CERITA DEWESA - Namaku Rendi, seorang spesialis
kandungan dokter di rumah sakit negeri di kota S*******G. Umurku 35 tahun tapi
aku belum nikah, jangan salah bukan karena aku tidak ganteng tapi pacarku sedang
menyesaikan S3 nya di amrik, makanya nungguin dia selesai dulu. Tinggiku 180 cm
karena hobiku juga main basket, kulit putih , dan wajah yang bikin cewek pada
ngiler. Dengan punya pacar bukan berarti aku ngga “ngobyek” dengan yang lain.
Terus terang aku punya beberapa affair dengan dokter wanita di sini atau anak
kedokteran yang masih koass. Tentu yang aku pilih bukan sembarangan, harus
lebih mudan dan cantik.
Sebenernya sudah banyak yang mencoba
menarik atiku tapi sejauh ini aku belum mau serius dan kalau bisa aku manfaatin
selama jauh dengan pacarku. Sudah banyak yang aku banyak yang aku perdaya
tapi…ada satu orang yang membuatku sangat penasaran. Namanya Novi, umurnya
sekitar 22 tahun, dia anak koas dari perguruan tinggi negeri dari kota yang
sama. Kebetulan aku jadi residennya.
Wajahnya cantik dan tatapannya
teduh, dia juga berjilbab lebar berbeda dengan anak lainnya, walaupun affairan
aku pun sebenernya ada juga yang berjilbab, tapi tidak seperti dia. Tinggi
semampai sekitar 165 cm, dengan tubuh yang padat tidak kurus dan tidak gemuk,
sesuai seleraku. Jilbabnya pun tidak mampu menutupi lekukan dadanya, aku taksir
kalau tidak 36B mungkin 36C. Tutur katanya yang lembut dan halus benar-benar
membuatku mabuk. Apalagi dia sangat menjaga pergaulan. Sesekali aku coba
berusaha bicara dengannya tapi dia elalu menundukkan wajahnya setiap bicara
denganku. Dia pun tidak menyambut tangaku ketika aku ajak untuk bersalaman.
Kulit putihnya sangat halus ketika aku coba perhatika di pipi dan ujung
tangannya, tahi lalat di atas bibir semakin menambah kesan manis darinya.
Nov…kita makan bareng yuk, aku yang
traktir. ujarku berusaha membujuk untuk bisa pergi bareng. Terima kasih
Dok…saya dengan teman-teman saja. Ujarnya halus. Jangan panggil Dok…panggil
saja kak. “baik Dok…eh…kak”. “tapi terima kasih tawarannya aku bareng teman
saja…”, “kalau begitu sekalian ajak saja teman kamu” setengah berharap dia mau
menerima. “terima kasih Dok..eh kak, nanti merepotkan, teman-temanku makannya
banyak lho” sahut dia sambil tetap menundukkan kepalanya. Kadang gurauan ringan
itu yang tidak pernah aku dapatkan dari pacarku atau teman affair-ku. aku
tersenyum kecil mendengar alasannya yang sangat lucu…humoris juga dia,
“baiklah…mungkin lain kali” kataku
“oh ya, jika ada apa-apa masalah
administrasi di sini atau masalah kerjaan jangan sungkan bicara aja ya, nanti
aku bantu” aku masih berusaha mencari celah.
“Terima kasi pak ehh..kak…saya pamit” sambil berlalu
“Terima kasi pak ehh..kak…saya pamit” sambil berlalu
AKu perhatikan dari belakang, roknya
yang juga lebar tidak bisa menutupi lekukan pantatnya yang bergoyang mengikuti
langkah kakinya..perfect…aku menggeleng.
Dia berbeda sekali dengan nita…anak
koas 2 tahun lalu yang pernah aku perawani juga. Sama-sama berjilbab walau tak
selebar dia. Nita pun awalnya agak jual mahal…walau aku tau dari cara
memandangnya dia suka aku. Dengan beberapa rayuan akhirnya aku bisa memerawani
dia di sebuah hotel. Tidak dengan paksaan dan sangat mudah. Affair kita berlalu
dengan selesainya masa koas dia, juga karena dia tahu aku punya affair juga
dengan temannya. Dia berbeda sekali, sulit sekali menaklukannya. Setiap aku
melihat dia selalu aku lihat setiap geriknya, senyumnya, tawanya, selalu
terbayang. Saat aku sedang melamun tiba-tiba dari arah belakangku ada yang
memeluk dan terus menarikku.
“Ngelamun nih…” dengan suara yang
diparaukan
“Mhh…Rasya…kamu nih ganggu saja” sambil melepaskan pelukan dia.
“kamu sekarang jarang ke ruangku lagi” rengeknya
“Mhh…Rasya…kamu nih ganggu saja” sambil melepaskan pelukan dia.
“kamu sekarang jarang ke ruangku lagi” rengeknya
Rasya ini sesama dokter di sini,
umurnya sekitar 27 tahun dan sudah bersuami. Sayangnya suaminya bekerja di
lepas pantai sehingga jarang bertemu dan memberikan nafkah bathin padanya.
Memang aku sering ke ruangnya dulu…sekedar bercumbu dengan bumbu oral yang bisa
membuat dia melayang. Tapi kami tidak pernah sampai melakukan jauh karena dia
pun tidak mau, ya akupun tidak memaksa. Tidak semua affairku selalu aku
tiduri…yang penting ada penawaran rindu dan bisa memuaskanku walau tidak sampai
melakukan senggama.
“Aku sibuk Rasy…banyak yang
melahirkan juga jadi residen” ujarku sambil memegang pinggangnya
“tidak ada waktu untuk aku?…sebentar saja…” lalu dia memagut bibirku dan selanjutnya kamupun bercumbu. Satu persatu aku buka kancing blousenya aku temukan dua gunung kembar yang jarang dijamah pemiliknya. Aku cumbu dan ciumi dengan lembut. Tapi…sepintas aku ingat Novi lagi dan akupun menghentikan aktifitasku. “Kok berhenti…” Rasya pasti sedang mulai terangsang. “Maaf Rasy…aku ga konsen banyak pekerjaan…”.
“tidak ada waktu untuk aku?…sebentar saja…” lalu dia memagut bibirku dan selanjutnya kamupun bercumbu. Satu persatu aku buka kancing blousenya aku temukan dua gunung kembar yang jarang dijamah pemiliknya. Aku cumbu dan ciumi dengan lembut. Tapi…sepintas aku ingat Novi lagi dan akupun menghentikan aktifitasku. “Kok berhenti…” Rasya pasti sedang mulai terangsang. “Maaf Rasy…aku ga konsen banyak pekerjaan…”.
“Ya sudah…” ujarnay tersungut sambil
mengancing kembali blousnya terus berlalu.
Sore itu aku sedang membantu
persalinan, sengaja aku panggil Novi untuk mendampingiku. Wajahnya senang
sekali karena jarang mendapat kesempatan untuk mendampingi dokter saat
persalinan seperti ini. Tidak mungkin kan semua masuk, ya aku beralasan yang
lain tunggu giliran. DIa berusaha menjadi asistenku dengan baik, saat
memebrikan gunting aku sengaja pura-pura tidak tahu menyentuh tangannya…tapi
langsung dia tarik. Gagal lagi upayaku…tapi aku sudha senang dengan melihat
wajahnya dari dekat selama persalinan itu. Sekeluar dari ruang bersalin “Terima
kasih ya kak…jarang ada kesempatan begitu…”. “Kamu mau aku bikin begitu…”
sambilku melirik seorang ibu hamil yang kebetulan lewat. “yee…ga lah, makanya
cepet cari istri sana…” sambil tersenyum dan berlalu. Aku kaget…kok dia tau ya…
Sore itu langin mendung dan gelap
sekali. Hujan mulai turun rintik-rintik, aku memacu FORTUNER ku ke luar ruang
parkir. Aku melihat Novi berlari keluar sambil menutupi kepalanya dengan tas
agar tidak terkena hujan. “kesempatan”…tin..tin..aku klakson dia. “Mau pulang?
bareng aja yuk…kayaknya mau hujan besar nih” selalu saja aku cari kesempatan.
“Terima kasih kak…aku naik angkot saja…sudah biasa kok” katanya. hujanpun makin
deras
“bener lho…ga apa-apa kok aku antar
kamu sampe kos”
“Terima kasih kak, ga enak kalau dilihat orang bisa jadi fitnah” mhh…gilaa…ini semakin membuatku jatuh cinta sama dia, aku janji dalam hati, kalau saja aku bisa dapatkan dia aku akan putuskan semua affairku, aku benar-benar jatuh cinta pada dia. Tidak berapa lama hujan semakin deras, bahkan aku sulit melihat jalan saking derasnya hujan. Sampai aku tertidur jam 10 malam ini hujan masih juga belum berhenti.
“Terima kasih kak, ga enak kalau dilihat orang bisa jadi fitnah” mhh…gilaa…ini semakin membuatku jatuh cinta sama dia, aku janji dalam hati, kalau saja aku bisa dapatkan dia aku akan putuskan semua affairku, aku benar-benar jatuh cinta pada dia. Tidak berapa lama hujan semakin deras, bahkan aku sulit melihat jalan saking derasnya hujan. Sampai aku tertidur jam 10 malam ini hujan masih juga belum berhenti.
Keesokan harinya, aku harus membantu
persalinan lagi dan aku mencari Novi.
“Novi tidak masuk hari ini dok”
sahut Rinda teman sekampusnya sambil membedong bayi di ruang bayi
“Dia sakit? aku mau minta tolong bantu persalinan lagi” kataku
“Tidak tau dok…saya tidak dapat kabarnya” sahutnya sambil melihatku dengan sopan.
“Dia sakit? aku mau minta tolong bantu persalinan lagi” kataku
“Tidak tau dok…saya tidak dapat kabarnya” sahutnya sambil melihatku dengan sopan.
AKu lihat Rinda manis juga,
berjilbab lebar sama dengan Novi, walau tidak secantik Novi, Rinda bisa juga
dikatakan high quality. Tingginya paling hanya 155 atau 160 cm, tapi tubuhnya
proporsional. Dadanya tidak sampai terlihat betul lekukannya seperti Novi,
kulitnya kuning bersih, kacamata yang dia kenakan semakin membuatntya lebih
terlihat anggun. Aku pandangi seluruh tubuhnya, berbeda juga dengan Novi, dia
tidak sungkan untuk berbicara langsung dan melihatku, walaupun dia juga
sama-sama menjaga pergaulan.
“Ya sudah kamu saja ya…bantu saya
persalinan…”
dia tersenyum senang “Terima kasih dok…”
dia tersenyum senang “Terima kasih dok…”
Keesokan harinya aku masih belum
menemukan Novi. akhirnya aku di bantu Rinda lagi “Kamu tau nomor telepon atau
kos Novi Rin..”
“Tidak dok…kita beda kos…kenapa
gitu?”
“mhh..atau dokter…hihihi…suka sama dia ya” sahutnya sambil tersenyum
“tidak…cuma dia itu cekatan dan pintar…makanya saya suka sekali kalau diasisteni dia…lagian juga dia ngga akan mau sama aku ini”
“Iya dok…banyak yang sudha mau khitbah dia..tapi dia tidak mau…dia mau selesaikan dulu kuliahnya…dia itu baik dan cantik lagi” sambil mengikuti langkahku di ruang persalinan
“Kamu juga cantik…” aku mulai mengeluarkan racunku, kalau ga dapet yang poin 9 ya minimal 7 atau 8 juga tidak apa-apa. Yang penting aku pengen sekali bisa memerawani wanita berjilbab lebar ini. Karena setauku mereka selalu menjaga diri dan pergaulannya. Tantangan tersendiri untuk aku.
“mhh..atau dokter…hihihi…suka sama dia ya” sahutnya sambil tersenyum
“tidak…cuma dia itu cekatan dan pintar…makanya saya suka sekali kalau diasisteni dia…lagian juga dia ngga akan mau sama aku ini”
“Iya dok…banyak yang sudha mau khitbah dia..tapi dia tidak mau…dia mau selesaikan dulu kuliahnya…dia itu baik dan cantik lagi” sambil mengikuti langkahku di ruang persalinan
“Kamu juga cantik…” aku mulai mengeluarkan racunku, kalau ga dapet yang poin 9 ya minimal 7 atau 8 juga tidak apa-apa. Yang penting aku pengen sekali bisa memerawani wanita berjilbab lebar ini. Karena setauku mereka selalu menjaga diri dan pergaulannya. Tantangan tersendiri untuk aku.
Rinda tidak menjawab, hanya
tersenyum sambil menunduk.
Hari keempat baru kulihat Novi
datang, namun tak seperti biasanya. Biasanya Novi selalu ceria, kali ini tidak.
Wajahnya murung dan tatapannya kosong. Kulihat teman-temannya berusaha bertanya
dan berkumpul di sekitarnya. Entah apa yang mereka bicarakan terkadang Novi
tersenyum walau getir.
Saat istirahat ku coba dekati. “Kamu
sakit Nov?”
“Nggak kak” lemah sekali bicaranya
“Kenapa kamu murung, ada masalah?”
“Nggak kak” lemah sekali bicaranya
“Kenapa kamu murung, ada masalah?”
“ah nggak kok” Novi mencoba
tersenyum walau aku lihat tidak bisa menutupi kemurungannya. “Ngga ada masalah
cuma agak kurang sehat aja, maaf saya mau makan dulu kak” sambil berlalu
meninggalkanku.
“Ya sudah kalau kamu ngga apa-apa, kalau kamu butuh bantuan jangan ragu minta tolong ke aku ya”
“iya kak, terima kasih”
“Ya sudah kalau kamu ngga apa-apa, kalau kamu butuh bantuan jangan ragu minta tolong ke aku ya”
“iya kak, terima kasih”
Esokan hari-nya hari jum’at, aku
berencana pulang agak cepat. Maksudku, aku mau tidur dulu sebelum agak malam
nanti aku bangun dan pergi clubbing di club terkenal di kota ini. Ketika aku
sedang membereskan buku dan berkas yang aku masukkan ke tas, tiba-tiba pintu
kantorku di ketuk, “Silahkan masuk”.
“Maaf, apa saya mengganggu kakak…”
aku lihat sesosok wanita dengan kemeja pink berbalut blazer putik khas dokter,
jilbab pink dan rok putih. Cantik sekali dia terlihat. Wajahnya sambil agak
menunduk walau dia coba beranikan diri melihat wajahku.
“Ada apa Nov, tidak menggnggu kok, saya sedang membereskan berkas” ujarku santai. “Ada yang bisa saya bantu?”
“Kakak besok ada acara?”
“Ada apa Nov, tidak menggnggu kok, saya sedang membereskan berkas” ujarku santai. “Ada yang bisa saya bantu?”
“Kakak besok ada acara?”
AKu tersentak, tumben sekali dia
bicara ini. “Tidak…tidak…ada apa? besok aku bebas kok” Aku melupakan janjiku
untuk bertemu Dian, passienku yang pernah aku tolong persalinannya. Dia hamil
oleh pacarnya, tapi kemudian pacarnya pergi tidak bertanggung jawab. Karena aku
yang menolongnya hubungan kamipun dekat, dan tidak perlu dijelaskan detail apa
yang kami lakukan, karena bukan inti dari cerita ini, yang pasti kami lakukan
dengan aman.
“Saya mau minta tolong, besok aku
mau pindah kos, apa kakak bisa bantu bawakan barang”
“Oh…tentu, jam berapa?”
“AKu tunggu di kos ku ya kak, jam 9, sini alamatnya saya tuliskan dulu” Novipun menuliskan alamat pada secarik kertas di atas mejaku, aku terus memandanginya tanpa berkedip. perfect girl.
“Terima kasih kak, maaf sekali saya sudah merepotkan” sambi memberikan kertas kepadaku, sedikit nakal aku pura-pura tidak sengaja menyentuh tangannya. lembut sekali dan…tak seperti biasanya dia menarik tangannya, kali ini dia membiarkan tanganku menyentuh tangannya.
“Oh…tentu, jam berapa?”
“AKu tunggu di kos ku ya kak, jam 9, sini alamatnya saya tuliskan dulu” Novipun menuliskan alamat pada secarik kertas di atas mejaku, aku terus memandanginya tanpa berkedip. perfect girl.
“Terima kasih kak, maaf sekali saya sudah merepotkan” sambi memberikan kertas kepadaku, sedikit nakal aku pura-pura tidak sengaja menyentuh tangannya. lembut sekali dan…tak seperti biasanya dia menarik tangannya, kali ini dia membiarkan tanganku menyentuh tangannya.
Novi pun berlalu sambil meninggalkan
gerak pinggul yang sangat menarik, “aku harus memilikinya”. Aku segara batalkan
semua agenda dan janjiku, aku segera tidur dan tidak sabar menunggu datangnya
esok. Saat pertama kali berdua dengan dia.
Esokan harinya aku datang tepat
waktu di alamat yang sudah diberikannya. Sebuah rumah kos yang cukup besar
walau agak tua, bangunan inti pemilik rumah ada di depan, sedangkan bagian
depannya gedung baru berlantai 2 dengan pola bangunan khas tempat kos. Aku
lihat beberapa orang berkumpul dihalaman depan juga Novi dengan mengenakan
jilbab putih, kemej biru dan rok panjang biru donker.
“Kenapa pindah nduk…padahal ibu
seneng kamu di sini, kamu suka bantuin ibu” kata seorang wanita berumur lebih
dari separuh baya.
“iya bu…aku mau cari suasana lain aja, supaya aku bisa tenang bikin laporan”
“Kalau kak Novi ngga ada, kalau diantara kita ada yang sakit siapa yang bantuin” seorang wanita muda yang aku tebak masih maha siswa juga menimpali.
“iya bu…aku mau cari suasana lain aja, supaya aku bisa tenang bikin laporan”
“Kalau kak Novi ngga ada, kalau diantara kita ada yang sakit siapa yang bantuin” seorang wanita muda yang aku tebak masih maha siswa juga menimpali.
Novi tersenyum sambil mengacak-acak
rambut teman kosnya itu “kamu boleh kok main ke sana”. “Bu, kenalkan ini dokter
Budi, yang bantuin saya pindahan” sambil mengenalkan aku, tanpa sedikitpun
mengenalkan aku pada seorang pria tua yang ada di sebelah ibu kosnya itu. Sama
sekali wajahnya tidak bersahabat.
“Oala aku kira bojo mu
nduk…gantenge…” ku tersenyum dalam hati mendengarkan ucapan ibu kosnya itu
“ah ibu bisa aja…” Novi tersipu. Aku berharap itu menjadi nyata, dan tidak hanya menjadi pacarnya tapi aku bisa mengambil semuanya dari dia.
“ah ibu bisa aja…” Novi tersipu. Aku berharap itu menjadi nyata, dan tidak hanya menjadi pacarnya tapi aku bisa mengambil semuanya dari dia.
Semua temannya berusaha membantu
memasukkan kardus ke dalam fortunerku, tidak lama hanya 1 jam semua barang
sudah dimasukkan.
Kami pun segera pamit, pertama kali
dia duduk bersebelahan denganku. AKu menancap gas stelah sebelumnya melambaikan
tangan dulu pada ibu kos itu dan teman-temannya, wajah pria tua yang aku kira
adalah suami dari ibu kos itu masih tetap tidak bersahabat. Mataku coba melirik
nakal padanya, tatapannya kosong melihat pemandangan di sekitar jendela.
Lekukan dadanya begitu nampak dan close up di hadapanku, napasnya naik turun
semakin membusungkan dadanya yang tertutup jilbab putihnya. Rok biru donkernya
berbahan lembut, sehingga gampang jatuh, aku lihat bagian tengah rok antara
kedua pahanya jatuh ke paha sehingga menampakkan bentuk pahanya yang jenjang
dan penuh. Novi masih menikmati pemandangan sisi jalan dan tidak sadar kalau
aku memperhatikan tubuhnya. Aku memacu mobil menuju alamat yang sudah dia
beritahukan sebelumnya.
Di perumahan itu, rumah type 21 yang
dia tempati. Luas tanahnya masih sangat luas belum termaksimalkan. Sisi kanan
kiri rumah masih kosong dan membuat jarak dengan rumah disampingnya. Aku pun
segera membantu menurunkan barang dan membereskan barang di rumah tersebut,
hanya berdua. aku pandangi wajahnya, perhatikan tiap lekuk tubuhnya yang
membuat penisku tagang.
Sore itu aku mandi di rumah
kontrakannya, aku tidak pernah lupa membawa alat mandi di mobilku. begitu juga
Novi yang mandi sebelum aku, meninggalkan bau harus menyengat di kamar mandi.
“Kak, makan malam di sini saja ya,
sudah aku masakkan” tawarnya
“Baik lah, pasti masakannya enak sekali” timpalku, padahal aku masih ingin berlama-lama dengan dia
“Baik lah, pasti masakannya enak sekali” timpalku, padahal aku masih ingin berlama-lama dengan dia
Selepas makan malam kami pun
bercengkrama. Semua barang telah kami rapihkan bersama, hari itu aku habiskan
waktu bersama. “Akhirnya selesai juga ya Nov, capek juga ya
” sahutku mencoba mencairkan suasana, sambil duduk di sebelahnya yang sedang mengupaskan mangga untukku. Novi tersenyum manis sekali, “Iya kak, kakak capek ya, mau aku suapin manggana?”
” sahutku mencoba mencairkan suasana, sambil duduk di sebelahnya yang sedang mengupaskan mangga untukku. Novi tersenyum manis sekali, “Iya kak, kakak capek ya, mau aku suapin manggana?”
aku kaget dengan tawarannya aku
berusaha tenang “boleh”
Dia pun memberikan mangga yang ada
ditangannya, dengan nakal aku coba melahap mangga sampai ke jarinya, sehingga
bibirku menyentuh jarinya. Dia tarik jarinya dari mulutku pelan sekali, sembil
tersenyum. “oh god…sweet” ujarku dalam hati. “Mangganya manis…apalagi sambil
lihat kamu” aku memancing. Novi hanya tersenyum, “mau lagi?” tawarnya, akupun
mengangguk. Suapan kedua ini jarinya lebih lama berada di dalam mulutku.
Sengaja tidak aku lepaskan dan si empunya jari lentik itu tidak keberatan, dia
hanya diam menunggu. Tangan kiriku menyentuh tangan kanannya itu lembut, dia
tidak menolak. aku tempatkan telapak tangannya yang lembut di pipiku, sambil
menatap wajahnya. Wajahnya bersemu merah. Mata kami saling menatap, wajah kami
semakin mendekat…dekat dan dekat…sehingga aku rasakan nafasnya menentuh
wajahku. Tangan kananku meraih dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di
dagunya itu. sedikit aku tarik dagunya sehingga bibirnya terbuka, sengal
nafasnya bisa aku rasakan. Ini mungkin rasanya seorang wanita yang pertama kali
melakukan kissing, wanita yang selama ini berusaha menjaga kehormatannya dan
tidak pernah disentuh siapapun sebelumnya. Matanya terkatup, cantik sekali dia
malam ini. Akupun mendekatkan bibirku dengan bibirnya, aku pagut lembut…dia
tidak membalas juga tidak menolak. Kembai aku pagut bibirnya, lembut dan manis
kurasakan. ku pagut bibir ats dan bawahnya bergantian.
Kali ini dia mulai merespon, dia
membalas pagutantu dengan memagut bibirku juga, basah dan indah. Pagutan kami
semakin liar, aku pindahkan kedua tanganku disamping wajahnya dengan posisi
jari jempol menempel ke pipinya yang lembut. Keempat jariku berada di bawah
telinganya yang masih tertutup jilbab. aku semakin menarik wajahnya
mendekatiku, kecupanku semakin liar yang aku yakin membangkitkan gairahnya.
“mhh…ummm….aummmmm…” bergantian kami mengecupi bibir kami. Kini tangan kiriku
melingkari leher hingga kepundak belakangnya, sedangkan tangan kananku menyusup
melalui bawah jilbab putihnya yang lebar kemudian mencari gundukan lembut tepat
di dadanya. Tangan kananku menyentuh sebongkah gundukan lembut yang masih
tertutup bra. “Mhh…payudara yang snagat indah” tangan kananku pun mulai meremas
lembut payudara itu. “ehhhmmm…mhhmhh…mmhhhhh” Novi kaget dan mendesah sambil
tetap berpagutan dengan bibirku. Sekiatr 2 menit meremas remas dada kirinya,
tangan kananku mencoba mencari kancing kemejanya. Dan ku buka satu demi satu
hingga meninggalkan beberapa kancing bagian bawah yang tetap terpasang. Tangan
kananku lebih aktif lgi masuk ke dalam kemejanya, benar saj, gundukan itu sangat
lembut, ketika kulit tanganku bersentuhan dengan kulit payudaranya yang halus
sekali. tanganku menyusup diantar bra dan payudaranya, meremas lembut dan
sesekali memilin putingnya yang kecil dan nampak sudah mengeras.
“mhhh…ummmmm,….aahhh,…mmhh…..m mmm….mmmmphh….” mulutny atreus meracau mencoba
menikmati setiap remasanku, matanya masih saja terpejam seolah dia tidak mau
melihat kejadian ini atau dia sedang berusaha benar-benar meresapi rangsangan
yang aku buat.
AKu tarik pundaknya sehingga
tubuhnya terbaring ke samping kiriku, dan aku pun menarik bibirku dari bibirnya
dengan sedikit suara kecupan yang menggambarkan dua bibir yang sudah lengket
dan sulit dilepaskan. “mhuachh…aahhh” wajahnya memerah dan matanya masih
terpejam, cantik sekali. Kini tangan kananku mengangkat jilbabnya ke atas,
memberikan ruang agar kepalaku bisa masuk kedalamnya. AKu mencium bau harum
dari keringatnya yang mulai mengalir. Dalam keremangan aku milihat leher
jenjangnya yang putih dan halus, tanpa membiarkan waktu berlalu aku segera
mengecupnya lembut dan kecupanku semakin ganas di lehernya
“aahhh….eengg…ehhhh…aahhh….aaa hhh….” mulutnya tak berhenti meracau. Tangan
kananya meraih belakang kepalaku dan menekankan kepalaku agar semakin menempel
di lehernya, sedangkan tangan kirinya mendekap punggungku. Untungnya jarang
rumah ini dengan rumah sebelah lumayan jauh, sehingga desahan kami tidak
terdengar oleh rumah sebelah. Aku tidak lupa meninggalkan cupang di lehernya,
lalu ciumanku pun turun ke dadanya. Tangan kananku mencari sesuatu di balik
punggungnya, ya kait bra.
Setelah aku dapatkan langsung aku
lepaskan. Terlepaslah bra yang selama ini menutupi keduap payudara indah itu
agar tidak meloncat keluar. lalu tangan kananku menarik bra agak ke atas ke
leher Novi, sehingga terpampang dua gunung kembar yang sangat mengagumkan.
Benar saja 36C. Aku mulai mencium payudara kanan novi, aku lakukan masih di
dalam jilbabnya, dan akupun tidak melepas semua kancing kemejanya, sehingga
tidak semua bagian tubuhnya terlihat. Namun, itu membuat sensasi percintaan
semakin terasa, tangan kananku sibuk meremas payudar akananya yang saat ini
sudha tidak berpenutup lagi. “aaahhhh…kaaakk….ahhh…..mhhh…k
ak…..aduuhh…..mhh….. ” Novi tidak kuat menahan rangsangan ini, kepalanya
menggeleng ke samping kanan dan kiri, tangan kanannya semakin kuat membekap
wajahku ke arah dadanya. Kini tangan kananku melepas remasan di dadanya, mulai
turun ke bawah, menyentuh kakinya yang masih ber kaos kaki. tangan kananku
menarik roknya menyusuri betis yang tertutup kaos kaki panjang hampir selutut,
setelah itu tanganku menemukan kulit halus yang putih. Tangan kananku menyusuri
paha kirinya dan membuat roknya terangkat sebatas perut. tangan kananku
membelai-belai paha kirinya dan ciumanku sekarang sudah mendarat di payudara
kirinya. “ahhh…kaaaakkk….kakaaa….kk…ahh …”, nafas Novi semakin
tersengal-sengal, aku tidak lupa meninggalkan cupang juga di payudara kirinya
yang sangat lembut. Penisku semakin tegang.
Lalu aku tarik wajahku dari dadanya,
aku duduk di samping tubuhnya yang terbaring. Bulir keringat mulai membasahi
wajahnya yang putih, nafasnya tersengal, matany amasih terpejam, bibirnya
terbuka sedikit. Rok bagian kiri sudah terangkat sampai ke perut, menyisakan
pemandangan paha putih jenjang nan indah, namun betisnya tertutup kaos kaki
yang cukup panjang. Tangan kananku masuk ke bawah kedua lututnya, tangan kiriku
masuk ke dalam lehernya, aku pun memagutnya lagi dan dia faham apa yang aku
maksud. Dia kalungkan kedua tangannya ke belakang kepalaku. “Jangan di sini ya
sayang…kita masuk saja ke dalam…” ujarku sambil mengangkatnya, birbir kami tak
henti berpagutan. Lalu aku rbahkan tubuhnya ke kasur busa tanpa dipan khas
milik anak kos. nafasnya terus tersengal, kedua tangannya meremas kain sprei
kasurnya itu. Kini aku berada di kedua kakinya, aku coba tarik roknya sampai
sebatas perut dan aku kangkangkan kakinya. Ciumanku mendarat di bagian bawah
perut, “eenngg…ahhh…” aku tau dia merasa geli dan terangsang hebat, sambil
kedua tanganku mencoba menurunkan celana dalamnya. Gerak tubuhnya pun tidak
menggambarkan penolakan, bahkan dia agak mengangkat pantatnya ketika tangan ku
mencoba melepas celana dalamnya sehingga mudah melewati bagian pantan dan tidak
berapa lama terlepas sudah celana penutup itu. Vagina muda berwarna pink yang
sangat indah, ditumbuhi bulu halus yang rapih tercukup. Baunya pun sangat
wangi.
Tapi aku tidak ingin buru-buru, aku
ingin Novi membiasakan suasananya dulu. ciumanku jatuh ke pahanya, ke bagian
sensitif paha belakang sambil mengangkat kakinya ke atas. lalu pada sat yang
tepat aku mulai turunkan ciumanku di antara selangkangannya. “kaakk…ahh…”, aku
mencoba menjilati bagian luar vaginanya dari bawah ke atas, vagina itu mulai
lembab dan basah. Lalu aku renggangkan lebih luas lagi kakinya, dan aku sibak
labia mayoda dan labia minora vaginanya, aku temukan lubang ke wanitaan yang
masih sempit namun berwarna merah seakan bekas luka atau lecet. AKu tidak
mempedulukan, karena aku melihat cairan bening meleleh dari dalam lubang
kewanitaan Novi, lalu aku jilati dan lidahku pun nakal mencoba masuk ke dalam
lubang kewnitaan itu, terus mencari dan mencari…lalu kecupanku pindah ke atas
menemukan benjolan kecil tepat di bawah garis vagina atas, aku gigit-gigit
kecil, aku cium aku sedot, tidak ketinggalan tangan kananku mencoba sedikit
demi sedikit masuk ke vaginanya. “aahhhhh…uuhhh….mhh….phhh…ahhh
…akakak…aahh..kakak… aduuhh…aaahhh…ahhh…” kepalanya bergeleng tidak teratur ke
kanan dan kekiri, kedua tangannya semakin kuat menggenggam sprei yang dikenakan
pada kasur busa tersebut. ciumanku semakin kuat dan ganas, cairan kewanitaan
semakin deras keluar dari lubang kewanitaan Novi. secara bergantian lidahku
merangsang lubang vagina dan clitoris, dan tangan kananku pun tidak tinggal
dia. Jika lidahku sedang merangsang klitoris maka jari tangan kananku berusaha
meransang pubang vagina, juga ketika lidahku bermain-main dan mencoba masuk
lebih dalam ke lubang vagina, jempol tanganku merangang dengan menggesek dan
menekan-nekan clitoris Novi. “aaahhh….aaaaa…uuuu…enhhhh…eee mmm…ahh…aaaa….”
Tangan kananya sekarang meremas-remas rambutku dan menekan kepalaku agar lebih
dalam lagi mengeksplorasi vaginanya.
sekitar 15 menit aku mengekplor
vaginanya, dia menjambak rambutku dan kemudian mendorongku. Sekarang posisi
kami sama-sama duduk, nafasnya tersengal-sengal tapi sekarang dia berana
membuka matanya menatapku, keringat mengucur dari tubh kami. Tiba-tiba bibirnya
langsung menyerbu bibirku, ciuman kali ini amat liar terkadang gigi kami
beradu, lidah kami saliang bertukar ludah, lidahku coba masuk ke rongga
mulutnya, menjilati dinding-dinding mulutnya. AKu sangat kaget ketika tangannya
menarik kaosku ke atas, melewati mulut kami yang tengah beradu, kemudian
ciumannya turun ke leherku dan ke dadaku. Tanganya tidak berhenti sampai di
situ, dia mulai membuka ikat pinggang celanaku, saat bibirnya masih menciumi
dadaku, tangannya menurunkan celanaku dan kemudian celana dalamku.
Penisku yang diameternya 6 cm dan
panjangnya hampir 20 cm mengacung tegak, kini tangan kananya menggengam
penisku, aku pun berdiri dan kini wajah ayunya berada di depan penisku hanya
beberapa senti saja. ku lihat dia menelan ludah, apa mungkin dia kaget dengan
ukuran ini atau mungkin dia masih ragu melakukan ini. Aku pegang kepalanya yang
masih menggunakan jilbab putih yang mulai kusut. kudekatkan penisku dengan
bibirnya, bibirnya masih terkatup ketika ujung penisku menempel pada bibirnya,
mungkin dia masih bingung apa yang dilakukannya. “Kulum sayang…ciumi
sayang…ayo…” lalu dia buka bibirnya sedikit dan mencium ujung penisku, kaku,
tapi menimbulkan sensasi yang dahsyat, selain karena bibirnya yang lembut,
hangat dan basah menyentuh ujung penisku, melihat seorang wanita yang masih
berpakaian lengkap dengan jilbabnya itu hal yang belum pernah aku rasakan
sebelumnya. “cuup..mppuhmm..uhhmm…” bibirnya berkali-kali mengulum ujung
penisku, sedikit-demi sedikit kulumannya semakin masuk. AKu lihat dia masih
kaku dan belum lihat melakukan itu, tapi bagiku sensasi luar biasa.
“mhhh…aauuuummm…uummhh”
akhirnya mulutnya berani memasukkan
penisku, walau tidak sampai masuk semua, karena penisku terlalu panjang dan itu
akan menyakitkannya. “shh…ahh…terus Vi…keluar masukin…” Novipun mengikuti
perintahku dia memaju mundurkan kepalanya. “aahh…sayang…terus”…”mhh..uhmm
hh..cuuupp..muuh” Novi terus melakukan aktifitasnya. hanya 5 menit lalu dia
berhenti, “Kak…Novi ngga tahan…” diapun menarik tubuhku dan aku kini sama-sama
duduk berhadapan. Aku tahun, dia dalam kondisi puncak, dia tidak dapat lagi
menahan libidonya, akupun merebahkannya dan menindihnya. AKu regangkan kedua
kakinya. Novi tampak pasrah dia memandangiku dan memperhatikan penisku yang
tepat dihadapan vaginanya. Aku lupa sesuatu, segera ku raih celanaku yang
tercecer di samping dan mengambil sesuatu di dompet. Ya, aku selalus edia
kondom di dompet setelah ku buka dan akan kupasangkan, Novi menampik tanganku
“ngga usah pake itu kak…aku ingin jadi milik kakak seutuhnya” aku tersentak
dengan ucapannya “Kamu yakin Nov?” Novi mengangguk.
Kini kuarahkan ujung penisku
mendekati lubang kewanitaannya “Tahan ya Vi…agak sakit…” Tangan kananku
menggenggam batang penis dan digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir kemaluan
Novi, hingga Novi merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Aku
terus berusaha menekan senjataku ke dalam kemaluan Novi yang memang sudah
sangat basah itu.
Pelahan-lahan kepala penisku
menerobos masuk membelah bibir kemaluan Novi. “Tahan kaak…sakii..t” dia
merintih sambi menggigit bibir bawahnya. Aku pun menghentikan kegiatanku
sementara, sambil menunggu aku maju mundurkan kepalpenisku ke bibir kemaluannya
supaya bibir kemaluannya mulai menyesuaikan. Matanya masih terpejam dan terus
menggigit bibir bawahnya, nafasnya tersengal. Sedikit demi sedikit aku masukkan
kembali, pelan tapi pasti. Setiap penisku masuk novi melengguh menahan sakit.
Vaginanya masih sempit tapi tanpa halangan penisku mulai masuk ke dalam. Dengan
kasar Aku tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku
menempel ketat pada pinggul Novi. Dengan tak kuasa menahan diri dan berteriak,
mungkin sakit. Dari mulut Novi terdengar jeritan halus tertahan, “Aduuuh!..,
ooooooohh.., aahh…sakii…t..kaak..”, disertai badannya yang tertekuk ke atas dan
kedua tangan Novi mencengkeram dengan kuat pinggangku.
Beberapa saat kemudian aku mulai
menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat
dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu
tersebut. Novi berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan
terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penisku pada kemaluannya,
giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas
meja. Novi mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya
sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Novi berusaha bernafas dan …:”
“kaa..kk…, aahh…, ooohh…, ssshh”, sementara aku tersebut terus menyetubuhinya
dengan ganas.
Novi sungguh tak kuasa untuk tidak
merintih setiap kali Aku menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding
liang vaginanya. Setiap kali aku menarik penisnya keluar, dan menekan masuk
penisku ke dalam vagina Novi, maka klitoris Novi terjepit pada batang penisku
dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penisku yang berurat
itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh
badan Novi menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan
sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Sementara
tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur, Tanganku merengkuh punggungnya
yang melengkung menahan nikmat, kemudia aku sibak jilbabnya dan terlihat dua
payudara indahnya yang masih sembunyi dibalik kemeja yang sudha terbuka kancing
bagian atasnya, branya pun sudha tersingkap ke atas menambah sensualitas
pemandangan saat itu. Aku tarik punggungnya sehingga maskin melengkung ke atas,
aku pun terus bermain-main pada bagian dada Novi dan Mencium dan kanag
menggigit kedua payudara Novi secara bergantian. Ia berusaha menggerakkan
pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha
membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan
pahanya, akan tetapi aku terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.
Ia memiringkan kepalanya, dan
terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil, “Ooooh…, ooooooh…,
aahhmm…, ssstthh!”. Gadis ayu itu Semakin erat mendekap kepalaku agar semakin
rekat dengan payudaranya, aku tahu pelukan itu adalah penyaluran dari rasa
nikmat dan klimaks yang mungkin sebentar lagi dia rasakan. Kedua pahanya
mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan
bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit
serak dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya,
diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya
merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Novi terkulai
lemas tak berdaya di atas kasur dengan kedua tangannya terentang dan pahanya
terkangkang lebar-lebar dimana penisku tetap terjepit di dalam liang vaginanya.
Itu lah pertama kali dia merasakan indahnya orgasme.
Selama proses orgasme yang dialami
Novi ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan
olehku, dimana penisku yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina
Novi dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisku serasa terbungkus
dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha
penisku, terlebih-lebih pada bagian kepala penisku setiap terjadi kontraksi
pada dinding vagina Novi, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaanku
seakan-akan menggila melihat Novi yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak
pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang
dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang
penisnku.
Tidak sampai di situ, beberapa menit
kemudian Aku membalik tubuh Novi yang telah lemas itu hingga sekarang Novi
setengah berdiri tertelungkup di dipan dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga
posisi pantatnya menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy style,
tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Novi yang kini
menggantung ke bawah, tangunku menyusup lewat kemeja bagian bawah. Dengan kedua
kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku menggosok-gosok kepala
penisku yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam vagina Novi
dan menempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Novi dari belakang.
Dengan sedikit dorongan, kepala
penisku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan
Novi, novi melengguh agak kencang..”aahhgg….” ketika penisku mulai menyeruak ke
dalam vaginanya lagi. Kedua tanganku memegang pinggul Novi dan mengangkatnya
sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Novi tidak terletak pada
dipan lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada kasur. Kedua kaki
Novi dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Novi ke arahku, berbarengan dengan
mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar
dari mulut Iffa, “Oooooooh…aahh…shhh…ahh….!”, penisku tersebut terus menerobos
masuk ke dalam liang vaginanya dan Aku terus menekan pantatnya sehingga
perutnyaku menempel ketat pada pantat Novi yang setengah terangkat. Aku
memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis
keenakan merasakan penisku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina
Novi yang ketat itu. “Ahh…ahhh…aahh…kak..a.duuu..hh …mhh…teruss…” mulutnya
terus mengaduh, tanda nikmat tiada tara yang dia rasakan.
Tubuhny amaju mundur terdorong
desakan penisku. Karena bagian pantat lebih tinggi dari kepala sehingga
kemejanya turn ke bawah memperlihatkan pungguh mulus dan putih yang sebelumnya
tidak pernah dilihat siapapun. Tangannya sambil terus meremas seprei dan
merebahkan kepanaya di kasur. “shhh…ahh..kakk…aahh..aduuhh…k ak….” semakin
kencang teriakannya semakin menunjukkan kalau dia akan merasakan klimaks untuk
kedua kalinya. AKupun mempercepat doronganku. “terus..kak…ahh…jangan
berhenti…ahh…kak,…” Novi meracau semakin tidak karuan. dan….diapun mendongakkan
kepalanya ke atas disertai lengguhan panjang “aaaaaaa……….hhhhhh….” dia klimaks
untuk kedua kalinya. AKu cabut penisku dari lubang vaginanya, aku lihat cairan
bening semakin banyak meleleh dari vaginanya. Tubuhnya melemas dan lunglai
ketika aku lepaskan. Navasnya tersengal, pakaian dan jilbabnya kusut tak
karuan. Keringat membuat pakaian dia yang tidak dilepas sama-sakeli menjadi
basah. Namun dia memang wanita yang pandai merawat tubuhnya, bahkan keringatnya
pun harus sekali baunya.
Setelah aku biarkan dia istirahat
beberapa menit sambil meresapi orgasme untuk keduakalinya. Kemudian Aku merubah
posisi permainan, dengan duduk di sisi tempat tidur dan Novi kutarik duduk
menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku. Aku menempatkan penisku pada
bibir kemaluan Novi yang tampak pasrah dengan perlakuanku, Lalu aku mendorong
sehingga kepala penisku masuk terjepit dalam liang kewanitaan Novi, sedangkan
tangan kiriku memeluk pinggul Novi dan menariknya merapat pada badanku,
sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penisku menerobos masuk ke dalam
kemaluan Novi. Tangan kananku memeluk punggung Novi dan menekannya rapat-rapat
hingga kini badan Novi melekat pada badanku. Kepala Novi tertengadah ke atas,
pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya
sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Novi yang agak basah
terbuka itu.
Dengan sisa tenaganya Novi mulai
memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan
serta melingkar, sehingga penisku seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai
terasa di perutnya. Karena stamina yang sudha terkuras dengan dua klimaks yang
didapatnya, goyangan Novis emakin melemah. Aku pindahkan kedua tanganku ke arah
pinggannya dan tanganku mulai membantu mengangkat dan mendorong pinggul Novi
agar terus bergooyang. Aku ihat penisku timbul tenggelam dibekap lubang
vaginanya yang hangat. Rintihan tak pernah berhenti keluar dari mulutnya.
“shh…ah…sshhh…ahhh..” Goyangannya teratur, setelah sekian lama dengan posisi itu,
novi mulai bangkit lagi libidonya, dengan tenaga sisa dia mulai membantu
tangaku dengan menggerakkan pinggulnya lebih cepat lagi. Kedua tangannya kini
merangkul kepalaku dan membenamkannya ke kedua gunug kembarnya yang besar dan
halus. Aku tahu dia akan mengalami klimaksnya yang ketiga. Aku kulum dan lumat
payudaranya, kepala novi menengadah merasakan nikmat yang tiada tara atas
rangsangan pada dua titik tersensitifnya. Tak berselang kemudian, Novi merasaka
sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Terus…, terus…, Novi tak
peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang
kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika
klimaks itu datang lagi, Novi tak peduli lagi, “Aaduuuh…,
eeeehm..ahh…kaa..kk…aahhh…”, Novi memekik lirih sambil menjambak rambutku
memeluknya dengan kencang itu. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya
mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.
Kemudian kembaliku gendong dan
meletakkan Novi di atas meja dengan pantat Novi terletak pada tepi dipan dan
kasur, kedua kakinya terjulur ke lantai. Aku mengambil posisi diantara kedua
paha Novi yang kutarik mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun penisku
ke dalam lubang vagina Novi yang telah siap di depannya. Aku mendorong penisku
masuk ke dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti
kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya
sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Novi yang terkapar lemas dan
pasrah terhadap apa yang akan aku lakukan.
Badan gadis itu terlonjak-lonjak
mengikuti tekanan dan tarikan penisku. Novi benar-benar telah KO dan dibuat
benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari
mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram Sprei.
Dan aku sekarang merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari
dalam penisku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisku. Aku mengeram
panjang dengan suara tertahan, “Agh…, terus”, dan pinggulku menekan habis pada
pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah pelirku menempel
ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam liang vagina Novi. Dengan
suatu lenguhan panjang, “Sssh…, ooooh!”, sambil membuat gerakan-gerakan memutar
pantatnya, aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh
krucil.netan air maninya ke dalam vagina Novi. Ada kurang lebih lima detik aku
tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar
hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan
Novi yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu krucil.netan
hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga
vaginanya.
Aku melihatnya lemas dengan jilbab
dan pakaian yang sudah nggak keruan bentuknya lagi. aku melihatnya menunduk
sedih sambil menangis. AKu faham, gadis seperti dia tidak mungkin mudah untuk
melakukan hal ini, tapi kali ini aku benar-benar membuatnya tak berdaya dan
mengikuti nafsu duniawi. “Kak…” dia membuka perakapan ditengah hening kami
menikmati pertempuran yang baru saja selesai. “Ya sayang…” sambil ku peluk dia.
“Kakak mau tanggung jawab kan?”
“Kakak mau tanggung jawab kan?”
“Kakak mau menikahi Novi kan?” parau
suaranya terdengar
Aku tersentak aku tak menyangka kalau dia langsungmengatakan itu. Tapi aku benar-benar tidak tega melihat kondisinya yang sudah menyerahkan semuanya kepadaku. Aku pun ingin memilikinya dan mengakhiri semua kebiasan burukku. AKu berjanji meninggalkan pacarku kalau dia mau menikah denganku, kenyataannya sekarang itu sudah di depan mata.
Aku tersentak aku tak menyangka kalau dia langsungmengatakan itu. Tapi aku benar-benar tidak tega melihat kondisinya yang sudah menyerahkan semuanya kepadaku. Aku pun ingin memilikinya dan mengakhiri semua kebiasan burukku. AKu berjanji meninggalkan pacarku kalau dia mau menikah denganku, kenyataannya sekarang itu sudah di depan mata.
“i..iya..Nov…kakak akan tanggung
jawab…kakak akan menikahi kamu” sahutku. Dalam wajah sedihnya kuliah bibirnya
menyunggingkan sedikit senyum. Dan kamipun tertidur dengan saling memeluk
seakan berharap agar pagi tak segera hadir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar