CERITA DEWASA - Aku
bekerja di Semarang, ditengah lingkungan orang-orang Chinese yang kebanyakan
perempuan. Aku berumur 35 tahun tetapi belum menikah dan sudah punya pacar yang
jauh tempatnya. Istri bossku itulah yang merenggut keperjakaanku.
Suaminya
affair dengan seorang perempuan marketing dari Jakarta. Memang aku kalau
melihat istri bossku, aku jadi kasihan. Walau sudah punya 3 anak tapi kulihat
akhir-akhir ini makin tambah seksi terutama kedua buah dadanya yang membesar.
Aku tahu dia ikut fitness rutin dan body building di salah satu sanggar senam.
Mungkin untuk mengimbangi WIL suaminya yang memang sangat seksi dan suaranya
kalau telepon, minta ampun, merdu sekali. Makanya bossku sampai klepek-klepek
seperti burung tak berdaya. Bossku orang sangat kasar, selalu menang sendiri
dan otoriter pada istrinya. Tidak malu dia memarahi istrinya di depan
karyawannya. Tapi anehnya aku cukup dipercaya. Itu dibuktikan ketika bossku
suka cerita soal keluarganya, anak-anaknya juga. Aku yang paling dipercaya
boleh masuk di rumah, bahkan di ruang pribadinya. Wah, hebat sekali. Kapan aku
punya kamar begini, tempat tidur yang luks dan enak sekali.
Aku
bekerja di kantor, di bagian ekspor dan komputer. Soal komputer aku paling
pandai. Komputer inilah yang membuatku lebih dekat dan mendekati wanita yang
paling cakep dan seksi di kantorku. Terus terang aku sekarang punya affair
dengan manager keuangan, paling cantik dia di kantorku. Seksi? Bolehlah. Tapi
aku sangat ingin menikmati seks dengan Cik Sasa. Wuah, aku suka membayangkan
menggumuli tubuhnya yang seksi. Apalagi kalau aku melihat dari belakang. Paling
membuatku tidak tahan. Habis, Cik Sasa punya pantat yang aduhai sangat
merangsangku. Apalagi kalau dia memakai celana panjang. Wuah.. kejantananku ini
tegang minta ampun sampai maksimum (15 cm dengan diameter 3.5 cm). Aku suka
membayangkan melakukan senggama dengannya dari belakang dengan menungging.
Aku
juga ingin menikmati seks dengan adik ipar istri bossku, Cik Nina. Aku
terobsesi menikmati tubuhnya yang sangat seksi. Adik ipar bossku ini lebih
seksi segalanya dibandingkan Cik Sasa dan Ima (manager keuangan). Kalau ke
kantor.. wah selalu berpakaian seksi dan ketat. Tubuhnya yang memang berbodi
gitar, buah dadanya besar, ukuran 36 kali. Wah aku ngiler kalau dia menemuiku
dan bicara soal internet dan komputer. Aroma tubuh dan polah tingkahnya sangat
menantangku. Aku juga ingin menikmati tubuh Cik Nia. Cik Nia karyawan di bagian
pemasaran. Aku baru sampai pegang-pegangan tangan saja dengan Cik Nia.
Rambutnya sebahu, aku paling suka dengan kedua buah dadanya yang besar juga.
Dengan
Ima, aku baru sampai pegang paha dan cubit bagian atas buah dadanya dan dia
diam saja atau membalas manja kalau kami naik mobil. Dengan Cik Sasa, aku baru
sampai pada tahap pegang-pegang tangan dan pinggang ketika aku mengoreksi
pakaiannya yang seksi (padahal aku pengen memegang pinggang dan tubuhnya) tiga
minggu lalu. Cik Sasa adalah peragawati di kantorku. Tapi bak durian runtuh,
aku malah bisa menikmati tubuh istri bossku yang tak pernah kuduga.
Dengan
kekasihku sekarang, aku belum pernah melakukan hubungan seks. Paling bercumbu
sampai aku telanjang dan dia tinggal CD-nya saja. Kuharap ini kekasihku yang
terakhir. Terus terang aku ingin menikahinya. Makanya aku tahan seksku padanya
sampai pernikahan nanti.
Dua
bulan lalu, kira-kira jam 9 malam, aku ditelepon istri bossku untuk menemuinya
di hotel Santika. Dari suaranya, pasti ada masalah dengan suaminya. Hampir jam
10 malam aku baru sampai di lobby hotel. Dari lobby, aku kontak Cik Ling dan
menyarankan aku lewat lift dari basement dan langsung masuk ke kamarnya. Aku
turun ke bawah (basement) dan dari sana aku dengan lift naik ke lantai 6. Aku
memencet bel kamarnya dan dibuka oleh Cik Ling sendiri yang memakai kaos dengan
bukaan rendah dan celana pendek. Wah, aku terkesiap melihat bukaan dadanya yang
makin montok sehingga membuatku berpikir yang bukan-bukan dengannya. Di kantor,
kalau aku menghadapnya (Cik Ling juga direktur keuangan) aku seolah
dibiarkannya melihat belahan dadanya. Bukannya ditutup (mestinya bisa) dengan
blasernya, tapi blaser diregakkan saja dan dibuka lagi seolah membiarkan kedua
belahan dadanya untuk kunikmati. Belahannya putih agak kecoklatan dengan leher
panjang. Wah.. aku menelan ludahku sendiri.
Aku
dipersilahkannya masuk dan duduk.
“Dimana koh Edward(suaminya), Cik..” kataku.
“Ooo suamiku ke Jakarta,” katanya.
“Ada apa sih Cik kok malam-malam begini?” Tanyaku.
Cik Ling mengambil dua minuman coke dan mematikan TV kemudian duduk di kursi (dia menariknya ke arah tempat tidur) agak mengahadapku. Cik Ling menerahkan Coke padaku dan aku minum hampir setengahnya. Cik Ling mulai gelisah dan aku bertanya lagi, “Ada apa Cik?”. Dengan menahan tangis Cik Ling menceritakan WIL suaminya yang di Jakarta. Cik Ling memang sudah tahu perselingkungan suaminya itu. Tadi sebelum ke Jakarta, Cik Ling pesan agar Ko Edward hati-hati. “Kurang apa sih aku ini,” katanya. “Aku istri baik, memberikan padanya tiga anak.” Cik Ling menikah sangat muda dengan tiga anak. Anak yang bungsu sudah kelas 1 SD. “Aku juga ikut senam dan membuat tubuhku tambah seksi,” katanya melanjutkan sambil menangis. “Sejak suamiku punya WIL, aku dibiarkannya merana dua tahun terakhir ini,” lanjutnya sambil menangis.
“Dimana koh Edward(suaminya), Cik..” kataku.
“Ooo suamiku ke Jakarta,” katanya.
“Ada apa sih Cik kok malam-malam begini?” Tanyaku.
Cik Ling mengambil dua minuman coke dan mematikan TV kemudian duduk di kursi (dia menariknya ke arah tempat tidur) agak mengahadapku. Cik Ling menerahkan Coke padaku dan aku minum hampir setengahnya. Cik Ling mulai gelisah dan aku bertanya lagi, “Ada apa Cik?”. Dengan menahan tangis Cik Ling menceritakan WIL suaminya yang di Jakarta. Cik Ling memang sudah tahu perselingkungan suaminya itu. Tadi sebelum ke Jakarta, Cik Ling pesan agar Ko Edward hati-hati. “Kurang apa sih aku ini,” katanya. “Aku istri baik, memberikan padanya tiga anak.” Cik Ling menikah sangat muda dengan tiga anak. Anak yang bungsu sudah kelas 1 SD. “Aku juga ikut senam dan membuat tubuhku tambah seksi,” katanya melanjutkan sambil menangis. “Sejak suamiku punya WIL, aku dibiarkannya merana dua tahun terakhir ini,” lanjutnya sambil menangis.
Aku
terpaku mendengar itu semua, tidak tahu apa yang harus kukerjakan. Apalagi
ketika dia tambah menangis keras. Kedua tangannya menutup wajahnya yang
tertunduk. Wah, untung ruangannya kedap dan terkunci. Lalu kutarik kursiku dan
duduk lebih dekat dengannya, di depannya.
“Cik,”
kataku memecah kesunyian. “Cik Ling sabar ya? Pasti ini akibat Puber ke dua,”
kataku. Aku memberanikan memegang pundaknya dan kepalanya. Cik Ling terdiam
mendengar perkataanku seolah membenarkan. Ko Edward usianya 45 tahun, Cik Ling
37 tahun usianya. Jadi kupikir puber kedua setelah membaca buku psikologi yang
pernah kupelajari.
Cik
Ling memandangiku sebentar dan kemudian meledak tangisnya dan ya ampun, dia
merebahkan kepalanya di pahaku. Aduh, mati aku. Aku nggak bisa menahan sesuatu
yang bergerak mengeras di balik celanaku. Kuelus lagi kepalanya dan beberapa
nasehat meluncur dari mulutku sementara pikiranku macam-macam. Apalagi aku bisa
melihat belahan pungungnya (karena pakai kaos rendah). “Kok nggak pakai BH,”
batinku. Kuraba kepala dan pundaknya, kulihat tangisnya mereda walau belum
selesai benar. Karena aku tidak tahan dengan birahi di dadaku, aku telusurkan
saja tanganku ke arah punggungnya yang terbuka bagian atas. Aku saat itu sudah
sangat sengaja melakukannya dengan takut-takut. Oh my God, Cik Ling diam saja ketika
aku melakukannya. Kuelus leher belakang, kepala belakangnya dan kuberanikan
mengangkat kepalanya dengan memegang kedua pipi dan telinganya dari samping.
“Cik Ling,” kataku sambil mata kami berpandangan. Kuambil sapu tanganku dan
kuusap air mata di wajahnya. “Bibirnya bagus sekali,” pikirku. Ini kali pertama
aku melihatnya sedekat ini, apalagi dia adalah direktur keuanganku. Kami
berpandangan dan ya ampun, dia memejamkan matanya dan membuka sedikit mulutnya.
Aku ingat kekasihku kalau kami mau bercumbu, dia pejamkan matanya dan bibirnya
dibuka sedikit.
Kasihan
Cik Ling, aku pikir pastilah suaminya sudah lama sekali tidak menjamahnya,
menyetubuhinya. Karena kesempatan itu datang, kuraih saja bibir Cik Ling.
Kukecup beberapa kali sebelum akhirnya aku mengulum bibirnya dan Cik Ling
membalasnya. Oh God, aku dapat durian runtuh malam ini. Pikiranku sudah
dipenuhi dengan birahi dan ingin menikmati tubuh Cik Ling di Hotel Santika
malam ini. Ahh, lembut sekali bibirnya, kami menikmatinya dan lidahnya, lidahku
menari-nari. Kutelusuri lehernya yang panjang dengan mulutku sementara tanganku
memegangi tangannya, meremasnya. Ahh, Cik Ling kegirangan menyambut cumbuanku.
Dia pasrah. Apalagi ketika tanganku mulai merambati pinggang dan menggapai
kedua bukitnya, kuelus dari luar kaosnya yang tanpa BH itu. Aku menikmati
sementara mulutku menelusuri lehernya dan turun lagi memutari dada atasnya. Cik
Ling mendesah-desah dan mendesis kegirangan. Lalu kami berdekapan, kutuntun Cik
Ling ke arah tombol musik yang tersedia dan kuraih chanel yang tersdia di
hotel. Kami berdekapan lama sambil berdiri mengikuti irama musik instrument.
“Aku
milikmu Jo, malam ini.” kata Cik Ling memecah kesunyian. Aku dipanggilnya
dengan Jo, seperti yang biasa dia lakukan di kantor. Dia berkata begitu sambil
tangannya melepas celanaku, bajuku dan semua yang melekat padaku. Aku telanjang
di depannya. Didekapnya aku, diraba dan elusnya batang kejantananku yang sudah
mengejang keras. Jantungku serasa lepas. Lalu kami bercumbuan lagi. Aku
membalikkan tubuhnya dan kucumbui Cik Ling dari belakang. Mulutku menelusuri
lehernya, punggungnya, pipinya, telinganya dan dilingkarkannya tangan Cik Ling
di kepalaku, kulumat bibirnya. Tanganku meremas kedua bukitnya dengan lembut
dan membuat gumpalan itu makin mengeras. Cik Ling menggeliatkan tubuhnya,
melengkung ke depan. Ahh, pemandangan yang indah kulihat. Kulepas kaos merahnya
dan betapa indahnya kulihat buah dada Cik Ling, masih kencang dan cukup besar,
puntingnya berwarna coklat sangat ranum dan membuatku lebih terangsang untuk
memetik kedua buah dadanya yang siap panen dan kunikmati dengan mulutku.
Kubiarkan
Cik Ling menikmati sensasi-sensasi yang kustimulasikan pada tubuhnya. Cik Ling
membiarkan aku meremasi lembut kedua buah dadanya. Kulihat Cik Ling memejam dan
menggeliat-geliat melengkung ke depan. Aku ingin menelanjanginya. Kuraih celana
pendeknya dan kulorotkan ke bawah, Cik Ling melepas sendiri. Aku sekarang
melihat gundukan pink di balik celana dalamnya. Kuraba gundukan itu dan Cik
Ling bertambah menikmati dengan desah dan geliatnya. Kustimulasi dengan kedua
tanganku sesaat dan akhirnya tanganku kumasukkan ke celana dalamnya, kulepaskan
dan sekarang aku benar-benar melihat Cik Ling telanjang di dekapanku.
“Basah
Cik,” kataku.
“Iya, aku sudah nggak tahan Jo. Aku sangat menikmati cumbuanmu sampai sekarang, dan aku ingin kau membuatku terpuaskan Jo. Ayo lakukanlah..” Pinta Cik Ling dengan manja padaku.
“Tapi Cik.. aku..” aku ingin katakan bahwa aku belum pernah melakukannya pada wanita.
Gelora birahi di dadaku memuncak dan batang kejantananku sudah tidak tertahankan lagi. Cik Ling kupeluk erat dan membiarkan kepalanya bersandar di dada kiriku. Ahh, manja sekali Cik Ling ini, pikirku. Kukecup pipinya, dahinya. Kukecup telinganya dan Cik Ling sangat menikmati sensasi gelora seks yang kulakukan padanya. Kubalikkan tubuhnya lagi dan Cik Ling berhadapan denganku. Aku mencumbuinya lagi. Dibiarkannya mulutku menelurusi leher dan dadanya. Aku hampir tidak tahan menahan geliat tubuhnya. Apalagi ketika aku sampai di dadanya. Ahh, aku sangat menikmati kedua buah dadanya. Kuputar lembut dan membuat Cik Ling membusungkan dadanya sehingga aku semakin leluasa. Lenguhan, desahan dan geliatnya makin membuat birahiku meledak-ledak. Kupaguti bergantian kedua buah dadanya. Kukulum kedua puntingnya bergantian dan membuat tubuh Cik Ling makin menggeliat dan akhirnya aku tidak kuat lagi menahan tubuhnya, kubiarkan terjatuh di tempat tidur.
“Iya, aku sudah nggak tahan Jo. Aku sangat menikmati cumbuanmu sampai sekarang, dan aku ingin kau membuatku terpuaskan Jo. Ayo lakukanlah..” Pinta Cik Ling dengan manja padaku.
“Tapi Cik.. aku..” aku ingin katakan bahwa aku belum pernah melakukannya pada wanita.
Gelora birahi di dadaku memuncak dan batang kejantananku sudah tidak tertahankan lagi. Cik Ling kupeluk erat dan membiarkan kepalanya bersandar di dada kiriku. Ahh, manja sekali Cik Ling ini, pikirku. Kukecup pipinya, dahinya. Kukecup telinganya dan Cik Ling sangat menikmati sensasi gelora seks yang kulakukan padanya. Kubalikkan tubuhnya lagi dan Cik Ling berhadapan denganku. Aku mencumbuinya lagi. Dibiarkannya mulutku menelurusi leher dan dadanya. Aku hampir tidak tahan menahan geliat tubuhnya. Apalagi ketika aku sampai di dadanya. Ahh, aku sangat menikmati kedua buah dadanya. Kuputar lembut dan membuat Cik Ling membusungkan dadanya sehingga aku semakin leluasa. Lenguhan, desahan dan geliatnya makin membuat birahiku meledak-ledak. Kupaguti bergantian kedua buah dadanya. Kukulum kedua puntingnya bergantian dan membuat tubuh Cik Ling makin menggeliat dan akhirnya aku tidak kuat lagi menahan tubuhnya, kubiarkan terjatuh di tempat tidur.
Kubiarkan
Cik Ling makin ke tengah tempat tidur, aku memandangi tubuhnya yang indah. Cik
Ling membuat gerakan-gerakan yang menandakan letupan birahinya sehingga
membuatku sangat terangsang. Apalagi ketika dibukanya kedua kakinya dengan
diangkat pahanya. Betapa menggairahkan. Kulihat gundukan hitam di puncak
selangkangannya. Malam ini, pastilah akan menjadi malam pertamaku menyetubuhi
wanita dan Cik Ling lah yang akan membuatku tidak perjaka lagi. Ini tekadku
malam ini. Aku ingin memberinya kesan dan sensasi yang mendalam tentang diriku.
Kudekati
tubuh Cik Ling dari samping. Tangannya menarikku. Kucumbui Cik Ling lagi. Aku
mencumbuinya dari atas ke bawah dengan tubuhku merambat di atasnya. Kunikmati
kedua bukitnya dengan leluasa dan tanganku menggapai kedua kakinya menelusuri
liang senggamanya, membuat Cik Ling menggeliat mendesah lagi. Kutelusuri
perutnya akhirnya aku sampai di liang senggamanya. “Oh, wangi sekali,” pikirku.
Tapi belum sempat aku bertindak lebih lanjut, diraihnya batang kejantananku dan
dikulumnya. Aku mendesis kenikmatan. Disedotnya batang kejantananku hingga
masuk penuh di mulutnya. Ohh, ini pertama kali mulut wanita mengulum batang
kejantananku. Betapa nikmatnya sampai aku hanya bisa berkata “Ooohh Cik..
ahh..” dan pinggulku tergoyang-goyang mengikuti sensasi yang Cik Ling berikan
melalui batang kejantananku.
“Oooh
Cik, saya nggak kuat, mau keluar Cik,” kataku.
Tapi tak ada sahutan. Yang ada hanya hisapan dan kuluman yang makin membuat batang kejantananku mengeras. Aku mencoba menahan diri dengan menikmati liang senggamanya dengan mulutku. Akhirnya aku tidak tahan dan kumuntahkan sperma hangatku penuh di dalam mulut Cik Ling. Aku terdiam.. inikah namanya orgasme? Kulihat Cik Ling sangat menikmati dengan apa yang baru saja terjadi.
Tapi tak ada sahutan. Yang ada hanya hisapan dan kuluman yang makin membuat batang kejantananku mengeras. Aku mencoba menahan diri dengan menikmati liang senggamanya dengan mulutku. Akhirnya aku tidak tahan dan kumuntahkan sperma hangatku penuh di dalam mulut Cik Ling. Aku terdiam.. inikah namanya orgasme? Kulihat Cik Ling sangat menikmati dengan apa yang baru saja terjadi.
“Thanks
ya Cik,” kataku. Dia hanya tersenyum tipis dan memelukku. Kucumbui lagi Cik
Ling dan aku sangat suka menikmati kedua buah dadanya dengan putingnya yang
ranum. Hal ini membuat Cik Ling bergelinjang kenikmatan. Kalau mulutku memaguti
dan menggulumi yang kiri, tangan kananku meremas lembut yang kiri, begitu
sebaliknya. Aku seperti bayi yang menikmati ASI dari samping. Kulihat gerakan
kakinya yang merangsangku. Lalu sambil mulutku mengulum buah dadanya,
kujulurkan tanganku menggapai liang senggamanya. Cik Ling makin menikmati
permainanku ini. Kuelus liang senggama dan sekitarnya, membuat gerakan kakinya
membuka lebar, semakin lebar menantiku menyetubuhinya. Kurasakan liang
senggamanya yang makin membasah dan akhirnya ketika kedua kakinya masih
mengangkang, aku bergerak dan berada diantara kedua kakinya. Kupandangi liang
senggamanya dan kunaikkan kaki kirinya, aku menciumi pahanya lembut menukik ke
bawah dan akhirnya aku mencumbui liang senggamanya. Kepalaku diremas-remas dan
ditekannya, kudengar geliat dan desahnya makin menjadi-jadi. Kedua kakinya
terbuka lebar di depanku. Aku sangat menikmati liang senggamanya. Ini kali
pertama aku mencumbui liang senggama wanita. Aku mulai merasakan cairan dan
membuatku makin terangsang dan Cik Ling memintaku agar aku segera
menyelesaikannya.
Ditaruhnya
kedua kakinya di pundakku dan batang kejantananku yang sudah kembali menegang
kutuntun memasuki liang senggamanya. Kumasukkan sedikit demi sedikit dan
kuputarkan di seputar liang senggama Cik Ling yang membuatnya melenguh
kenikmatan sejadi-jadinya. Aku memasukkan lagi dan lebih dalam lagi dan
akhirnya tertanam penuh di liang senggama Cik Ling. Kupegangi kedua tangannya,
aku diam sejenak merasakan sensasi kenikmatan di sekeliling batang
kejantananku, lalu kugoyangkan lembut sementara mulutku menikmati kedua puting
susunya bergantian. Aku terus menggoyang lembut di seputar dinding kemaluannya.
Aku merasakan Cik Ling mau orgasme. Kupercepat goyanganku dan kudengar suara
teriakan tertahan, tubuh Cik Ling mengejang dan menjepit batang kejantananku
kuat-kuat. Seketika itu aku merasakan spermaku mau keluar lagi. Akhirnya aku
menikmati saat akhir yang sangat menggairahkan. Cik Ling mencapai orgasme, juga
aku. Aku merasakan sangat kenikmatan. Aku tidak perjaka lagi.
“Thanks
ya Cik,” kataku. Kukatakan itu ketika aku mengecup telinganya, bibirnya,
dahinya dan menelusuri lehernya juga dadanya yang meninggalkan warna kemerahan.
Tangannya masih agak menggelepar di kanan kiri seperti pelepasan.
“Cik, ini kali pertama aku menyetubuhi wanita,” kataku melanjutkan. Cik Ling tersentak dan aku meyakinkannya.
“Cik Ling lah yang merenggut keperjakaanku malam ini,” kataku sambil mengecup dahi dan pipinya.
Aku dipeluknya erat lagi dan aku membalasnya.
“Cik, ini kali pertama aku menyetubuhi wanita,” kataku melanjutkan. Cik Ling tersentak dan aku meyakinkannya.
“Cik Ling lah yang merenggut keperjakaanku malam ini,” kataku sambil mengecup dahi dan pipinya.
Aku dipeluknya erat lagi dan aku membalasnya.
Malam
itu aku tidur di hotel sampai pagi dengan kehangatan tubuh Cik Ling di
pelukanku. Rasanya tubuh Cik Ling menjadi selimut hangat buatku. Pagi-pagi aku
pulang ke rumah dan masuk kerja seperti biasanya walau aku merasa ngantuk. Tapi
aku minum obat penguat agar tidak ngantuk dan terbukti cukup kuat menahan rasa
kantukku. Apalagi juga dengan kedatangan Cik Ling. Senyumnya sungguh beda. Aku
suka. Dan lagi-lagi aku sangat tertarik dengan kedua buah dadanya yang pagi itu
nampak lebih mempesona buatku. Cik Ling sepertinya bangga. Aku diteleponnya
dari ruangannya dan berkata terima kasih dan senang karena dapat membuatku
tidak perjaka lagi.
“Gila!”
Pikirku. Pengalaman dengan Cik Ling membuatku makin terobsesi menikmati tubuh
gadis dan istri orang di kantorku. Aku ingin menikmati tubuh Cik Sasa. Aku
ingin menyetubuhi Ima, Nia dan Cik Nina adik ipar Cik Ling.
Gila!
Ketika aku menulis tulisan ini, aku sudah makin jauh dengan Nia. Dia istri Mas
Budi. Aku ingin menikmatinya. Dan sudah kurencanakan di hotel dekat dengan
rumahnya. Aku sudah belikan dia daster hitam untuk dipakai nanti dan dia
menerimanya dengan suka hati. Ada hotel berbintang disana.
Sementara
dengan Cik Ling, aku masih terus berhubungan. Yang paling gila adalah aku
menyetubuhinya di rumahnya sendiri, di sofa di ruang multimedia. Dia
memanggilku ke sana saat suaminya ke luar negeri dua minggu lalu. Karena memang
aku pandai komputer dan multimedia. Jadi Cik Ling memakai alasan itu. Aku
menyetubuhinya berkali-kali dan Cik Ling mengajariku berbagai posisi. Aku suka
posisi dogy style, padahal sudah kurencanakan mau kuterapkan nanti untuk Cik
Sasa.. entah kapan, tapi menjanjikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar