cepat pulang saja yaa…, Nanti diterusin dirumah…, Kita pulang ke rumahmu saja sekarang…, Toh lagi kosong khan…, Tapi Kairo menggir sebentar Kairo, tante pengen cium kamu di sini”, kata tante dengan suara bergetar.
ooh aku jadi
berdebar-debar sekali. Aku jadi nafsu banget. Aku minggir di tempat yang agak
gelap. Sebenarnya kaca mobilku juga sudah gelap, sehingga tidak takut ketahuan
orang. Aku dan ibu mertuakk-ku berangkulan, berciuman dengan lembut penuh
kerinduan. Benar-benar, selama ini kami saling merindukan.
“eehhm…, Kairo,ibu kangen banget ma kamu”, bisik ibu mertuakk-ku.
“aku juga bu”, bisikku.
“Kairo…, udah dulu Kairo…, eehmm udah dulu”, napas kami memburu.
“Ayo jalan lagi…, Hati-hati yaa”, kata ibu mertua kk-ku.
“ibu penisku kejepit niih…, Sakit”, kataku.
“iich anak nakal”, Pahaku dicubitnya.
“Okey…, buka dulu ritsluitingnya”, katanya.
Cepat-cepat aku buka celanaku, aku turuni celana dalamku. Woo, langsung berdiri tegang banget. Tangan kiri ibu m,ertua kk-ku, aku tuntun untuk memegang penisku.
“Aduuh kamu. Gede banget pelirmu…, Biar ibu pegangin, Ayo jalan. Hati-hati setirnya”.
Aku masukkan persneling satu, dan mobil melaju pulang. Penisku dipegangi ibu, jempolnya mengelus-elus kepala penisku dengan lembut. Aduuh, gelii… nikmat sekali. Mobil berjalan tenang, kami berdiam diri, tetapi tangan ibu terus memijat dan mengelus-elus penisku dengan lembut.
“eehhm…, Kairo,ibu kangen banget ma kamu”, bisik ibu mertuakk-ku.
“aku juga bu”, bisikku.
“Kairo…, udah dulu Kairo…, eehmm udah dulu”, napas kami memburu.
“Ayo jalan lagi…, Hati-hati yaa”, kata ibu mertua kk-ku.
“ibu penisku kejepit niih…, Sakit”, kataku.
“iich anak nakal”, Pahaku dicubitnya.
“Okey…, buka dulu ritsluitingnya”, katanya.
Cepat-cepat aku buka celanaku, aku turuni celana dalamku. Woo, langsung berdiri tegang banget. Tangan kiri ibu m,ertua kk-ku, aku tuntun untuk memegang penisku.
“Aduuh kamu. Gede banget pelirmu…, Biar ibu pegangin, Ayo jalan. Hati-hati setirnya”.
Aku masukkan persneling satu, dan mobil melaju pulang. Penisku dipegangi ibu, jempolnya mengelus-elus kepala penisku dengan lembut. Aduuh, gelii… nikmat sekali. Mobil berjalan tenang, kami berdiam diri, tetapi tangan ibu terus memijat dan mengelus-elus penisku dengan lembut.
Sampai di
rumah, aku turun membuka pintu, dan langsung masuk garasi. Garasi aku tutup
kembali. Kami bergandengan tangan masuk ke ruang tamu. Kami duduk di sofa dan
berpandangan dengan penuh kerinduan. Suasana begitu hening dan romantis, kami
berpelukan lagi, berciuman lagi, makin menggelora. Kami tumpahkan kerinduan
kami. Aku ciumi ibu mertuakk-ku dengan penuh nafsu. Aku rogoh buah dadanya yang
selalu aku bayangkan, aduuh benar-benar besar dan lembut.
“Buu, aku kangen banget buu…, aku kangen banget”.
“Aduuh Kairo, ibu juga…, Peluklah ibu Kairo, peluklah ibu” nafasnya semakin memburu.
Matanya terpejam, aku ciumi matanya, pipinya, aku lumat bibirnya, dan lidahku aku masukkan ke mulutnya. Ibu agak kaget dan membuka matanya. Kemudian dengan serta-merta lidahku disedotnya dengan penuh nafsu.
“Eehhmm.., Kairo, ibu belum pernah ciuman seperti ini…, Lagi Kairo masukkan lidahmu ke mulut ibu”
“Buu, aku kangen banget buu…, aku kangen banget”.
“Aduuh Kairo, ibu juga…, Peluklah ibu Kairo, peluklah ibu” nafasnya semakin memburu.
Matanya terpejam, aku ciumi matanya, pipinya, aku lumat bibirnya, dan lidahku aku masukkan ke mulutnya. Ibu agak kaget dan membuka matanya. Kemudian dengan serta-merta lidahku disedotnya dengan penuh nafsu.
“Eehhmm.., Kairo, ibu belum pernah ciuman seperti ini…, Lagi Kairo masukkan lidahmu ke mulut ibu”
Ibu
mendorongku pelan, memandangku dengan mesra. Dirangkulnya lagi diriku dan
berbisik, ” bawalah Ibu ke kamar…, Enakan di kamar, jangan disini”.
Dengan berangkulan kami masuk ke kamar tengah yang kosong. Aku merasa tidak enak di tempat tidur aku. “Bu kita pakai kamar tengah saja yaa”.
“Okey, Lebih bebas di kamar ini”, kata ibu mertuakk-ku penuh pengertian. Aku remas pantatnya yang bahenol.
“iich.., dasar anak nakal”, ibu mertuakk-ku merengut manja.
Dengan berangkulan kami masuk ke kamar tengah yang kosong. Aku merasa tidak enak di tempat tidur aku. “Bu kita pakai kamar tengah saja yaa”.
“Okey, Lebih bebas di kamar ini”, kata ibu mertuakk-ku penuh pengertian. Aku remas pantatnya yang bahenol.
“iich.., dasar anak nakal”, ibu mertuakk-ku merengut manja.
Kami duduk
di tempat tidur, sambil beciuman aku buka pakaian ibu mertuaku. Aku sungguh
terpesona dengan kulit ibuku yang putih bersih dan mulus dengan buah dadanya
yang besar menggantung indah. Ibu aku rebahkan di tempat tidur. Celana dalamnya
aku pelorotkan dan aku pelorotkan dari kakinya yang indah. Sekali lagi aku
kagum melihat vagina ibu mertuakk-ku yang tebal dengan bulunya yang tebal
keriting. Seperti aku membayangkan selama ini, vagina ibu mertua kk ku benar
menonjol ke atas terganjal pantatnya yang besar. Aku tidak tahan lagi memandang
keindahan ibu mertua kk-ku telentang di depanku. Aku buka pakaianku dan penisku
sudah benar-benar tegak sempurna. Ibu mertua kk-ku memandangku dengan tanpa
berkedip. Kami saling merindukan kebersamaan ini. Aku berbaring miring di
samping ibu mertua kk-ku. Aku ciumi, kuraba, kuelus semuanya, dari bibirnya
sampai pahanya yang mulus.
Aku remas
lembut buah dadanya, kuelus perutnya, vaginanya, klitorisnya aku main-mainkan.
Liangnya vaginanya sudah basah. Jariku aku basahi dengan cairan vagina ibu
mertua kk-ku, dan aku usapkan lembut di clitorisnya. Ibu menggelinjang keenakan
dan mendesis-desis. Sementara peliku dipegang ibu dan dielus-elusnya. Kerinduan
kami selama ini sudah mendesak untuk ditumpahkan dan dituntaskan malam ini. Ibu
menggeliat-geliat, meremas-remas kepalaku dan rambutku, mengelus punggungku,
pantatku, dan akhirnya memegang penisku yang sudah siap sedia masuk ke liang
vagina ibu mertua kk-ku.
“Buu, aku kaangen banget buu…, aku kangen banget…, aku anak nakal buu..”, bisikku.
” …, ibu juga. sshh…, masukin …, masukin sekarang…, Ibu sudah pengiin banget …”, bisik ibu mertua kk-ku tersengal-sengal. Aku naik ke atas ibu mertuakk-ku bertelakn pada siku dan lututku.
“Buu, aku kaangen banget buu…, aku kangen banget…, aku anak nakal buu..”, bisikku.
” …, ibu juga. sshh…, masukin …, masukin sekarang…, Ibu sudah pengiin banget …”, bisik ibu mertua kk-ku tersengal-sengal. Aku naik ke atas ibu mertuakk-ku bertelakn pada siku dan lututku.
Tangan
kananku mengelus wajahnya, pipinya, hidungnya dan bibir ibu mertua kk-ku. Kami
berpandangan. Berpandangan sangat mesra. Penisku dituntunnya masuk ke liang
vaginanya yang sudah basah. Ditempelkannya dan digesek-gesekan di bibir
vaginanya, di clitorisnya. Tangan kirinya memegang pantatku, menekan turun
sedikit dan melepaskan tekanannya memberi komando penisku.
Kaki ibu
mertua kk-ku dikangkangnya lebar-lebar, dan aku sudah tidak sabar lagi untuk
masuk ke vagina ibu mertua kk-ku. Kepala penisku mulai masuk, makin dalam,
makin dalam dan akhirnya masuk semuanya sampai ke pangkalnya. Aku mulai turun
naik dengan teratur, keluar masuk, keluar masuk dalam vagina yang basah dan
licin. Aduuh enaak, enaak sekali.
“Masukkan separo saja . Keluar-masukkan kepalanya yang besar ini…, Aduuh garis kepalanya enaak sekali”.
Nafsu kami semakin menggelora. Aku semakin cepat, semakin memompa penisku ke vagina ibu mertua kk-ku. “Buu, aaku masuk semua, masuk semua buu”
“Iyaa , enaak banget. Pelirmu ngganjel banget. Gede banget rasane. Ibu marem banget” kami mendesis-desis, menggeliat-geliat, melenguh penuh kenikmatan. Sementara itu kakinya yang tadi mengangkang sekarang dirapatkan.
Aduuh, vaginanya tebal banget. Aku paling tidak tahan lagi kalau sudah begini. Aku semakin ngotot menyetubuhi ibu mertua kk-ku, mencoblos vagina ibu mertua kk-ku yang licin, yang tebal, yang sempit (karena sudah kontraksi mau puncak). Bunyinya kecepak-kecepok membuat aku semakin bernafsu. Aduuh, aku sudah tidak tahan lagi.
“Buu aku mau keluaar buu…, Aduuh buu.., enaak …bangeet”.
“ssh…, hiiya Kairo, keluariin KairoKairo, keluarin”.
“Ibu juga mau muncaak, mau muncaak…, Teruss Kami berpagutan kuat-kuat. Napas kami terhenti. Penisku aku tekan kuat-kuat ke dalam vagina ibu mertua kk-ku.
“Masukkan separo saja . Keluar-masukkan kepalanya yang besar ini…, Aduuh garis kepalanya enaak sekali”.
Nafsu kami semakin menggelora. Aku semakin cepat, semakin memompa penisku ke vagina ibu mertua kk-ku. “Buu, aaku masuk semua, masuk semua buu”
“Iyaa , enaak banget. Pelirmu ngganjel banget. Gede banget rasane. Ibu marem banget” kami mendesis-desis, menggeliat-geliat, melenguh penuh kenikmatan. Sementara itu kakinya yang tadi mengangkang sekarang dirapatkan.
Aduuh, vaginanya tebal banget. Aku paling tidak tahan lagi kalau sudah begini. Aku semakin ngotot menyetubuhi ibu mertua kk-ku, mencoblos vagina ibu mertua kk-ku yang licin, yang tebal, yang sempit (karena sudah kontraksi mau puncak). Bunyinya kecepak-kecepok membuat aku semakin bernafsu. Aduuh, aku sudah tidak tahan lagi.
“Buu aku mau keluaar buu…, Aduuh buu.., enaak …bangeet”.
“ssh…, hiiya Kairo, keluariin KairoKairo, keluarin”.
“Ibu juga mau muncaak, mau muncaak…, Teruss Kami berpagutan kuat-kuat. Napas kami terhenti. Penisku aku tekan kuat-kuat ke dalam vagina ibu mertua kk-ku.
Pangkal
penisku berdenyut-denyut. menyemprotlah sudah spermaku ke vagina ibu mertua
kk-ku. Kami bersama-sama menikmati puncak persetubuhan kami. Kerinduan,
ketegangan kami tumpah sudah. Rasanya lemas sekali. Napas yang tadi hampir
terputus semakin menurun.
Aku angkat badanku. Akan aku cabut penisku yang sudah menancap dari dalam liang vaginanya, tetapi ditahan ibu mertua kk-ku.
“Biar di dalam dulu Ayo miring, kamu berat sekali. Kamu nekad saja…, masa’ orang ditindih sekuatnya”, katanya sambil memencet hidungku. Kami miring, berhadapan, Ibu mertua kk-ku memencet hidungku lagi, “Dasar anak kurang ajar…, Berani sama ibu mertua kk mu ya.., Masa ibunya dinaikin, Tapi …, ibu nikmat banget, ‘marem’ banget. Ibu belum pernah merasakan seperti ini”.
“Buu, aku juga buu. Mungkin karena curian ini ya buu, bukan miliknya…, Punya bapaknya kok dimakan. Ibu juga, punya anakya kok ya dimakan, diminum”, kataku menggodanya.
“Huush, dasar anak nakal.., Ayo dilepas .., Aduuh berantakan niih Spermamu pada tumpah di sprei, Keringatmu juga basahi tetek ibu niih”.
“Buu, malam ini ibu nggak usah pulang. Aku pengin dikelonin ibu malam ini. Aku pengin diteteki sampai pagi”, kataku.
“Ooh jangan cah bagus…, kalau dituruti Ibu juga penginnya begitu. Tapi tidak boleh begitu. Kalau ketahuan orang bisa geger deeh”, jawab ibuku.
“Tapi buu, aku rasanya emoh pisah sama ibu”.
“Hiyya, ibu tahu, tapi kita harus pakai otak dong. Toh, ibu tidak akan kabur.., justru kalau kita tidak hati-hati, semuanya akan bubar deh”.
Kami saling berpegangan tangan, berpandangan dengan mesra, berciuman lagi penuh kelembutan. Tiada kata-kata yang keluar, tidak dapat diwujudkan dalam kata-kata. Kami saling mengasihi, antara ibu dan anak, antara seorang pria dan seorang wanita, kami tulus mengasihi satu sama lain.
Aku angkat badanku. Akan aku cabut penisku yang sudah menancap dari dalam liang vaginanya, tetapi ditahan ibu mertua kk-ku.
“Biar di dalam dulu Ayo miring, kamu berat sekali. Kamu nekad saja…, masa’ orang ditindih sekuatnya”, katanya sambil memencet hidungku. Kami miring, berhadapan, Ibu mertua kk-ku memencet hidungku lagi, “Dasar anak kurang ajar…, Berani sama ibu mertua kk mu ya.., Masa ibunya dinaikin, Tapi …, ibu nikmat banget, ‘marem’ banget. Ibu belum pernah merasakan seperti ini”.
“Buu, aku juga buu. Mungkin karena curian ini ya buu, bukan miliknya…, Punya bapaknya kok dimakan. Ibu juga, punya anakya kok ya dimakan, diminum”, kataku menggodanya.
“Huush, dasar anak nakal.., Ayo dilepas .., Aduuh berantakan niih Spermamu pada tumpah di sprei, Keringatmu juga basahi tetek ibu niih”.
“Buu, malam ini ibu nggak usah pulang. Aku pengin dikelonin ibu malam ini. Aku pengin diteteki sampai pagi”, kataku.
“Ooh jangan cah bagus…, kalau dituruti Ibu juga penginnya begitu. Tapi tidak boleh begitu. Kalau ketahuan orang bisa geger deeh”, jawab ibuku.
“Tapi buu, aku rasanya emoh pisah sama ibu”.
“Hiyya, ibu tahu, tapi kita harus pakai otak dong. Toh, ibu tidak akan kabur.., justru kalau kita tidak hati-hati, semuanya akan bubar deh”.
Kami saling berpegangan tangan, berpandangan dengan mesra, berciuman lagi penuh kelembutan. Tiada kata-kata yang keluar, tidak dapat diwujudkan dalam kata-kata. Kami saling mengasihi, antara ibu dan anak, antara seorang pria dan seorang wanita, kami tulus mengasihi satu sama lain.
Malam itu
kami mandi bersama, saling menyabuni, menggosok, meraba dan membelai. Penisku
dicuci oleh ibu mertuaku, sampai tegak lagi.
“Sudaah, sudaah, jangan nekad saja. Ayo nanti keburu malam”.
Malam itu sungguh sangat berkesan dalam hidupku. Hari-hari selanjutnya berjalan normal seperti biasanya. Kami saling menjaga diri. Kami menumpahkan kerinduan kami hanya apabila benar-benar aman. Tetapi kami banyak kesempatan untuk sekedar berciuman dan membelai. Kadang-kadang dengan berpandangan mata saja kami sudah menyalurkan kerinduan kami. Kami semakin sabar, semakain dewasa dalam menjaga hubungan cinta-kasih kami.
buat ce/ibu rumah tangga/janda/tante yang kesepian. Tamat
“Sudaah, sudaah, jangan nekad saja. Ayo nanti keburu malam”.
Malam itu sungguh sangat berkesan dalam hidupku. Hari-hari selanjutnya berjalan normal seperti biasanya. Kami saling menjaga diri. Kami menumpahkan kerinduan kami hanya apabila benar-benar aman. Tetapi kami banyak kesempatan untuk sekedar berciuman dan membelai. Kadang-kadang dengan berpandangan mata saja kami sudah menyalurkan kerinduan kami. Kami semakin sabar, semakain dewasa dalam menjaga hubungan cinta-kasih kami.
buat ce/ibu rumah tangga/janda/tante yang kesepian. Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar